Langit yang tadi mendung ditambah gerimis sekarang berganti biru  cerah. Matahari muncul,menjadi terik yang semakin mempercepat energy ikut menguap.  Tidak ada pohon untuk berteduh, hanya ada semak pendek  yang tidak cukup melindungi bayangan.
Beberapa kali saya harus mengambil waktu untuk minum dan beristirahat. Seperti biasa bila cuaca panas, saya menjadi mudah pening. Hal  penting yang harus dilakukan adalah  tetap mengukur diri supaya jangan sampai pusingnya bertambah.  Penting juga mengontrol ritme langkah dan nafas. Â
Jadwal siang ini, kami makan siang di Pos 1. Kalau selama pandemi Covid19 kita sering mencari rumah makan dengan konsep terbuka, tempat makan kami ini benar-benar di alam terbuka. Menu nikmat; nasi, dendeng balado cabai ijo dan sup ayam yang sudah dipanaskan oleh Andreas.Â
Makan saat mendaki itu selalu nikmat. Walaupun enak, harus ingat untuk tidak  kenyang sendiri, mesti ingat teman-teman  lain yang belum makan. Makan secukupnya, tidak terlalu kenyang supaya perut terasa nyaman saat melanjutkan perjalanan. Kalau lapar lagi, gampang karena ada  persiapan cemilan.Â
Perut sudah terisi dan sudah istirahat sebentar. Segar dan full energy lagi untuk  kembali melanjutkan perjalanan. Tidak terlalu jauh untuk sampai di Pos II lalu akan sampai di Pos Pintu Hutan.Â
Mulai dari Pintu Hutan, pendakian  melintasi hutan menjadi lebih seru karena diiringi hujan yang bukan gerimis. Karena hujan, saya tidak mengambil foto  selama melewati hutan. Dalam perjalanan di hutan, sol sepatu IP mulai lepas. Makanya,  sepatu gunung itu jangan kelamaan disimpan tapi harus sering  diajak mendaki hehehe. Untungnya masih bisa tetap dipaksa jalan sampai tujuan.Â