Mohon tunggu...
Renaldo Garedja
Renaldo Garedja Mohon Tunggu... Ilmuwan - Insan bertuhan yang selalu bersyukur

Manusia bisa membuat sejarah dirinya yang luar biasa dengan menulis yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Singa Tak Bertaring dan Serigala Berbulu Domba

9 Juli 2019   02:22 Diperbarui: 9 Juli 2019   02:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Singa merupakan hewan buas di alam liar yang hidup bersama kawananya. Terkenal dengan nama latin Panthera Leo, singa merupakan keluarga dari para kucing-kucing besar yang ada didunia ini (Cita dan harimau). Biasanya singa memburu hewan lainya untuk memenuhi kebutuhan hasrat pribadi atau kelompoknya. 

Menerkam mangsa dengan kekuatan gigi taring yang kuat nan tanjam, singa mampu menggulingkan satu kerbau berukuran bisa 5 kali lipat dari ukuran besar singa. Dengan terkaman di sekitar tekuk mangsanya, tak butuh waktu lama sudah bisa menyantap makan siang dengan santai. 

Seperti yang yang kita tahu bersama bahwa singa mampu bertahan hidup di alam bebas selama 10-15 tahun dengan kesehariannya menerkam mangsa-mangsa menggunakan gigi yang kuat. Namun apa yang terjadi ketika singa itu tak mempunyai gigi lagi alias ompong? Mati dan menuju kepunahan dalam semesta ini sudah menjadi tiket gratis kalau keadaanya seperti itu. Begitulah lembaga eksekutif mahasiswa.  

Seyogianya telah berdalih akan membawah aspirasi mahasiswa namun mengordinasikan mahasiswa saja masih bergantung pada kepentingan yang lainya. Kritikan pedas harus sering mampir dalam tahapan proses organisasi mahasiswa yang konotosinya sekedar menjalankan program kerja seremonial.

Saya khawatir jika terus-terusan seperti ini, jangan kaget jika badan eksekutif mahasiswa hari ini akan bernasib buruk seperti singa yang tak bertaring lagi. Iya, secara cepat akan punah dari peradaban pergerakan mahasiswa Indonesia. 

Gerakan-gerakan mahasiswa sudah lama padam, sepertinya mereka hanya mewarisi debu-debu dari api perjuangan. Sekilas, keadaan seperti ini layaknya kita melihat tubuh yang tak bernyawa (mati). Memegang fungsi eksekutif berarti mampu mengkoordinasikan dan mampu mengeksekusi berbagai persoalan dan dielektika yang terjadi. Perosalanya cukup mudah, tapi dikekang oleh mindset  (cara berfikir) hitung-hitungan elektabilitas alias takut luntur bedak pencitraannya.

Musabab.
Kontruksi politik kampus yang terlalu praktis mengakibatkan lembaga ini takut mengambil keputusan secara organisasi. Kemudian banyak pengurus yang termasuk dalam struktur organisasi tidak memahami betul apa yang menjadi visi dan misi lembaga tersebut. Naif ketika kita menjalankan suatu roda organisasi kemudian mengabaikan tujuan kita apa. Yang berikut adalah banyak yang berwatak serigala berbulu domba. 

Istilah yang ini mungkin tidak terlalu berlebihan saya gunakan karena seperti yang dikatakan tadi bahwa telah menganggap politik kampus seperti politik praktis yang sering digunakan politisi lokal. Tak heran pula banyak intrik politik yang dimaikan, pun banyak korban yang termakan bualan tersebut. dan menjadi bomerang untuk lembaga mahasiswa ini. 

Yang terakhir, ketidak demokrasinya pemilihan ketua dan wakil ketua badan eksekutif mahasiswa yang mengakibatkan lembaga ini hampir menuju yang namanya kepunahan pergerakan. Ini menjadi suatu alasan konkret kenapa lembaga ini lemah dan mengkordinasikan mahasiswa secara utuh, karena menerapkan sistem patologi demokrasi kampus. 

Hak suara mahasiswa tidak disalurkan secara baik, akibatnya terbangun stigma buruk bahwa lembaga ini terbangun hanya sebuah kepentingan sekelompok orang. Jangan kaget, hal tersebut merupakan fakta objektif yang terjadi dikalangan mahasiswa akhir-akhir ini. Banyak tantangan yang harus dilewati dan perlu sekali pembenahan soal organisasi dalam membangun tingkat kepercayaan di antara mahasiswa.

Rasa-rasanya keliru jika kita diperhadapkan dengan berbagai kritikan ataupun kita yang membuat kritikan tersebut tanpa lahirnya sebuah solusi. Pada sudut pandang ini saya harus memberikan kritikan yang keras untuk lembaga atau organisasi mahasiswa yang memiliki fungsi eksekutif di kampus. 

Sudah menjadi wajib saya memberi masukan atau pandangan atas persoalan yang terjadi. Yang pertama, lembaga mahasiswa ini harus melakukan indoktrinasi apa yang menjadi ideologi di dalam organisasi tersebut. 

Yang kedua, harus merdeka dalam berfikir. Struktur yang sudah ada, harus menjalankan program yang benar untuk mahasiswa, jika pada proses awal kita catat nilai usahakan pada proses ini kita mampu mengeksekusi secara baik tanpa ada kepentingan segilintir orang. Bem harus merekonstruksi pemikiran yang out of the box, karena masih banyak harapan untuk organisasi untuk berbenah walaupun sempat mencederai hak-hak mahasiswa. 

Yang terakhir kesusahan sehari cukuplah untuk sehari artinya bahwa jangan menunda-nunda pekerjaan, karena walaupun kita meyakini bahwa persoalan ini hanyalah bagian dari kita berproses dikampus tetapi kita harus keluar dari zona nyaman.

Tulisan ini sengaja saya buat untuk sahabatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun