Mohon tunggu...
Eko Sulistyo
Eko Sulistyo Mohon Tunggu... lainnya -

Tuan Tuhan bukan? Tunggu sebentar, saya sedang keluar [sdd]

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulang

5 Oktober 2011   02:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulang adalah saat yang dinantikan bagi banyak orang. Kerinduan untuk pulang menarik lebih daripada aneka peristiwa dalam hidup. Lagu tentang pulang pun telah banyak. Ada pulang-nya Andien, pulang-nya Float, atau home-nya Michael Buble, dan masih banyak lagi. Pulang itu menjadi aktual ketika kerinduan berjumpa dengan apa yang dirindukan.

Pulang adalah sebuah perjalanan tertentu yang harus ditempuh oleh banyak orang. Lihatlah perjuangan para pemudik pada menjelang lebaran yang lalu demi sebuah pulang yang mereka rindukan. Walau setiap tahun selalu terjadi ruwet macet tetapi demi sebuah pulang semua dijalani, bahkan dengan gembira hati. Kerinduan adalah api dan modal dari pulang yang dinanti itu.

Pengalaman lima hari di Wat Tam Dhoi Tone sebuah pertapaan budhis di utara Chiang Mai, Thailand adalah pengalaman pulang yang saya alami. Dalam lima hari itu  setiap orang diajak masuk dalam keheningan masuk dalam meditasi vipassana. Bukan untuk menjadi seorang budhis melainkan masuk dalam realitas diri sendiri. Sederhana sekali orang hanya memusatkan diri pada pernafasan, nafas masuk , nafas keluar. Ini bukan yoga, bukan olah pernafasan, olah tenaga dalam, bukan juga reiki dan semacamnya,  melainkan sarana menyadari diri yg terdiri dari tubuh (body) and pikiran (mind). Karena dua hal inilah yang menjadi dasar keberadaan manusia. Mengapa menyadari pernafasan? Karena dalam hening pernafasanlah yang dapat kita rasakan. Namun walau sederhana tidak mudah selalu ada banyak gangguan aneka pikiran, fantasi, dll. Di sanalah tantangan untuk memusatkan pada present moment, kini dan di sini.

Meditasi selama 8-10 jam sehari adalah sebuah perjalan pulang. Pulang ke dalam rumah diri kita yang paling dalam. Dalam hidup banyak kita mengalami hal-hal yang melekat, mengganggu, menghantui. Itulah attachment. Kelekatan kita membuat kita kadang bertindak berdasarkan apa yang selalu menggelayuti kita. Perjalan pulang ke dalam diri mengajak kita menyadari jiwa yang murni (purity) dimana kita dapat melakukan dettachment terhadap aneka pengalaman, peristiwa, atau  ketakutan akan masa depan. Kita kadang lebih nyaman hidup dalam ketakutan akan masa lalu atau bahkan ketakutan akan masa depan . Padahal kita diajak hidup dalam present moment kita.

Pulang ke dalam kedirian kita yang paling dalam, ke dalam kemurnian diri adalah kerinduan semua orang. Apakah kerinduan itu menggerakkan dan mendorong kita melangkah, untuk berani menapak dalam jalan menuju kedalaman diri menyadari kemurnian hati dan pikiran. Di sana kita akan sampai ke rumah kita yang paling nyaman yang tidak diliputi kekawatiran, cemas, dan hidup yang spontan dan mengalir saja.

Di sana kita mendiami dan mengalami apa yang dalam ‘Kungfu Panda 2’ disebut dengan inner peace. Semoga kerinduan pulang ke dalam kedalaman diri selalu ada dalam hati kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun