Mohon tunggu...
Rena Sholihah
Rena Sholihah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosok Pemilik Hati Bak Permata

14 Maret 2021   20:02 Diperbarui: 14 Maret 2021   20:12 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Doa-doanya selalu melangit disetiap sujudnya, tak ada yang dapat menghalanginya untuk naik, hingga awan-awan pun memberikan jalan agar sampai pada Pengabulnya. Dalam doanya hanya menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya di dunia dan di akhirat.

Dialah  ibu, sosok perempuan pemilik hati bak permata, yang setiap saat memikirkan kemaslahatan dan kebahagiaan anak-anaknya, dibandingkan harus memikirkan kemaslahatannya sendiri, walaupun harus dengan mengorbankan akal, pikiran, tenaga, dan apa yang dia miliki.

Kasih sayangnya begitu tulus terhadap anak-anaknya. Dikala anaknya sedih, dia datang untuk mengembalikan senyuman,  dan ketika melihat anaknya sedang terluka, rasa cinta dan kasih sayangnya ada untuk mengobati.

Tak terhitung penderitaan yang telah dirasakannya, mulai dari mengandung hingga melahirkan. Kebahagiaannya terpancar dari wajahnya ketika mendengar suara tangis anaknya yang telah lahir ke dunia.

Dia bagai pelita dalam hidup anak-anaknya yang terus mendidik tak lekang waktu, mulai dari belajar mengucap kata hingga mahir berkata kata. Dialah yang telah mengajarkan segala sesuatu dengan penuh kesabaran. Rasa cinta yang diberikannya sangatlah besar, dan cintanyalah yang membuatnya tak pernah lelah dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya, oleh karena itu, Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap ayah, karena ibu memiliki kemuliaan yang tidak dimiliki oleh ayah.

Lalu, pantaskah kita  menyakiti hatinya?

Sungguh tidak pantas bagi kita untuk membuat ibu kita sakit hati atas apa yang telah kita perbuat. Cobalah  renungkan, apa yang sudah kita perbuat  untuknya, dan mulai merubah diri kita kita untuk berbuat yang lebih baik untuknya, walaupun sekedar menghadirkan senyuman yang tulus terlintas di bibirnya karena kebanggaannya pada kita, karena itu adalah sesuatu yang tak akan pernah terlupakan.

Lambat laun kulitnya semakin mengriput, menandakan umurnya yang semakin menua, tetapi kasih sayang terhadap anak-anaknya tidak pernah berkurang.

Apakah kamu tahu bahwa Allah sangat memuliakan perempuan yang bernama ibu, Allah memuliakannya salah satunya  dengan menjadikan kedahsyatan dalam doa-doanya. Dia tidak meminta imbalan atas apa yang telah dilakukannya kepada kita, dan kita tidak akan bisa membalas semua jasa-jasanya, akan tetapi kita dapat melakukan sesuatu yang akan bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya, dengan menjadi anak yang taat kepada Allah, Rosul-Nya, dan kedua orang tua. 

Kita tak harus selalu taat dengan apa yang ibu kita perintahkan kepada kita, selama perintah itu berada dalam ketaaatan kepada Allah SWT, kita wajib menaatinya, tetapi jika perintah itu keluar dari ketaatan kepada Allah SWT, maka wajib bagi kita untuk tidak menaatinya, tetapi kita masih tetap harus berbuat baik, dan  berkata santun kepadanya. 

Seperti yang Allah katakan bukan dalam firmannya yang artinya: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku" (Luqman:23).

Sebenarnya Allah dan Rosul-Nya telah memerintahkan kita agar bebuat baik kepada kedua orang tua yang banyak terdapat dalam fiman-Nya dan sunnah Rosul-Nya,  tetapi terkadang kita lalai akan perintah itu bukan? Walaupun sekedar mengucapkan ah, bukankah itu tidak diperbolehkan dalam islam.

Berbahagialah kita yang saat ini masih memiliki seorang ibu, karena masih ada yang selalu memperhatikan kita, kapanpun dan dimanapun kita berada. Kasih sayang seorang ibu adalah sebuah harga yang sangat mahal yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Secerewet apapun seorang ibu, bukan karena dia tidak sayang pada anak-anaknya, melainkan yang dilakukannya hanyalah untuk kebaikan mereka. Dia hanya ingin anak-anaknya selalu berbuat baik, menjalankan ibadah dengan baik, dan menjadi orang yang bermanfaat bagi ummat ini.

Bilamana ada kesuksesan dibalik ridhonya, maka ada kegagalan dibalik kesedihannya. Bilamana di waktu kecil kita merepotkannya, maka kini saatnya kita bertekad membahagiakannya. Bilamana kala itu kita membuatnya bersedih, maka kini  saatnya kita membuatnya tersenyum. Tanpa doa dan ridhonya, tak akan dapat apa yang kita citakan. Dialah puncak dari pada keridhoan untuk seorang anak yang ingin menggapai dan meraih ridho  Allah SWT.

(( ))


"Ya Allah ampunilah kami dan ibu bapak  kami, dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihani kami diwaktu kecil"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun