Setelah sempat mengunjungi  tempat wisata sejarah di Vietnam bersama Rene dan Dewi, di bulan Juni 2019, saya berkesempatan mengunjungi wisata sejarah di negeri sendiri.  Cuti panjang bersama  merayakan Hari Raya Idul saya isi dengan beberapa hari ngetrip ke Jawa Tengah. Semarang, Ambarawa dan Magelang menjadi tempat tujuan untuk disinggahi.Â
Saat di Ambarawa, saya dan tiga  teman datang ke Benteng Fort Willem I atau Benteng Pendem Ambarawa. Tidak sulit untuk menemukan tempat ini karena letaknya berdekatan dengan tempat terkenal yang ada di Ambarawa;  Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dan Lembaga Pemasyarakatan kelas II Ambarawa. Tidak jauh dari benteng juga ada Museum Kereta Api yang terkenal di Ambarawa.Â
Untuk memudahkan, kami menggunakan google map untuk mencari lokasi benteng. Map mengarahkan perjalanan kami; masuk ke  komplek perumahan dengan jalan kecil berkelok-kelok, sampai berakhir  di ujung jalan menghadap sawah.  Saat itu hanya mobil kami yang  parkir di pinggir jalan sisi  pagar kawat yang membatasi komplek perumahan.Â
Nafas disegarkan dengan udara alam yang terbuka.  Hembusan angin petang yang menyejukkan. Pemandangan sawah  hijau memanjakkan mata. Kaki-kaki kami santai  melangkah,  menikmati suasana sekitar komplek benteng.Â
Sambil mengamati batang-batang padi, Â bangunan-bangunan benteng sudah terlihat. Ada beberapa bentuk bangunan, dan ada yang dikelilingi sawah. Di gerbang benteng, kami membayar tiket masuk yang dijaga Rp 5,000.00 / orang.Â
Benteng Fort Willem I dibangun oleh VOC saat colonial berkuasa. Dari Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Pendem_Ambarawa) kita bisa menemukan informasi  sejarah dan fungsi benteng yang  sejak dulu sampai sekarang dibuat sebagai barak militer, tempat penyimpanan logistik militer, camp atau markas militer dan penjara. Hal ini terlihat dari banyaknya jendela yang ada di badan bangunan benteng.Â
Tahun 1834 – 1845 masa pembangunan benteng
Tahun 1927 perubahan dari penjara anak-anak menjadi penjara tahanan politik dan tahanan dewasa
Tahun 1942 – 1945 sebagai kamp militer Jepang
Tahun 1945 sebagai markas besar Tentara Keamanan Rakyat
Tahun 1950 sebagai penjara dewasa dan barak militer
Tahun 1985 sebagai penjara anak-anak dan markas militer
Tahun 1991 sebagai penjara kelas IIB dan barak militer
Tahun 2003 sampai sekarang sebagai penjara kelas IIA dan barak militer
Dari catatan tahun diatas, berarti benteng Fort Willem 1 sudah berusia 185 tahun. Di usia tuanya bangunan benteng masih tetap berfungsi dan digunakan sebagai mess militer.  Hal ini yang membedakan benteng Fort Willem I dengan benteng lainnya yang dulu dibuat sebagai benteng pertahanan yang menembakkan senjata atau meriam, kemudian  setelah perang berlalu, benteng pertahanan tidak lagi berfungsi.
Di masa sekarang, masa mengisi kemerdekaan, bersyukur karena kita  hidup dalam damai tanpa suara  tembakan  meriam.  Bangunan-bangunan benteng yang masih berwujud  adalah  saksi perjuangan, pertahanan dan kekuatan selama perang. Jangan pernah lagi dibuat benteng untuk menembakkan meriam melawan musuh penjajah. Biarlah kemerdekaan dan kedamaian terus berlanjut di Indonesia tercinta sampai selama-lamanya, Amin.
Kini, fungsi benteng menjadi  bangunan bersejarah, menjadi destinasi wisata sejarah. Misalnya Benteng Fort Rotterdam di Makasar, Sulawesi Selatan atau Benteng Tolukko di Ternate, Maluku Utara dan masih banyak lagi benteng sejarah di Indonesia yang menjadi tempat wisata. Â
Sampai sekarang benteng ini masih dipergunakan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Ambarawa dan mess tempat tinggal pegawai Lapas. Kami bertemu juga dengan beberapa petugas yang masih tinggal disana. Lantai dua bangunan benteng lebih  dikhususkan, pengunjung dilarangnaik dan mengambil gambar.Â
Banyak juga tempat yang terlihat agak ngeri dan sudah ditutup. Dugaan kami ini adalah sel-sel tahanan. Ruang tertutup rapat dengan hanya sedikit lubang udara. Membahas hal ini sambil membayangkannya terasa ngeri juga.Â
Entah bagaimana orang yang ada di dalamnya bernafas, karena yang kami lihat hanya ada sedikit ventilasi untuk sirkulasi udara. Atau mungkin bisa juga ini adalah gudang penyimpanan, aah entahlah. Memang sayangnya saat itu tidak ada pemandu yang mendampingi, jadi tidak banyak informasi di dapat saat berada di tempat ini.Â
Pintu-pintu kecil seperti pintu rumah kurcaci. Untuk masuk atau keluarnya harus menunduk seperti ini. Bangunan yang sudah menua ini terlihat klasik dan eksotis. Sepi dan heningnya tempat ini, cocok juga untuk tempat foto-foto ala vintage.Â
Sudah semakin sore, kami sudahi wisata sejarah di tempat ini karena  kami harus kembali ke Semarang. Langit biru yang teduh menaungi kota Ambarawa. Hijau teduh sawah yang subur di sekitar  komplek benteng mengurangi kesan penjara dan menjadikan tempat ini terlihat teduh.Â
Bila berkesempatan kembali ke Ambarawa, saya akan kembali lagi ke sini. Semoga benteng Fort Willem I, saksi sejarah yang masih ada terus dipertahankan sebagai warisan untuk generasi masa kini. Karena dari peninggalan sejarah seperti inilah generasi selanjutnya dapat belajar, menghargai jasa dan  usaha para pahlawan bangsa.
Tugas kita semua untuk menjaga dan melestarikan saksi dan bukti sejarah bangsa. Tugas kita juga untuk mengisi kemerdekaan ini dengan sebaiknya-baiknya, agar kemerdekaan tidak terlewat dengan sia-sia.Â
Salam merdeka,Â
Life Is A Great Journey
helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H