Vietnam adalah salah satu negara yang sukses mengemas tempat bersejarah warisan masa perang yang mengerikan menjadi destinasi "wisata wajib" turis yang datang ke Vietnam.
Chu Chi Tunnels (Terowongan Chu Chi) dibuat sepanjang 200-an KM di dalam perut bumi, seperti terowongan rumah semut di dalam tanah. Sepanjang 121 KM dari bagian terowongan masih diabadikan dan bisa dikunjungi sampai sekarang.Â
Bukan hanya sebagai tempat persembunyian, kegiatan yang mestinya di lakukan di atas tanah, menjadi menakjubkan karena dikerjakan di dalam tanah oleh (Viet Cong) Vietkong seolah-olah mereka adalah peri mini yang bisa bergerak seperti semut di dalam tanah.Â
Ruang-ruang  dibuat di dalam tanah untuk bisa melakukan kegiatan hidup sehari-hari selama perang. Dari diorama dan ruang peraga kita bisa melihat dan merasakan berada di ruang pengobatan, membayangkan bagaimana  operasi dilakukan untuk para pejuang yang terluka.Â
Dapur umum tempat memasak, ruang jahit pakaian perang, ruang produksi alas kaki, ruang meeting, ruang untuk anak-anak dan wanita dan ruangan lainnya.Â
Berada di tempat ini saya jadi ingat film berlatar perang Vietnam yang pernah saya saksikan, kemudian seperti bisa membayangkan bagaimana mereka hidup di dalam terowongan ini, dan musuh berjalan di atas terowongan ini.
Ruang gerak dan fasilitas pastinya sangat terbatas. Ketakutan, suara tembakan dan bom yang memekakkan telinga, luka dan kesakitan, semua perjuangan rakyat Vietnam melawan musuhnya, salah satunya adalah negara super power Amerika.Â
Perang Vietnam tidak dapat dipisahkan dari pasukan Vietkong yang luar biasa pintar. Bermodalkan fasilitas seadanya, mereka mengandalkan taktik dan strategi cemerlang untuk bisa  mengalahkan musuhnya.Â
Amerika saat itu sudah memiliki armada perang dan senjata yang jauh lebih canggih. Apalah Vietnam saat itu? Dari foto-foto sejarah tergambar bagaimana keadaan Vietnam tampak tidak sebanding sebagai lawannya Amerika.
Seperti para pejuang Indonesia saat melawan penjajah, fasilitas perang  juga masih sederhana dan seadanya. Cara gerilya juga digunakan oleh Vietkong. Kuncinya adalah harus menguasai medan, membuat tempat persembunyian, tidak terlihat namun bisa melihat dan mampu melumpuhkan musuh.
Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Ho Chi Minh City, kali kedua juga saya  ke Chu Chi Tunnels. Sengaja saya jadwalkan dalam perjalanan ke Vietnam ini  bersama Dewi dan Rene.Â
Tidak perlu repot mencari jalan menuju lokasi. Jaman canggih, tinggal klik dari HP untuk membeli online paket tour setengah hari via Klook, membayar Rp 171,573 per orang (hasil konversi). Â Harga termasuk transport pergi pulang, tiket, tour guide, singkong rebus dan pengalaman menakjubkan.Â
Kebetulan kantor travel tempat meeting point hanya 3 menit jalan kaki dari hotel tempat kami menginap.Â
Pagi cerah, saat kami tiba di meeting point, peserta tour dari berbagai negara sudah berkumpul memadati trotoar di depan kantor travel. Kami mengkonfirmasi kehadiran, lalu menunggu instruksi keberangkatan yang dibagi dalam bus group. Semuanya teratur dan jelas.
Berangkat sesuai jadwal, busnya nyaman untuk perjalanan sekitar 1,5 jam. Pagi yang segar, masih belum mengantuk, masih semangat untuk  menikmati perjalanan dan melihat sisi kota HCMC. Kanal sungai dan taman di pinggir jalan terlihat bersih dan nyaman. Hmmmm melihat pemandangan ini, posisi  Jakarta kalah deh dengan Vietnam
Dibangunkan saat sedang terlelap, kami mampir di An Ha Handicapped Handicrafts. Tempat kerajinan tangan berbahan  cangkang telur yang dibuat oleh para saudara disabilitas. Tempat yang menginspirasi karena bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi mereka.
Dengan tekun dan teliti mereka mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan sentuhan halus dan detail. Hasilnya disukai oleh para turis bule. Sebenarnya saya juga suka dengan hasilnya, tapi karena harganya lumayan mahal, saya hanya bisa  melihat-lihat saja.Â
Kami memanfaatkan fasilitas toilet, ada juga yang membeli kopi dan cemilan kantin yang menjual makanan. Perjalanan dilanjutkan kembali, sudah  tidak banyak pemandangan yang bisa dinikmati dalam perjalanan kecuali rumah-rumah penduduk.Â
Akhirnya kami tiba di tujuan. Sebelum masuk ke dalam area, peserta diberi waktu lagi untuk melihat-lihat atau berfoto atau ke toilet. Kami berfoto di dalam rangka helikopter. Di halaman depan ini, nyamuknya besar-besar dan siap berperang untuk menggigit, untungnya saya selalu membawa lotion anti nyamuk hehehe.Â
Tour leader mengumpulkan semua peserta di depan gapura. Kami harus masuk bersama-sama untuk  keperluan pengurusan tiket masuk karena tour ini sudah termasuk tiket dan karena disini kami harus tetap berada dalam group.Â
Penting untuk memperhatikan peraturan selama berada di area ini:
1. Pengunjung harus mematuhi instruksi petugas, tidak boleh meninggalkan group, tidak boleh turun ke dalam terowongan tanpa didampingi  petugas.
2. Pengunjung dengan kondisi tertentu yang tidak diijinkan turun ke dalam terowongan:Â
- * Mempunyai masalah medis kardiovaskular (sakit jantung), darah tinggi, masalah pernafasan, rematik, dll
- * Takut/phobia kegelapan dan tempat sempit
- * Wanita hamil, anak berusia di bawah 3 tahun, dewasa berusia di atas 70 tahun
- * Mabuk karena alkohol.
Selain terowongan, ditampilkan juga patung-patung pejuang Vietkong seukuran manusia. Wah, kalau berkunjung pada malam hari sepertinya agak ngeri juga ya hehehe (untuk saya yang penakut).Â
Bom dan rudal berbagai ukuran bisa dilihat juga disini, banyak yang lebih besar dan gemuk dibandingkan Dewi loh hehehe. Lihat saja perbandingannya di foto di bawah ini.Â
Tour leader, nona Vietnam yang cantik, pintar dan luwes mendampingi kami. Dengan pengantar bahasa Inggris yang mudah dimengerti, Â dia menjelaskan dan menunjukkan banyak hal dalam tour ini. Peserta group kami, apalagi turis "bule" serius menyimak dan memperhatikan setiap hal yang dijelaskan. Tentunya kami juga serius karena tour ini memang menarik.
Di beberapa tempat terlihat semak-semak, tapi setelah membaca petunjuk yang dipasang di batang pohon ternyata ini lubang ini terbentuk akibat ledakan bom.Â
Selama di  area, saya jadi merasa harus tetap berhati-hati saat berjalan karena membayangkan mungkin saja masih ada sisa ranjau yang bisa terinjak, imajinasi pengunjung yang terlalu "menjiwai" lokasi sejarah dan ingat adagan film perang.
Bergantian kami mencoba masuk ke dalam terowongan. Pemandu membawa senter dan memimpin jalan. Â Tidak ada paksaan atau kewajiban untuk masuk, pengunjung bebas menentukan mau dan bisa untuk mencoba merasakan menjadi "Vietkong" atau hanya menunggu.Â
Untuk yang berbadan besar seperti lelaki turis bule memang sulit loh berjalan di terowongan. Di beberapa bagian, seukuran badan kami saja harus merunduk melipat tubuh. Postur tubuh orang Vietnam yang cenderung kecil menjadi keuntungan. Â Itulah mengapa prajurit Amerika tidak bisa mengejar dan kalah oleh Vietkong .Â
Ada bapak turis bule berbadan, sudah agak berumur, nafasnya sampai ngos-ngosan dan keringat bercucuran, istrinya yang juga bertubuh tinggi  tidak ikut masuk, hanya menunggu di lubang tempat  jalan keluar terowongan.Â
Peserta yang masih anak kecil antusias dengan tour ini, untuk yang berani mencoba, tubuh kecil mereka menjadi keuntungan saat masuk terowongan.
Baju kami juga  basah mandi keringat, karena di dalam perut bumi yang sempit, sirkulasi udara sangat terbatas. Bisa dibayangkan bagaimana dulu mereka bertahan hidup dengan udara seperti ini.Â
Bagaimana mereka bernafas di dalam terowongan tanah ini? Lubang-lubang seperti foto dibuat ini dibuat sebagai saluran untuk sirkulasi udara. Pembuangan asap dari dapur umum juga dibuat seperti ini dan ditutupi dedaunan supaya tidak terlihat. Di bagian tertentu juga dibuat terowongan untuk menyimpan air di dalam tanah.Â
Ngwri juga saat melihat  contoh ruang operasi lengkap dengan patung peraga, tempat tidur dan tenda. Luar biasa bagaimana mereka menolong dan berusaha menyelamatkan pejuang yang terluka.Â
Setelah selesai merasakan sejenak kehidupan di dalam terowongan Chu Chi, dengan baju basah kuyub berkeringat, kami diberi waktu beristirahat sambil makan singkong rebus atau casava yang menjadi makanan andalan mereka saat itu.Â
Bagi para turis bule makanan ini agak aneh dan mereka antusias mencicipi. Kalau untuk orang Indonesia seperti kami, singkong rebus jelas bukan makanan aneh. Untuk orang Indonesia, tidak hanya daging umbinya tapi daunnya pun dimakan. Â Singkong memang timbuhan ajaib yang diciptakan Tuhan. Singkong berjasa memulihkan dan mengisi tenaga saat susahnya masa perang di negara Asia termasuk di Indonesia.Â
Tidak hanya tinggal di dalam tanah, mereka juga membuat jebakan-jebakan dalam lubang tanah. Jebakan mematikan ini banyak melumpuhkan dan menewaskan prajurit Amerika. Design jebakan dibuat sedemikian pintar dan mematikan, ditambah dengan racun yang dilumuri di dalam gerigi besi dll.Â
Merinding saat melihat  foto-foto saat itu, banyak gambar yang mengerikan, dan terbayang kerasnya perjuangan mereka.Â
Perang telah berlalu, sejarah menjadi kekuatan dan semangat untuk ikut berlomba dan bersaing dalam pembangunan di jaman sekarang bersama negara-negara merdeka lainnya. Â Vietnam membuktikan dirinya dengan mengisi kemerdekaan dengan perkembang pembangunan yang pesat. Vietnam mengejar ketinggalannya.Â
Terbukti banyak perubahan dan kemajuan kota yang saya lihat saat ini dibandingkan saat pertama kali ke Vietnam tahun 2012.Â
Kami puas dengan perjalanan dan pengalaman hari ini. Bila berkesempatan kembali ke Vietnam, pastinya saya akan kembali lagi ke Chu Chi Tunnels.Â
Group kami kembali pulang ke HCMC, perjalanan menjadi lebih sunyi karena kebanyakan peserta memilih tidur siang di bus. Sebelum berpisah, senangnya karena kami diberi voucher discount untuk Spa yang masih segroup dengan  perusahaan travel ini. Lumayan, bisa kami manfaatkan nanti malam karena tempat spa nya bertetangga dengan hotel kami.Â
Oleh- oleh dari Vietnam sudah semua saya bagikan. Sampai bertemu di perjalanan selanjutnya.Â
Artikel selanjutnya saya akan mengajak teman-teman Kompasiana untuk  "piknik" sebentar ke tempat sejarah yang ada di Jawa Tengah.Â
Salam penikmat kemerdekaan,Â
Life Is A Great Journey,Â
helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H