Mohon tunggu...
Renanda Dwiyanto
Renanda Dwiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik pada kajian teknologi dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teknologi dalam Pusaran Tumbuh Kembang Anak

15 September 2021   10:16 Diperbarui: 15 September 2021   10:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era modern sekarang ini, kehidupan manusia banyak dibantu oleh teknologi. Teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi keberlangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, kita dilarang untuk berkontak secara langsung oleh orang lain sehingga pemanfaatan teknologi lebih meningkat mulai dari sektor pendidikan, ekonomi, dan budaya.

 Perkembangan teknologi yang di latar belakangi oleh perang industri sekarang ini membuat perkembangan ponsel genggam atau sekarang disebut dengan smartphone semakin meningkat penggunanya karena fasilitas yang diberikannya.

 Dengan smartphone kita dapat berselancar ke dunia maya dengan bebas seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok, dan Youtube yang biasa kita sebut dengan sosial media. Sosial media sekarang menjadi candu bagi semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua. Sebenarnya setiap kalangan mempunyai kebutuhannya masing-masing dalam bersosial media. Seperti kalangan anak muda yang membutuhkan sosial media untuk mengekspresikan diri dan menjalin komunikasi dengan teman, sahabat, dsb.

Sementara di kalangan orang tua biasanya berguna untuk bekerja seperti berjualan, menjalin bisnis, dsb. Lalu, bagaimana dengan kalangan anak-anak?, Mungkin untuk kalangan remaja dan orang tua ketika bersosial media secara berlebihan akan berdampak buruk secara sosialnya karena kurang dekatnya mereka dengan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan anak anak, dimana masa masa mereka yang seharusnya mengenal lingkungan sekitarnya justru malah dihabiskan dengan bermain smartphone.

Jika orang dulu waktu bermain kita dihabiskan dengan bermain petak umpet atau bermain sepak bola sampai adzan magrib berkumandang, sekarang ini malah lebih dihabiskan dengan bermain game online atau bersosial media di rumah sendiri atau di rumah tetangga yang ada WiFi-nya.

Dulu, ketika internet belom semudah ini diakses, orang-orang harus merogoh saku 3ribu rupiah perjamnya untuk mengakses internet di warnet (warung internet) dan ponsel genggam hanya sering digunakan untuk SMS dengan mengisinya pulsa 5ribu rupiah. Namun sekarang kehidupan menjadi lebih praktis karena adanya smartphone karena pengembanan dari ponsel yang semakin canggih kita bisa mengakses internet dengan mudah. Apalagi smartphone lebih praktis karena bisa dibawa kemana-mana dan tidak memakan banyak tempat.

Dikuti dari New York Times, Sebuah kasus terjadi dimana seorang anak kecanduan pada gadget, anak tersebut terus merengek ketika gadget kesayangannya itu tidak berada dalam genggaman tangannya. Anak ini dapat dikatakan telah mengalami ketergantungan terhadap salah satu terobosan terbaru pada era globaisasi ini.

Penyebab dari kasus tersebut terlalu seringnya penggunaan gadget orang tua atau orang disekitarnya, sehingga anak penasaran. Hal ini karena gadget memiliki berbagai fasilitas seperti tampilan atau tayangan yang menarik.

Menurut data Badan Pusat Statistik ada sebanyak 29% anak berusia dini di Indonesia menggunakan smartphone. Bayi yang berusia kurang dari satu tahun sebesar 3,5%, anak balita 1-4 tahun sebesar 25,9% dan anak prasekolah 5-6 tahun sebesar 47,7%. Bayi di umur kurang dari satu tahun sudah memegang ponsel umumnya digunakan untuk menenangkannya agar tidak rewel.

Dalam data tersebut anak berumur 5-6 tahun atau anak prasekolah lebih tinggi datanya dalam penggunaan ponsel karena mereka sudah paham bagaimana menggunakan ponsel ditambah dengan adanya games seperti Free Fire atau Mobile Legend bahkan mereka rela menggunakan uang jajannya untuk top up untuk membeli kostum atau senjata untuk membuat tampilan karakter mereka lebih menarik di game, ditambah adanya pandemi Covid-19 yang membatasi mereka untuk keluar rumah sehingga waktu mereka dihabiskan dengan bermain ponsel atau gadget dirumah.

Teknologi di perumpamakan sebagai dua sisi mata pisau yang memiliki dampak positif dan negatif untuk perkembangan anak. Dampak positif dari pengguanaan teknologi antara lain memudahkan anak dalam mengasah kreativitas dan kecerdasan anak. Dengan ditunjukkannya aplikasi mewarnai, belajar membaca, dan menulis huruf dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.

Selain itu mengenalkan kelebihan teknologi dengan pendampingan anak dapat membuat mereka berkreasi untuk membuat mereka memiliki keinginan untuk membuat sebuah aplikasi atau robot dimana sekarang ini banyak sekali kompetisi tentang robot terutama di Indonesia. Namun demikian, penggunaan gadget juga membawa dampak negatif yang cukup besar bagi perkembangan anak.

 Dengan adanya kemudahan dalam mengakses berbagai media informasi dan teknologi, menyebabkan anak-anak menjadi malas bergerak dan beraktivitas. Hal ini dapat mengakibatkan kesehatan anak terganggu karena tidak beraktivitas atau olahraga. Terlalu lama menatap ponsel juga mengakibatkan mata menjadi rusak atau penglihatan menjadi kabur karena mata terlalu lelah.

Ketika orang tua tidak mengawasi anak-anak dalam menggunakan gadget berdampak juga pada tata krama karena penggunaan kata-kata kasar di sosial media yang sering mereka dengar Ketika menonton sesuatu di Internet. Anak-anak yang berumur 6 tahun keatas sudah tau kata "anjay", "anjing", dll. Jadi orang tua dan lingkungan memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak-anak. Sehingga dibutuhkan peran dari berbagai peran agar anak-anak tidak kecanduan akan teknologi yang berdampak negatif terhadap anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun