Mohon tunggu...
Rebecca Juliana
Rebecca Juliana Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemerataan Kendaraan Umum Berbasis Rel untuk Mengurangi Kemacetan

23 Agustus 2023   01:10 Diperbarui: 23 Agustus 2023   01:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu : Lingkungan

Sub isu : Pemerataan kendaraan umum berbasis rel untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara

Kereta api adalah kendaraan umum yang transportasinya menggunakan rel. Kereta api dari awal kelahirannya hingga saat ini telah banyak terdapat perubahan yang signifikan dan mengarah pada hal positif. Selain itu, ongkos perjalanannya lebih ringan ketimbang kita memesan tiket kapal atau pesawat.apalagi untuk tiket kelas ekonomi, hanya bermodal sangu buat makan permen sudah bisa naik kereta api.

Walaupun sudah ada transportasi umum yang memiliki perlengkapan lengkap, namun kemacetan serta polusi udara masih sering merajalela. Oleh karena itu, untuk mengatasi dua masalah tersebut, pemerintah ingin melakukan pemerataan kendaraan umum berbasis rel.

Program itu sangat cocok diadakan di kota-kota besar di Indonesia. Jadi masyarakat kota itu akan merasakan lingkungan tanpa adanya asap kendaraan dan dapat berangkat sekolah atau bekerja tanpa harus menikmati perjalanan yang lama yang biasanya harus menunggu karena macet.

Namun, jika dilihat dari sudut pandang kota-kota kecil, pemerataan ini akan menimbulkan perdebatan, karena di kota- kota kecil lumayan banyak yang berpekerjaan sebagai petani, supir dan lain-lain. Dan membuat anggaran negeri Indonesia menjadi lebih banyak. Kereta akan membuat negara memerlukan biaya pendanaan serta penggunaan kayu untuk membuat relnya. Dimana itu akan menambah biaya anggaran negara yang harus dilakukan.

Orang-orang di masyarakat kota kecil tidak terlalu suka memakai kendaraan pribadi maupun umum, makanya kereta api di daerah itu harus tetap dipikirkan kembali karna pendapat orang berbeda-beda.

Jadi kesimpulannya, pemerataan itu tidak bisa terjadi secara keseluruhan, harus dilihat tingkat prioritas nya, mana yang lebih membutuhkkam lebih dulu. Kota-kota besar lebih cocok dengan kereta, untuk mempermudah membatasi waktunya. Sedangkan kota kecil, lebih kepada kendaraan umum yang tidak berbasis rel seperti kol, grab dan lain-lain. Sehingga supir yang bekerja sebagai supir kol atau yang lainnya tetap mendapat bayarannya. Sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial dari daerah satu ke daerah yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun