film dengan genre misteri/teka-teki yang menceritakan kisah adik perempuan dari karakter Sherlock Holmes. Saat ini, film Enola Holmes memiliki dua seri, seri yang pertama dirilis pada September 2020 dan seri kedua dirilis pada Oktober 2022.Â
Enola Holmes merupakan sebuahMasing-masing serinya mengisahkan teka-teki berbeda yang dipecahkan oleh tokoh Enola Holmes. Dari berbagai kasus yang diangkat dalam film, ada salah satu kasus yang ternyata merupakan bagian dari sejarah dunia yakni gambaran tokoh Sarah Chapman yang merupakan salah satu figur dalam peristiwa Revolusi Industri Inggris.
Dalam film Enola Holmes 2, Sarah Chapman digambarkan sebagai seorang wanita yang bekerja di pabrik korek api Bryant & May. Dilansir dari Britannica, pada tahun 1888 pabrik korek api Bryant & May mempekerjakan sekitar 1.400 buruh yang mayoritas wanita dengan jam kerja sebanyak 14 jam sehari dan upah yang jauh dari kata layak. Selain itu, kondisi lingkungan di dalam pabrik merupakan penyebab dari munculnya penyakit di antara para buruh.Â
Para pekerja diduga menghirup fosfor putih (bahan dasar korek api) secara terus menerus dan mengakibatkan timbulnya penyakit Phossy Jaw (pembusukan rahang) yang marak ditemukan di kalangan buruh pabrik korek api pada awal abad ke-19.
Menurut sejarah, Sarah Chapman dilahirkan pada tanggal 31 Oktober 1862 di Mile End, London, Britania Raya. Saat usianya menginjak 19 tahun, Sarah memutuskan untuk bekerja di pabrik korek api sebagai Machinist Matchmaking dan dikenal sebagai pegawai yang dengan posisi dan upah yang baik.Â
Selama bekerja di pabrik korek api Bryant &May, Sarah menyadari kondisi kerja yang buruk serta perlakuan para eksekutif pabrik yang menganggap buruh wanita sebagai budak. Dengan alasan itulah, Sarah aktif melakukan perundingan aksi mogok kerja bersama para anggota komite buruh dan Annie Besant (seorang penulis dan pendukung reformasi sosial).
Annie Besant secara aktif mempublikasi tulisannya dalam bentuk artikel guna mendapatkan dukungan publik atas hak buruh, salah satunya ialah artikel dengan judul "White Slavery in London" yang dipublikasi pada tanggal 23 Juni 1888.Â
Kemunculan artikel tersebut mengakibatkan dipecatnya seorang pekerja pabrik korek api Bryant & May setelah menolak untuk menandatangani pernyataan manajemen perusahaan yang menentang laporan terkait kondisi kerja yang kejam.Â
Dikutip dari The Match Girls' Strike, pada bulan Juni 1888 saat pertemuan Fabian Society (perhimpunan politik yang mewadahi ide-ide politik dan kebijakan publik di Inggris) anggota perhimpunan menyetujui usulan boikot Perusahaan Bryant & May.
Sarah Chapman memimpin aksi mogok kerja buruh pada 5 Juli 1888 yang lebih dikenal dengan peristiwa Match Girls' Strike. Sarah berhasil menyadarkan sekiranya 1.400 buruh wanita yang telah diperlakukan tidak layak dan tidak mendapatkan hak mereka sebagai pekerja pabrik.Â
Sarah mengajukan petisi kepada Annie Besant untuk membantunya membentuk Komite Pemogokan serta mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan cara agar kasus ini dikenal publik sehingga mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Setelah mengajukan tuntutan untuk perusahaan Bryant & May dan melakukan aksi demonstrasi selama sebulan, para buruh wanita berhasil memenangkan penyelesaian perkara dan tuntutan terhadap kesejahteraan mereka.Â
Setelah aksi itu, diperkirakan 700 buruh memutuskan untuk bergabung bersama Sarah Chapman menjadi anggota Union of Women Match Makers. Selain aksi pemogokan kerja, peristiwa Match Girls' Strike juga merupakan bagian dari awal gerakan feminisme di London.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H