Tingginya antusias dari masyarakat Indonesia dalam menonton film, menyebabkan perkembangan di dalam dunia perfilman ini terus meningkat. Banyaknya production house yang memproduksi film dengan berbagai genre ini telah mewarnai dunia perfilman Indonesia.Â
Sebagian besar dari film yang diproduksi merupakan bentuk dari representasi yang ada. Stuart Hall (2003) mengatakan bahwa sebuah proses pemaknaan diproduksi dengan menggunakan bahasa dan dipertukarkan dalam sebuah kebudayaan.Â
Hal tersebut berkaitan dengan representasi di mana representasi merupakan sebuah penggabungan antara konsep dengan bahasa yang menghasilkan sebuah makna.Â
Representasi dalam film ini diwujudkan dalam bentuk audio visual sebagai media menyalurkan sebuah pesan dalam rangkaian cerita yang tertulis (Astut, 2020, h. 63)
Kini, film menjadi media yang cukup efektif dalam menyalurkan sebuah pesan di lingkungan masyarakat. Representasi yang ada dalam sebuah film merupakan hal yang cukup sering bersinggungan dalam kehidupan sehingga dapat menggerakan opini publik terkait fenomena yang sedang dibahas dalam sebuah film.
Representasi sosial menjadi salah satu bentuk dari representasi yang sering dipakai dalam sebuah film. Dua Gari Biru yang release di Indonesia pada tahun 2019 lalu merupakan bentuk implementasi representasi sosial dalam film.Â
Film tersebut menceritakan sepasang remaja bernama Bima dan Dara yang sedang menjalin sebuah hubungan di bangku SMA. Kedekatan dan keharmonisan keduanya membuat tumbuhnya rasa memiliki dan kenyamanan di antara Bima dan Dara.Â
Kedekatan dan tingginya intensitas bertemu, ternyata menjerumuskan keduanya ke dalam tindakan yang salah. Dara yang ternyata telah hamil diluar nikah akibat perbuatannya dengan Bima harus menerima konsekuensi yang ada.
Teaser film Dua Garis Biru (2019) ternyata menuai pro dan kontra di masyarakat. Banyaknya kritikan dari film ini membuat film Dua Garis Biru (2019) termasuk kedalam nominasi film kontroversial di Indonesia.Â
Kritikan tersebut berupa film ini tidak pantas tayang di publik karena terkesan mengajarkan hal yang tidak baik untuk kaum remaja. Sutradara dari film tersebut telah mengatakan bahwa film ini sebenarnya bertujuan baik untuk meminimalisir fenomena hamil di luar nikah.Â
Banyaknya komentar masyarakat mengenai film tersebut akhirnya memunculkan sebuah petisi untuk memboikot film Dua Garis Biru (2019) Â rilis di Indonesia.Â