Mohon tunggu...
renataucs
renataucs Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menyanyi dan bermain alat musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Antara Kelelahan dan Penyakit Autoimun

3 Desember 2024   00:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   00:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat anak bermain dan bersekolah, tenaga yang mereka keluarkan akan terus mengalir sampai di titik mereka akan merasakan kelelahan dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut saya, hal itu bisa terjadi karena waktu bermain anak yang kurang teratur atau kegiatan di sekolah membosankan membuat mereka menjadi merasa lelah. Mungkin orang tua juga berpikir bahwa mereka kelelahan karena aktivitas fisik yang dilakukan saat di sekolah atau terlalu lama bermain bersama teman-temannya.

Tak sampai di situ, tuntutan zaman saat ini menyebabkan banyak anak tidak memperhatikan waktu belajar sehingga mereka belajar berlebihan dan tidak teratur dalam menjaga pola makan sampai melewatkan makan hanya untuk belajar, dan tenaga untuk melakukan aktivitas lainnya. Mungkin kebanyakan dari kita yang memiliki tanggung jawab sebagai anak berpikir bahwa belajar, mengerjakan tugas, dan mengikuti sebuah kegiatan sekolah itu sangat penting. Namun, bukan berarti kita tidak boleh menyisihkan waktu sejenak untuk beristirahat dan makan. Istirahat berpengaruh terhadap kesehatan terutama pada anak muda yang masih aktif melakukan kegiatan.

Namun, beberapa waktu lalu, Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa anak yang mudah lelah dapat menjadi salah satu gejala penyakit autoimun tahap awal. Penyakit autoimun ini tidak hanya menyerang pada anak, tetapi juga orang dewasa saat ini banyak terserang oleh penyakit autoimun. Bahkan Dokter Spesialis Anak Subspesialis Alergi Imunologi dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K), Mars mengungkapkan bahwa kelelahan dapat disertai dengan demam, nyeri otot, dan nyeri sendi. Mereka akan merasakan kelelahan yang tidak wajar, walaupun kegiatan yang dilakukan tidak sebanyak biasanya. Gejala awal penyakit autoimun memang tidak jelas dan tidak spesifik. Hanya sebagian penyakit autoimun yang memiliki gejala khusus dan muncul pada hampir semua penderitanya meskipun gejala yang ditimbulkan lebih bervariasi.

Terlebih lagi kondisi ini dapat terjadi pada seseorang selama berminggu-minggu atau bertahun-tahun. Gejala yang spesifik baru dapat ditemukan jika seseorang mengalami kerusakan pada organ, seperti ketika terjadi di sendi akan terlihat pembengkakan pada sendi. Meskipun begitu, spesifikasi gejala tergantung dari jenis penyakit autoimun yang dialami oleh anak dan organ yang diserang. Dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K) Mars menyampaikan bahwa pada kelompok usia anak, ada tiga jenis penyakit autoimun yang kerap terjadi, seperti Juvenile idiopathic arthritis, Systemic lupus erythematosus, Vasculitis-IgA/Henoch Schonlein Purpura.

Pertama, Juvenile idiopathic arthritis merupakan penyakit radang sendi yang banyak terjadi pada anak-anak berusia bayi sampai remaja. Tidak sedikit orang dewasa yang mengalami penyakit radang sendi tersebut. Akan tetapi, penyakit ini tidak mengancam jiwa namun bisa menyebabkan pincang dan tubuh kaku sehingga pergerakan tubuh terbatas. Kedua, Systemic lupus erythematosus merupakan salah satu penyakit autoimun yang bisa terjadi di mulut, kulit, paru-paru, ginjal, jantung, usus, darah, otot, dan persendian. Penyakit ini bisa menyerang semua usia dari anak-anak sampai dewasa. Penyakit ini umumnya diderita oleh individu berusia 15-44 tahun meskipun dalam keadaan sehat. Penyakit jenis ini biasa disebut sebagai penyakit dengan seribu wajah. Ketiga, Vasculitis-IgA/Henoch Schonlein Purpura merupakan radang pada pembuluh darah dengan ciri-ciri, seperti pergelangan tangan atau kaki anak bisa bengkak, sakit perut yang tidak jelas, protein atau darah yang bocor dalam urine, atau pengendapan dari IgA.

Kita mungkin tidak familiar dengan nama-nama penyakit ini karena hanya berpikir bahwa kelelahan pada tubuh adalah hal yang biasa terjadi jika melakukan banyak aktivitas di luar atau di dalam ruangan yang memakan waktu berlebihan. Kerap kali orang dewasa kurang perhatian terhadap kesehatan mereka juga karena tuntutan pekerjaan maupun ekonomi, membuat mereka bekerja dengan keras. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab stres sehingga orang dewasa menganggap kesehatan menjadi nomor dua. Mereka mungkin merasa bahwa penyakit fisik terjadi karena faktor usia dan menganggap biasa saja sedangkan di zaman sekarang banyak penyakit tidak memiliki gejala spesifik yang seharusnya menjadi perhatian bagi masyarakat.

 

REFERENSI

Kompas Health. (2024, November 24). IDAI: Gejala penyakit autoimun bisa diawali dengan anak mudah lelah. Kompas Health.

Rama Adiputra, B. (2023). DINAMIKA RESILIENSI PADA ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS). In Jurnal Empati (Vol. 12).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun