20190519 HCMC - MUINE
Perjalanan malam menggunakan  sleeper bus sejauh sekitar 200 KM dari HCMC ke Muine berakhir di  di Hanh Caf, Binh Thuan, Muine yang juga perwakilan agen bus antar kota.  Selain kami bertiga, ada 2 pasangan yang  turun bersama kami. Yang tidak kami  duga adalah di saat pagi dinihari seperti ini caf-nya tutup, gelap gulita tanpa lampu yang dinyalahkan, dan nyamuk-nyamuk yang bernyanyi gembira dengan kehadiran kami. Untungnya kemanapun saya pergi selalu membawa lotion anti nyamuk.
FLASHBACK MUINE 2012
Saat pertama kali  ke Vietnam tahun 2012, Muine sudah  menjadi kota pilihan yang saya kunjungi. Karena saat itu saya terkesan, saya setuju saja saat Rene teman perjalanan saya meminta  untuk memasukkan Muine dalam jadwal trip kami. Dulu saya dan juga 2 teman lain bermalam di Muine, agak menghabiskan banyak waktu, karena itu kali ini kali ini saya mencoba cara tanpa bermalam.
Muine adalah kota nelayan di pesisir provinsi Binh Thuan, Vietnam. Kota terdekat dengannya adalah Phan Thiet, ibukota provinsi Binh Thuan. Keunikan dan kekayaan kota Muine yang menjadi objek wisata andalan yang  mengesankan saya adalah selain  memiliki pantai (wisata: Fishing Village), tetapi memiliki padang pasir (wisata: White sand Dunes dan Red Sands Dunes) dan bukit pasir yang dialiri air (wisata: Fairy Stream).
Beberapa foto di Muine  tahun 2012, saat itu pengunjungnya hanya sedikit. Banyak yang tidak tahu bahwa di Vietnam ada tempat yang bernama Muine yang memiliki wisata alam yang indah dan eksotis. Banyak yang heran mengapa saya mengunjungi kota ini saat saya berada di Vietnam.
WHITE SAND DUNESÂ
Setiap kali ada mobil yang lewat kami berharap itu adalah guide yang menjemput kami. Di waktu yang bersamaan, tiga mobil jeep menjemput kami dan 2 pasangan lain. Tujuan pertama adalah White Sand Dunes, gurun  pasir bentukan tambang besi kuno ratusan tahun lalu. Dalam perjalanan, subuh yang gelap cepat berganti menjadi pagi yang perlahan terang. Jalan mulus menanjak dan menurun tanpa hambatan.Â
Kami tiba tepat waktu, karena matahari hampir terbit. Guidemenawarkan transportasi ATV atau  mobil yang akan mengantar kami ke area tengah gurun pasir. Kami memilih naik mobil saja, karena harganya lebih murah.Â
Pagi cerah menyenangkan karena kami bisa menikmati keindahan matahari yang terbit perlahan sampai sempurna memamerkan cahaya keemasan.Â
Matahari terus bergeraak naik, driver mobil mengingatkan kami untuk pindah ke area berikutnya. Dengan mobil yang lain, kami diantar ke lokasi oase danau air tawar yang memberi kesejukan di hamparan pasir yang terkesan gersang.Â
RED SAND DUNESÂ
Dalam perjalanan dari White  Sand Dunes, saat kami sedang mengantuk karena tiupan angin, tiba-tiba mobil berhenti. Guide meminta kami turun, menyuruh kami berdiri di tembok pagar jalan, meminjam HP lalu  mengatur gaya ala koreografer untuk mengambil gambar.Â
Jalan raya sepi, hanya sesekali dilewati  mobil jeep lain yang membawa turis seperti kami. Guide semangat meminta kami berpose sambil loncat, sayang  kaminya  kurang bersemangat dalam kondisi saat ini (ngantuk,lapar, belum mandi), jadi  hasilnya tidak ada foto  bagus untuk pose ini hehehe.
Perjalanan dilanjutkan sampai berhenti di pinggir jalan dekat toko-toko di seberang area Red Sand Dunes yang berada di pinggir jalan raya. Kami diberi waktu untuk mengeksplore padang pasir berwarna merah bata ini. Pasir disini memang berbeda dan areanya tidak seluas  White Sand Dunes. Banyak penjual makanan dan anak-anak yang menawarkan sewa papan luncur.Â
Kami tidak terlalu lama  berada disini. Selain karena lapar juga karena matahari sudah mulai menyengat. Karena sudah pernah kesini sebelumnya, saya memilih untuk mencari tempat berteduh. Kemudian kami menyeberang ke arah toko-toko untuk mencari sarapan, membeli  es krim dan cemilan ringan. Â
FAIRY STREAM
Saat kunjungan pertama kali tahun 2012, saya terkesan sekali dengan kecantikan Fairy Stream. Makanya saat Rene meminta untuk bisa ke Muine, saya menyanggupi walaupun sudah pernah dan saya tahu jauh dari HCMC dan agak sulit mengatur waktu yang terbatas.Â
Banyak perubahan ditempat ini dibanding dulu. Sekarang sudah ada gerbang masuknya dan lebih dikelola. Kalau dulu, tempat ini masih sepi, masih seadanya, belum dikelola, tapi kesan dan suasananya lebih asyik dulu dibanding sekarang.Â
Disediakan tempat penitipan alas kaki, karena walaupun alam, sejak dulu pengunjung memang disarankan untuk tidak memakai alas kaki. Bila tidak mau titip, bisa  dibawa tapi tidak dipakai.Â
Beginilah suasana wisata alam Fairy Stream, kaki bertemu dengan bumi yang basah karena air yang mengalir di sepanjang jalan ini. Pedagang makanan dan souvenir kini ada di beberapa bagian jalan.Â
Masuk lebih dalam, ternyata sekarang ada Pos penjagaan tiket yang cukup ketat memeriksa tiket  setiap pengunjung. Seperti kebanyakan orang Vietnam, petugasnya pun tidak terlihat ramah.Â
Setelah melewati pos,  pemandangan kikisan  tebing mulai bisa dinikmati di sisi kiri atau kanan  aliran jalan. Tulisan dilarang memanjat tebing, memetik bunga liar terlihat di beberapa bagian jalan. Tempat wisata alam ini juga disukai anak-anak karena bisa berjalan-jalan sambil bertelanjang kaki dan main air.Â
Semakin siang pengunjungnya semakin ramai. Setelah Rene dan Dewi puas di tempat ini, kami kembali melewati jalur jalan yang sama untuk keluar. Bapak guide sudah menunggu untuk mengantar kami ke Fishing Village. Seperti saat pertama kali kesini, kami pun hanya melihat pantai nelayan dari pinggir jalan raya karena memang tidak terlalu tertarik untuk mendekati pantai.Â
Kami diantar kembali ke Hanh Cafe yang berarti tour hari ini telah selesai. Kami mencoba mencari jadwal bus yang lebih awal dan bertanya lewat "mbak" agen bus. Tetapi katanya semua jadwal penuh karena ini hari Minggu.Â
Komunikasi tidak berjalan lancar, apalagi si mbak juteknya minta ampun. Kesimpulannya, sikap orang Vietnam kebanyakan seperti orang lagi haid hahaha, perempuan maupun laki-laki, kebanyakan mereka tidak ramah. Dewi dan Rene menemukan cafe lain dan katanya mereka bisa membantu mencarikan jadwal bus lain yang lebih awal dari jadwal kami. Karena kesal, akhirnya kami meninggalkan tempat ini untuk pindah ke cafe yang tidak jauh dari tempat ini.Â
Pemilik cafenya ramah, menelepon agen bus lain yang dikenal untuk membantu kami mengubah jadwal. Singkat cerita kami dapat yang lebih awal walaupun harus menambah biaya karena katanya busnya lebuh bagus. Sambil menunggu jadwal bus yang baru, dia menawarkan untuk menikmati massage dan spa di tempat milik saudarinya dengan discount 50%, dan disana kami bisa sekalian mandi. Waaahh, tawaran menggiurkan dan kami setuju untuk mengisi waktu disana karena memang masih ada cukup waktu.Â
Lelah dan kusam akhirnya kembali menjadi segar kembali. Setelah selesai kami naik grab car kembali ke cafe untuk menanti datangnya bus yang ternyata masih lumayan lama. Selama ada free wifi dan bisa mengisi batere HP kami lumayan terhibur di tempat ini.Â
Bus datang membawa kami meninggalkan Muine yang "dramatis". Bus nya jauh lebih bagus dan keren dibanding saat kami berangkat. Kami bisa nyaman beristirahat sampai di HCMC. Tempat perhentian untuk istirahat pun lebih bagus dibanding saat berangkat. Kami beli buah untuk cemilan lalu kembali tidur atau sibuk dengan hiburan yanga da di HP masing-masing.Â
Hello HCMC, kami sudah  kembali. Hari sudah gelap saat kami tiba. Saatnya menikmati keramaian hiburan malam di sekitar hotel sambil mencari makan malam. Besok masih ada kegiatan lain mengeksplore objek wajib yanga ada di HCMC.Â
Selamat beristirahat. Salam.Â
Life Is A Great Journey.
helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H