Merokok dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Yang itu artinya adalah semakin banyak perokok, semakin banyak impotensi/kemandulan terjadi. Semakin banyak impotensi/kemandulan, semakin berkurang angka kelahiran. Penurunan angka kelahiran menyebabkan berkurangnya  jumlah bayi dan hal tersebut menyebabkan berkurangnya pembelian pampers. Atau dapat disimpulkan, peningkatan pembelian rokok sama dengan penurunan penjualan pampers.
Jawaban tersebut benar juga, tak bisa disangkal, namun sangat amat futuristik dan pada akhirnya menjadi kurang tepat.
Lalu apa hubungan keduanya?
Baru-baru ini, sebuah toko menemukan bahwa sebagian besar dari perempuan yang berada pada usia 25-40 tahun yang berbelanja pampers sering juga berbelanja rokok. Temuan ini didapatkan setelah mencocokkan angka penjualan pampers dan rokok yang sama-sama tinggi. Data tersebut hanya sebatas data, sampai seorang pengamat mengolah data tersebut dalam pikirannya. Dari data tersebut, pengamat berhipotesa bahwa suami barangkali sering menitip dibelikan rokok oleh istrinya yang berbelanja pampers. Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan bahwa pampers dibeli bersamaan dengan rokok
Lalu hasil apa yang bisa didapatkan dari temuan ini? Rak pampers dan rokok bisa didekatkan, atau digunakan cara membeli produk A gratis produk B. Semuanya terjadi berdasarkan survei angka penjualan, produk apa yang mendekati produk apa. Betapa kepiawaian mengolah data menjadi penting untuk dimiliki saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H