Mohon tunggu...
Renal Wijaya Kusuma
Renal Wijaya Kusuma Mohon Tunggu... Jurnalis - Author and connoisseur of literature

A fictional reader, who doesn't like to socialize, and lives in crowds. Not as complicated as imagined.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Harlena Paskaria Wowor, Ingin Masyarakat Lebih Taat dan Terbuka Mengenai Covid-19

3 Agustus 2020   19:13 Diperbarui: 3 Agustus 2020   19:17 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pemerintah menkonfirmasi virus Corona pada 2 maret lalu, Jumlah kasus virus Corona (Covid-19) di Indonesia terus meningkat. Hingga hari ini, akumulasi kasus positif telah mencapai 109.936 orang.

Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 67.919 dan yang meninggal menjadi 5.193.

Sedangkan pada data Global, jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 17.396.943 dan yang meninggal menjadi 675.060 jiwa.

Sebagai seorang yang bekerja di badan kesehatan, Harlena Paskaria Wowor, menilai meningkatnya kasus Covid-19 merupakan hal yang wajar dikarnakan masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa.

“Itu hal yang wajar karna manusia tetap beraktivitas 100% dan 30% melakukan aktivitas secara normal tanpa menggunakan masker, cuci tangan, dan lain-lain untuk menjaga kebersihan diri.” Kata Harlena.

Wanita lulusan Poltekkes Kemenkes Manado, Jurusan Analisis Kesehatan tahun 2017 ini, mengatakan bahwa masyarakat yang tidak mengikuti protokol pemerintah untuk tetap bertahan dirumah, tidak sepenuhnya salah. Baginya itu merupakan hal yang wajar, mengingat bahwa manusia perlu bekerja untuk kebutuhan hidup mereka.

“Menurut saya itu juga hak mereka karna setiap orang punya pendapat dan hak masing-masing. Memiliki pendapat itu hal yang baik, tapi goalnya ada dan dampak positif juga ada. Untuk yang tidak bisa berdiam diri dirumah demi kebutuhan perekonomian itu hal yang wajar secara manusia. Dengan menggunakan masker dan melakukan kebersihan diri saya rasa sudah cukup dan bisa beraktivitas seperti biasa.” Ujar Harlena.

Hal itu dibenarkan dengan bagaimana Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data orang yang mengalami guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hingga 70,53% masyarakat mengalami penurunan pemasukan.

Mengutip dari Databoks, masyarakat miskin dan rentan miskin masuk dalam kelompok berpendapatan paling rendah, yakni kurang dari Rp 1,8 juta. Berdasarkan perhitungan dari 87.379 responden, mereka mengalami penurunan terbesar dibanding pekerja lainnya. Sebanyak 70,53% responden dari kelompok yang rata-rata diisi para pekerja di sektor informal itu pendapatannya berkurang.

Sebaliknya kelompok dengan pendapatan terbesar juga mengalami penurunan. Namun hanya 30,34% responden dari kelompok dengan pendapatan lebih dari Rp 7,2 juta yang merasakan tekanan pendapatan. Persentase tersebut sekaligus menjadi yang terkecil dibandingkan kelompok pendapatan lainnya.

Wanita yang kini bekerja sebagai Tenaga Laboratorium Medik di Puskesmas Tompaso. Kab. Minahasa ini, saat ditanyai mengenai pekerjaannya sebagai Tenaga Laboratorium Medik, Harlena menjelaskan bahwa ia bekerja sebagai penegak diagnosis penyakit.

“Saya bekerja sebagai penegak diagonis penyakit yaitu sebuah profesi atau pekerja pada sarana kesehatan yang bertugas melayani pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian bahan yang diambil dari seorang manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang mempengaruhi.” Terangnya.

Dibalik rasa kemanusiaan-nya yang tinggi dan tujuan yang mulia sebagai tenaga medis, Harlena ternyata sempat mendapatkan tanggapan kurang menyenangkan. Ia dan beberapa rekan tenaga medis lainnya, pernah mendapatkan penolakan oleh sebagian masyarakat di beberapa desa ketika sedang bertugas melakukan rapid test, swab test dan edukasi dalam melayani pemulazaran jenazah yang terkena Covid-19.  

“Kurang lebih empat sampai lima kali ditolak.” Ujarnya.

Wanita kelahiran 28 maret 1997 ini memberikan tanggapan untuk orang-orang yang sulit membuka diri bahwa Covid-19 adalah masalah yang sangat serius, dan bukan sebuah konspirasi seperti yang banyak diisukan. Harlena juga menambahkan bahwa pengetahuan seharusnya dimanfaatkan dengan benar dan tidak untuk membodohi orang lain.

“Saya memiliki tuhan dan pengetahuan seharusnya saling melengkapi. Pengetahuan yang luas tidak ada gunanya jika tidak dimanfaatkan untuk kebaikan orang lain, apalagi memanfaatkan pengetahuan itu untuk membodohi orang lain. Kita diberikan pengetahuan yang lebih dari Tuhan agar bisa memberikan manfaat yang baik untuk kehidupan ini.” Tutur Harlena.

Ia juga berpesan kepada sebagian masyarakat yang tidak korporatif terhadap pemerintah, untuk lebih terbuka, dan taat sebagai pribadi yang takut akan tuhan.

"Pesan saya untuk mereka yaitu, jika dia beragama kristen seperti saya seharusnya dia sadar dan taat kepada pemerintah, dengan begitu dia juga telah taat kepada tuhan. Terdapat dalam alkitab (Titus 3:1)” Tutupnya.


Harlena Paskaria Wowor merupakan salah satu tenaga medis kontrak langsung dari kementerian kesehatan republik Indonesia, yang diberi nama Nusantara Sehat, sebagai tenaga laboratorium medik. Tidak mudah untuk bisa bergabung menjadi anggota di Nusantara Sehat. Selain membutuhkan keahlian di bidang profesi, juga diharuskan memiliki skill survevor, jiwa pengabdi, problem solver, dan agen perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun