Mohon tunggu...
Rena Otavia
Rena Otavia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Gini Masih Iri?

11 September 2022   21:21 Diperbarui: 12 September 2022   06:52 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Suatu saat saya bertemu dengan teman saya dan saya sedih sekali melihat keadaannya. Disaat saya masih lelusa bersenda gurau, saya harus melihat teman saya menjadi manusia yang begitu pemikir dalam menghadapi segala sesuatu. Ia sering kehilangan waktu bersantainya hanya untuk melakukan sebuah penelitian. Bahkan tak jarang ia tidak tidur karena saking banyaknya penelitian, sehingga makin hari dia semakin kurus.

Dari situ saya merasa sadar diri, bahwasanya saya tidak perlu iri dengan pencapaian orang lain. Bahkan bilamana pencapaian orang lain itu adalah sesuatu yang sebenarnya kita impikan. Mungkin kalau saya berada diposisi dia, saya bakal sering jatuh sakit dan hal buruknya saya menyerah. 

Untungnya Tuhan lebih tahu seberapa besar kemampuan kita untuk menerima sesuatu. Jika dianalogikan impian saya masuk di jurusan kimia beratnya mencapai 50 kilogram, sedangkan kemampuan saya ternyata hanya mampu menopang 35 kilogram. Kalau saja Tuhan menuruti ego saya  untuk mendapatkan apa yang saya mau, belum tentu saya sekuat teman saya dalam menopang 50 kilogram beban itu sendirian.

Hanya Tuhan yang berhak dan mampu untuk mengatur serta menakar porsi kepantasan kita untuk menerima sebuah keberhasilan. Karena sejatinya keberhasilan dalam hidup adalah sebuah ujian dan senyatanya hanyalah sebuah titipan. Mereka yang tidak mampu diuji dengan ujian keberhasilan, maka bukan tidak mungkin hatinya ditumbuhi bibit-bibit kesombongan.

Mereka yang tidak sadar bahwa keberhasilan senyatanya hanyalah sebuah titipan, akan merasa begitu depresi ketika Tuhan tiba-tiba mencabut titik keberhasilannya dan meletakkan hidupnya ke dalam fase kegagalan. Sudah banyak contohnya orang yang tiba-tiba bunuh diri padahal kariernya terlihat sukses. Orang yang mendadak kejiwaannya begitu sakit padahal terlihat selalu berkecukupan. Semua ini terjadi ketika mereka belum menyiapkan sebenar-benarnya mental pemenang dalam jwa mereka.

Untuk itulah saya mengajak siapa saja yang berkenan membaca tulisan ini, agar mulai membenahi pola pikirnya supaya bisa memiliki mental pemenang. Mengutip kata-kata dari Anies Baswedan bahwasanya seorang pemenang sejati pastinya tidak akan mudah terbang Ketika dipuji dan tidak akan mudah tumbang Ketika dicaci.

"Mereka yang bermental pemanang tidak akan sulit menerima kekalahan dan tidak mudah iri ketika melihat orang lain berhasil. Mereka justru senantiasa ikut berbahagia ketika orang-orang disekitarnya begitu semangat dalam meraih visi hidupnya. Sebab mereka sadar betul bahwasanya berjuang sendirian dalam meraih cita-cita adalah sesuatu yang berat untuk dijalani dalam kurun waktu yang lama."

Sumber foto: MainMain.id

Penulis: Rena Otavia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun