Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Brawijaya berhasil lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta oleh Kemdikbud Ristek tahun 2024. Mereka adalah Ade Surya Ananda, Renaldi Saputra dan Putri Salsabila Risa yang ketiganya merupakan mahasiswa FTP Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIP). Berikutnya Miftahul Jannah dan Tyas Fachrunnisa, mahasiswa Pendidikan Dokter Hewan, FKH.Â
Kelima mahasiswa tersebut meneliti "Potensi Formula Ekstrak Serai Dapur (Cymbopogon citratus) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum) dalam Menghambat Pertumbuhan Tungau dan Bakteri Penyebab Penyakit Scabies" di bawah bimbingan Prof. Dr. Sucipto, STP. MP. IPU. "Fokus penelitian ini adalah bagaimana ekstrak serai dapur dan cengkeh dapat menjadi akarisida, ovicidal, antibakteri, bahkan anti inflamasi yang membantu penanganan scabies" tutur Ade.Â
Scabies, lanjut Ade, merupakan penyakit kulit yang banyak menyerang hewan ternak ruminansia, terutama kambing dan kelinci, serta dapat menular ke manusia (bersifat zoonosis) baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyakit ini sangat popular di kalangan peternak karena tersebar di seluruh Indonesia dan menyebabkan ternak mengalami stress, kurus, pertumbuhan terhambat, daya tahan tubuh menurun, penurunan produktivitas, hingga kematian yang tentunya merugikan peternak. Scabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei, yang hidup di terowongan lapisan kulit sehingga memicu munculnya infeksi sekunder oleh bakteri, seperti bakteri Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus. Meskipun prevalensi cenderung sedang, akan tetapi apabila dalam satu kelompok ternak terdapat satu saja yang terinfeksi, maka akan menyebar dalam waktu singkat.Â
Sejauh ini, penanganan scabies menggunakan antibiotik berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kulit dan resistensi, sedangkan penggunaan obat kimia seperti permethrin dan ivermectin, juga memiliki efek samping berupa peradangan kulit, alergi, dan bahkan potensi menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, Ade dan rekan-rekanya berupaya menghadirkan solusi alternatif yang aman dan ampuh dalam menghambat pertumbuhan tungau dan bakteri pada penyakit scabies.Â
Serai dapur dipilih oleh Ade dan rekan-rekanya, karena minyak serai dapur (Cymbopogon citratus) memiliki bahan aktif citral, berupa geranial dan neral yang bersifat anti mikroba, antioksidan, anti inflamasi, dan ovicidal sehingga efektif mencegah pembengkakan, pertumbuhan bakteri dan tungau, serta penetasan telurnya. Sedangkan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum) memiliki bahan aktif eugenol yang bersifat antioksidan, akarisida, insektisida, dan antibakteri sehingga dapat membunuh tungau dan bakteri.
Bersama rekan-rekanya, Ade telah melakukan berbagai tahapan penelitian untuk menguji efektivitas ekstrak serai dapur dan cengkeh dalam penanganan scabies pada kelinci. "Kami telah melakukan identifikasi scabies baik secara uji klinis maupun mikroskopis, ekstraksi serai dapur dan cengkeh, uji kandungan senyawa aktif (GC-MS), formulasi sediaan herbal dalam bentuk spray, dan uji efektivitas melalui aplikasi spray herbal secara in vivo pada kelinci yang terkonfirmasi positif scabies" tuturnya.Â
"Dari penelitian kami, ditemukan bahwa ekstrak serai dapur (Cymbopogon citratus) dan cengkeh (Syzygium aromaticum) berpotensi dalam menyembuhkan penyakit scabies yang disebabkan tungau Sarcoptes scabiei yang diperparah dengan infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus sp. Perlakuan terbaik ada pada konsentrasi 5% dan 7,5%, berikutnya konsentrasi 2,5% dan aplikasi obat kimia komersial sebagai kontrol positif, disusul dengan tanpa perlakuan sebagai kontrol negatif yang menunjukkan scabies semakin parah. Perlakuan terbaik mampu menyembuhkan scabies hingga 99,556%. Sehingga dapat dikatakan penggunaan spray herbal serai dapur dan cengkeh berpotensi sebagai alternatif yang lebih baik dalam menangani penyakit scabies dengan lebih aman dan efektif" tutur Ade.
Ade berharap penelitian yang dilakukan bersama rekan-rekannya dapat bermanfaat luas, tidak hanya bagi peternak, tetapi juga nantinya dapat menjadi acuan untuk dilanjutkan uji terhadap manusia. "Harapan kami PKM ini kedepannya dimudahkan dalam publikasinya, PIMNAS-nya, medali emasnya, serta hasil penelitian bermanfaat luas, tidak hanya bagi peternak, tetapi dapat dipertimbangkan untuk diuji pada manusia" pungkasnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H