Dampak Hidup Foya-Foya pada Generasi Z
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, merupakan kelompok yang tumbuh di era digital, dengan akses cepat terhadap teknologi dan informasi. Mereka juga sering dianggap sebagai generasi yang lebih progresif dan terbuka terhadap berbagai perubahan sosial dan budaya. Namun, di tengah kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi, ada fenomena yang mulai muncul, yaitu gaya hidup foya-foya atau konsumtif, yang dapat memberikan dampak serius bagi kesejahteraan finansial, sosial, dan psikologis generasi ini.
1. Ketidakstabilan Finansial
Gaya hidup foya-foya sering kali mendorong Gen Z untuk mengeluarkan uang di luar batas kemampuan mereka. Beberapa dari mereka menghabiskan uang untuk barang-barang mewah, liburan, atau pengalaman yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Kecenderungan ini diperparah oleh fenomena FOMO (Fear of Missing Out), di mana banyak anak muda merasa harus selalu mengikuti tren dan tampil seperti influencer di media sosial. Akibatnya, mereka kerap berutang melalui kartu kredit atau pinjaman online demi mempertahankan gaya hidup tersebut.
Ketidakmampuan mengelola keuangan ini dapat berdampak jangka panjang. Utang yang terus menumpuk tanpa perencanaan yang matang dapat membuat mereka sulit mencapai kestabilan finansial di kemudian hari, seperti membeli rumah, berinvestasi, atau mempersiapkan dana pensiun. Hidup dalam tekanan finansial juga bisa menyebabkan stres yang berdampak pada kesehatan mental.
2. Pengaruh Negatif Media Sosial
Media sosial memainkan peran besar dalam menciptakan gaya hidup konsumtif. Generasi Z yang tumbuh di tengah perkembangan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, sering kali dibanjiri dengan konten yang mempromosikan gaya hidup mewah. Dari unggahan selebriti hingga influencer yang sering kali menampilkan kemewahan, hal ini bisa membuat seseorang merasa kurang percaya diri atau merasa tidak cukup jika tidak dapat mengikuti standar tersebut.
Sebagai hasilnya, beberapa dari mereka terjebak dalam perlombaan untuk "tampil sempurna" secara materi, yang sering kali melibatkan pembelian barang-barang mahal atau gaya hidup yang di luar jangkauan finansial. Tekanan sosial ini juga bisa menyebabkan perasaan cemas atau depresi ketika mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
3. Kesehatan Mental yang Terganggu
Selain ketidakstabilan finansial, hidup foya-foya juga berdampak pada kesehatan mental generasi Z. Gaya hidup yang konsumtif dan berorientasi pada pencapaian material dapat menimbulkan tekanan psikologis, terutama jika mereka merasa harus terus bersaing dengan orang lain dalam hal penampilan atau kekayaan.
Hidup di bawah tekanan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti tren juga sering kali menimbulkan perasaan cemas, rendah diri, dan tidak puas terhadap kehidupan. Selain itu, pola hidup yang serba cepat dan konsumtif bisa membuat mereka kurang fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup, seperti hubungan sosial yang sehat, pengembangan diri, dan kesejahteraan emosional.
4. Menurunnya Nilai dan Kepedulian Sosial
Gaya hidup foya-foya yang terlalu berfokus pada pencapaian materi bisa membuat Generasi Z lebih mementingkan penampilan luar ketimbang nilai-nilai penting seperti empati, solidaritas, dan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Dengan fokus pada konsumsi pribadi, mereka mungkin cenderung mengabaikan masalah-masalah sosial yang lebih luas, seperti isu lingkungan, ketimpangan sosial, atau kemiskinan.
Selain itu, mereka juga bisa kehilangan kesempatan untuk membangun hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain. Jika hubungan pertemanan atau percintaan hanya dibangun berdasarkan materi atau penampilan, maka fondasi hubungan tersebut menjadi rapuh dan cenderung tidak bertahan lama.
5. Kurangnya Kesadaran Investasi dan Perencanaan Masa Depan
Gaya hidup yang fokus pada konsumsi jangka pendek membuat banyak generasi Z abai terhadap pentingnya investasi dan perencanaan masa depan. Sebaliknya, mereka lebih memilih untuk menghabiskan uang demi kesenangan sesaat daripada berinvestasi untuk keamanan finansial di masa depan.
Padahal, masa muda adalah waktu terbaik untuk mulai merencanakan keuangan, baik melalui tabungan, investasi, atau pengelolaan utang yang bijak. Ketika mereka terlalu asyik dengan pola hidup yang konsumtif, mereka melewatkan kesempatan untuk membangun aset yang bisa membantu mereka dalam menghadapi tantangan keuangan di masa depan.
Kesimpulan
Hidup foya-foya memiliki berbagai dampak negatif bagi Generasi Z, mulai dari ketidakstabilan finansial hingga gangguan kesehatan mental. Gaya hidup ini mungkin tampak menarik dalam jangka pendek, terutama di tengah pengaruh media sosial yang kuat. Namun, dalam jangka panjang, hidup konsumtif tanpa perencanaan yang matang dapat mengganggu kesejahteraan finansial, sosial, dan psikologis mereka.
Penting bagi Generasi Z untuk mulai memikirkan konsekuensi dari gaya hidup mereka dan mencari keseimbangan antara mengejar kesenangan sesaat dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan, nilai-nilai sosial, dan kesehatan mental yang seimbang adalah kunci untuk menghadapi era modern dengan lebih bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H