Mohon tunggu...
Rena Afifah Putri
Rena Afifah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Fisika || Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aplikasi Mobile Learning dengan Pendekatan Islami sebagai Upaya Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Sains

15 November 2021   20:55 Diperbarui: 15 November 2021   21:04 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Hajar Imtihani, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2021

Berproses untuk membentuk tatanan kehidupan yang baik akan selalu dilakukan oleh manusia. Apa yang disusun untuk memberikan kebaikan bagi kehidupan, akan terus dirancang, sebagaimana yang sudah kita rasakan dalam era revolusi industri 4.0, di mana begitu banyak kemudahan dalam menjalani beberapa aktivitas di kehidupan sehari-hari ketika memanfaatkan teknologi, meski masih ada kekurangan yang tidak dapat dikesampingkan. Namun, kekurangan demi kekurangan terus diperbaiki agar mencapai tatanan kehidupan yang ideal, sehingga hadir kembali era society 5.0 sebagai konsep tatanan kehidupan baru bagi masyarakat. Dengan dibentuknya konsep society 5.0 untuk kehidupan masyarakat, diharapkan akan lebih nyaman dan berkelanjutan.

Di era society 5.0 terdapat poin yang sangat penting untuk menjadi tolok ukur penyusunan beberapa elemen tatanan kehidupan masyarakat. Maka, yang menjadi prinsip dasar adalah keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak instrialisasi lainnya) akan berkurang. Pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.

Pendidikan dan Era Society 5.0

Dengan mulai dipersiapkannya era society 5.0, Indonesia menjadi salah satu negara yang juga mempersiapkan kedatangan tatanan baru tersebut. Maka, salah satu komponen yang harus diperhatikan adalah pendidikan, karena dari pendidikanlah akan muncul sumber daya manusia baru yang akan siap menghadapi era society 5.0 sebab disanalah tempat banyak bibit unggul masyarakat Indonesia belajar mengenai banyak hal.

Berdasarkan narasi di atas, maka Indonesia harus mempersiapakannya dengan baik. Belum selesai dengan hiruk pikuk era revolusi industri 4.0 Indonesia kembali dikejutkan dengan konsep tatanan kehidupan baru tersebut.  Dalam pendidikan kita sudah mengenal dengan fokus keahlian bidang pendidikan abad 21 yang meliputi creativity, critical thinking, communication, dan collaboration atau yang dikenal dengan 4C (Risdianto, 2019). Menurut saya bahwa keahlian pendidikan abad 21 bisa kembali dibawa dalam strategi pendidikan Indonesia untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era society 5.0 dan bersaing di tingkat global. Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Muhammad Nasir, menerangkan bahwa ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi. Pertama, pendidikan berbasis kompetensi menjadi salah satu misi utama perguruan tinggi di era saat ini. Kedua, memanfaatkan Internet of Things pada dunia pendidikan. Ketiga, pemanfaatan virtual/augmented reality dalam dunia pendidikan. Keempat, memanfaatkan Artifical Intelligence dalam dunia pendidikan untuk mengetahui serta mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran yang dibutuhkan oleh pelajar. Dari keempat komponen tersebut terdapat pemanfaatan terhadap tiga teknologi, yaitu artificial intelligence, Internet of Things dan augmented reality yang diharapkan bisa menciptakan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang siap pakai di dunia industri (Munanda, 2019).

Communication Skills dengan Era Society 5.0

Di lansir dalam situs resmi kemendikbud Dwi Nurani mengatakan, "Untuk menjawab tantangan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau lebih dikenal dengan istilah 4C (Creativity, Critical Thingking, Communication, Collaboration). Dalam proses pendidikan, diharapkan guru menjadi pribadi yang kreatif, mampu mengajar, mendidik, menginspirasi serta menjadi suri teladan." Maka, solusi yang saya berikan akan berangkat dari bagaimana keterampilan abad 21 di bidang pendidikan beriringan dengan era society 5.0, yaitu dari empat keahlian yang dijabarkan dalam keterampilan abad 21, saya akan mengambil satu di antaranya untuk fokusan solusi, communication skills.

Komunikasi dalam sains akan memungkinkan para ilmuwan untuk berbagi wawasan mengenai dunia, untuk memperkuat hubungan antara ilmu pengetahuan, masyarakat, dan opini publik (Suprapto & Pai, 2015). Masyarakat dan organisasi sains memiliki pengaruh besar dalam komunikasi sains dengan publik; mereka juga memiliki pengaruh yang sama pada sains yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, energi antara komunikasi sains dengan publik dan sains di sekolah sangat diperlukan (Suprapto & Ku, 2016). Dengan itu akhirnya saya menganggap bahwa akan sangat selaras jika fokus pada pengembangan keterampilan komunikasi sains dengan tujuan dari era society 5.0 yaitu pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat.

Media Pembelajaran Berbasis Augmented Reality

Siswa di sekolah perlu belajar untuk melatih keterampilan komunikasi sains. Ini diperlukan strategi dan model pembelajaran yang tepat untuk melatih keterampilan komunikasi sains. Guru harus memiliki keterampilan untuk menentukan model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi.

Dalam proses pendidikan, motivasi belajar merupakan modal awal agar pengajaran dapat diterima dengan baik oleh para siswa di sekolah. Motivasi belajar merupakan tingkat keinginan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan diiringi oleh meningkatnya keingintahuan siswa dalam belajar. Hal tersebut didorong karena adanya tujuan, kebutuhan, dan juga keinginan. Maka idealnya, sebelum merancang solusi untuk mengatasi permasalahan di atas, motivasi harus ditinjau terlebih dahulu karena erat hubungannya motivasi belajar dengan hasil belajar.

Oleh karena itu, pertama saya mengambil penggunaan Al-Qur'an sebagai dasar dari media pembelajaran yang akan saya tawarkan sebagai solusi, karena Al-Qur'an merupakan hal yang dapat digunakan sebagai peningkatan motivasi siswa, karena sains (IPA) dikembangkan berlandaskan pemikiran bahwa Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan (Agus dan Ahmad, 2006). Sehingga berdasarkan hal tersebut, siswa memiliki keingintahuan dalam belajar, tentunya dengan adanya tujuan, kebutuhan, dan juga keinginan. Penekanan secara umum terletak pada berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau dengan logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan mutakhir dari yang telah dimiliki (Ali, 2015). Berbagai indikator tersebut kemudian dirangkum menjadi ranah sikap religius, sikap sosial, dan keterampilan siswa dalam mempelajari sains. Sedangkan jika dikaitkan dengan pembentukan keterampilan komunikasi sains, Al-Qur'an memiliki peran dalam hal tersebut karena secara umum sains (IPA) yang berintegrasi dengan islam memiliki tujuan untuk mengantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam terhadap ayat-ayat Allah swt., baik ayat qauliyah maupun ayat kauniyah (Irwandani, 2016). Ayat-ayat dalam Al-Qur'an tentang sains tentunya dekat dengan kehidupan kita, maka nantinya akan masuk kepada konsep pembelajaran kontekstual. Sehingga akan muncul kebiasaan memahami konsep fisika dengan kondisi lingkungan sekitar, menambah bekal untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sains yang baik.

Penggunaan teknologi sudah tidak lagi menjadi hal yang sulit, bahkan hari ini hidup kita yang akan terasa sulit jika tidak bersama dengan teknologi. Terlihat dari adanya pandemi covid-19 di mana pertemuan tatap muka secara langsung dibatasi, padahal hampir semua pekerjaan melibatkan pertemuan secara langsung, yang kemudian ternyata dapat diatasi dengan adanya teknologi. Dengan bantuan teknologi, permasalahan di masa pandemi ini sedikit banyak dapat diatasi. Maka, saya yakin semua kalangan tak terkecuali anak-anak pun juga menjadi salah satu pengguna teknologi.

Pembahasan terkait teknologi tentunya bukanlah pembahasan yang singkat, dalam dunia pendidikan, dewasa ini sudah terdapat pengembangan media pembelajaran menggunakan teknologi media relalitas, yaitu Realitas Virtual (Virtual Reality), Realitas Tambahan (Augmented Reality), dan Realitas Campuran (Mixed Reality). Augmented Reality (AR) merupakan salah satu teknologi media realitas yang dapat digunakan dalam media pembelajaran, yaitu media yang menggaungkan dunia virtual (3D) ke dalam lingkungan dunia nyata dan menampilkannya secara real time sehingga objek-objek 3 dimensi (3D) seolah terlihat nampak dan menyatu dengan dunia nyata. Pemanfaatan teknologi augmented reality merupakan teknologi mobile yang mampu menyediakan berbagai informasi menyangkut visualisasi objek dalam bentuk sebuah bangun yang realitas (Asep, Evan 2018). Media realitas augmented reality ini biasa digunakan dalam media pembelajaran IPA karena sangat membantu siswa untuk mendapatkan gambaran nyata dari pembelajaran IPA yang sulit jika hanya dibayangkan di dalam kepala.

Pemilihan augmented reality sebagai basis dari media pembelajaran sains khususnya fisika, juga selaras dengan apa yang disampaikan oleh Menristek Dikti bahwa augmented reality dalam pendidikan bisa menjadi upaya untuk menciptakan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang siap pakai di dunia industry. Selain itu, dengan menggunakan augmented reality dalam media pembelajaran akan semakin membantu siswa untuk memahami konsep fisika secara kontekstual sehingga dapat membentuk kecakapan komunikasi sains.

Dari yang sudah dipaparkan di atas, penulis merasa perlu memaparkan gagasan berupa media pembelajaran yang menyatukan teknologi dengan sains dalam Al-Qur'an sebagai bentuk sains yang berintegrasi dengan islam. Gagasan tersebut adalah sebuah rancangan aplikasi berbasis augmented reality yang diberi nama SAQU (Sains dalam Qur'an), aplikasi ini merupakan aplikasi mobile berbasis android. Penggunaan teknologi ini diharapkan mampu menunjang kebutuhan pembelajaran dalam pelajaran yang terkenal akan kesulitannya, yaitu sains (IPA).

Aplikasi SAQU (Sains dalam Qur'an) untuk pembelajaran sains (IPA) di sekolah dapat menjawab tantangan zaman atas pendidikan berkualitas dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas di bidang sains. Aplikasi ini dibangun atas dasar analisa yang dibutuhkan dalam pendidikan di Indonesia untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas serta siap menghadapi era society 5.0, yaitu memadukan teknologi, pemahaman konsep fisika dengan kontekstual, dan menggunakan augmented reality, sebagaimana telah disesuaikan terhadap tujuannya yaitu dapat lebih banyak terbentuk siswa yang cakap dalam komunikasi sains untuk keseimbangan antara teknologi dan hubungan social antar manusia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mulyono, A. A., 2006. Fisika dan Al-Qur'an. Malang: UIN Malang Press.

Ali, M., 2015. Pengembangan Modul IPA Berbasis Karakter Islami Melalui Pendekatan Saintifik Pada Tema Rotasi dan Revolusi Bumi Sebagai Implementasi Kurikulum 2013. Jurnal Inkuiri, 4(2).

Asep Mahpudin, E. F. W. P., 2018. Rancang Bangun Augmented Reality (AR) Berbasis Android untuk Pengembangan Media Pembelajaran Fisika. Jurnal Seminar Nasional Edusaintek, p. 552.

Dasar, D. S., 2021. Menyiapkan Pendidik Profesional Di Era Society 5.0. [Online]
Available at: http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50 [Accessed 12 September 2021].

Dwi Agus Kurniawan, A. N. K., 2019. Analisis Sikap Siswa SMP Terhadap Mata Pelajaran IPA. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 22(2), p. 325.

https://republika.co.id/berita/q7ds30328/belajar-dari-rumah-konsep-yang-ternyata-tak-mudah, sumber gambar

Irwandani, 2016. Potensi Media Sosial dalam Mempopulerkan Konten Sains Islam. Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 1(2), pp. 173-177.

Pratiwi, I., 2019. Efek Program PISA Terhadap Kurikulum di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 4(1), p. 53.

Sri Sulastri, U. R. S. W. A. S., 2019. Penerapan Pendekatan SAVI dengan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal SMaRT Studi Masyarakat, Religi dan Tradisi., 2 Desember, 5(2), p. 244.

Taufanny Putri Pratiwi, M. N. S., 2020. ENHANCING STUDENTS' SCIENCE COMMUNICATION SKILLS THROUGH MORE LEARNING MODEL. Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 10(01), pp. 1844-1856.

Waston, W., 2014. Hubungan Sains dan Agama: Refleksi Filosofis Atas Pemikiran Ian G. s.l.:Barbour.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun