Mohon tunggu...
Ayu Lorena
Ayu Lorena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

Hiii! I'm just a person who like to drinking a cup of coffee, reading a book, have a traveling, or watching the movie.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Secuil Kisah dari Penumpang Bus TMP

4 Juni 2024   14:33 Diperbarui: 4 Juni 2024   14:59 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syalma memulai perjalanannya dari halte SD Lenkong TMP (Trans Metro Pasundan) koridor 3D menuju halte di sekolah Ganesa. Syalma melanjutkan perjalannya dari halte PT Inti menggunakan TMP koridor 5 untuk sampai di Unpad Jatinangor. 

Seperti biasa Syalma memilih metode pembayaran non tunai karena praktis. Tinggal tempelkan kartu e-money ke mesin scan, otomatis saldo di kartunya akan berkurang sebesar Rp 2000. Keuntungan itu bisa diperoleh oleh pelajar atau mahasiswa, lansia, dan penyandang disabilitas asalkan sudah mendaftarkan kartu e-money di website resmi Teman Bus.

Hal itu juga yang mendasari Linda memilih menggunakan transortasi umum TMP. 

"Jelas karena tarifnya lebih murah. Apalagi sebagai mahasiswa ada tarif khusus dan pembayarannya menurut aku sangat membantu dan sangat efektif karena cuma tap satu kali" 

Sementara itu, bagi pengguna umum akan dikenakan biaya sebesar Rp 5000. Pengguna juga dapat membayar melalui scan qris baik yang Rp 2000 maupun Rp 5000. 

Bicara soal metode pembayaran, pengalaman kurang mengenakan pernah dialami oleh Ningsih. Ningsih naik TMP dari Bandung. Saat hendak men-scan qris, sistem pembayaran tersebut error. Hal itu memang kadang-kadang terjadi. Kadangkala mesin scan kartu e-money juga harus di-reset ulang. Lalu sopir menyarankan untuk membayar saat turun. 

Tidak terasa satu setengah jam berlalu. Bus TMP telah tiba di halte IPDN A Jatinagor. Ningsih mencoba men-scan qris lagi, namun hasilnya nihil. Ningsih mencoba berkali-kali namun tetap tidak berhasil.  

Sementara itu, para penumpang lain berseru-seru, mengomel karena Ningsih terlalu lama. Sang sopir pun menyuruh Ningsih untuk membayar uang tunai. Ningsih tidak mau karena dia khawatir jika uang itu akan digunakan untuk kentingan supir sendiri.

Sang supir memaksa, begitupun para penumpang lain. Ningsih terdesak. Ningsih tidak punya pilihan lain. Dia membayar uang tunai Rp 10.000 untuk dirinya an temannya. Turun di halte mereka mengomel, merasa sangat kesal. Ini bukan cuma soal jumlah uang, tapi pertanggungjawaban atas uang tersebut.     

Syalma tertidur di bus, meski tidak nyenyak. Dia memang sering tertidur di Bus TMP dan terbangun ketika sampai di halte IPDN A Jatinangor. Syalma tidak merasa khawatir, sebab bus selalu otomatis memberikan pemberitahuan setiap kali tiba di halte.    

"Fun fact kalau misalkan busnya masuk gerbang tol pasti langsung tidur. Nanti bangun-bangun pas kedengeran "halte IPDN" nanti baru bangun".

Bus ini cukup nyaman dan aman. Ada tiga cctv di dalam dan di luar bus serta tong sampah dan AC. 

"Merasa aman banget. Di TMP ada CCTV baik di dalam bus maupun di luarnya. Dari segi kenyamanan, nyaman banget. Ada AC-nya juga. Selalu bersih, tersedia tempat sampah juga"..  

 Setidaknya ada 6-8 kursi khusus untuk lansia, ibu hamil, anak-anak maupun. Adapula ruang untuk penyandang disabilitas. Terdapat pegangan bagi para penumpang yang berdiri. Biasanya bus penuh saat pagi dan sore. Mau tidak mau sebagian penumpang harus berdiri.

Linda menilai kapasitas penumpang dan  ukuran bus sudah ideal. "Cukup aja. Soalya kalo nggak kebagian duduk juga bisa beriri". 

Penumpang dilarang makan dan minum di dalam bus. Penumpang juga dilarang merokok, membawa hewan peliharaan,  berpegangan pada penumpang lain saat berdiri, dan kecepatan bus dilarang melebihi 50 km/jam.

Namun yang Syalma dapati, masih ada penumpang yang makan dan minum di dalam bus. Kecepatan bus pun kadang-kadang melebihi 50 km/jam. Dulunya, para sopir TMP seringkali ugal-ugalan. Hal itu mengganggu bahkaan membahayakan peumpang maupun pengguna jalan lain.

Namun kini tidak lagi, para supir bus lebih tertib semenjak warganet banyak mengadukan keluhannya di sosial media Twitter. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Linda.   

"Dulu sering (Supir ugal-ugalan). Terus pernah ada yang ngomong di Twittwr, banyak yang lapor. Sekarang udah mendingan".      

Syalma mengatakan jika halte-halte TMP lebih mudah dijangkau karena lokasinya yang strategis. Namun sayangya beberapa halte tidak memadai, tidak terurus, bahkan dijadikan rumah bagi tunawisma.

"Kita lihat halte-halte TMP sekarang ditinggalkan dan tidak terurus, haltenya sudah rusak, runtuh, bahkan dijadikan tempat untuk tidur orang-orang yang homeless, dan bau, dan sudah tidak layak digunakan lagi sbagai tempat untuk menunggu bus" 

Namun saat itu hujan deras. Syalma tidak tertidur, dia mengamati sekitar. Ternyata alat pembersih kaca depan bus tidak berfungsi. Untunglah sopir bus berhati-hati dan mengambil lajur kiri di jalan tol. Syalma dan penumpang lain sampai ke tujuan dengan selamat.

"Jadi waktu hujan gede di tol, pembersih kaca nggak nyala. Jadi kacanya buram. Alhamdulillahnya selamat sampai tujuan karena sopir ambil jalur kiri terus pelan-pelan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun