Senang sekali bisa napak tilas ke Kota Malang dan Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Malang, kota pariwisata dengan banyak objek wisata lama yang tetap bertahan dan dikembangkan. Ditambah objek wisata yang baru muncul dengan kreatifitas seni.
Kampung Warna-warni/Kampung Tridi Jodipan di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing
Lapar harus ditahan karena tujuan terdekat dari bandara adalah Kampung Jodipan. Pemukiman padat penduduk yang dihias dengan cat warna warni, berubah menjadi kampung wisata ceria. Ide para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ini berhasil mengubah tampilan kampung, membuatnya dikenal masyarakat sekitar dan dari luar kota Malang. Hasil lainnya mengubah juga kegiatan dan perekonomian masyarakat.
Orem-orem adalah makanan khas Kota Malang. Ketupat besar berukuran 4 -- 6 kali ketupat biasa. Disiram kuah santan berisi irisan tempe, ayam dan tauge. Harga sepiring tanpa telur Rp 8,000. Mendol tempe, tempe goreng, dan perkedel kentang menjadi lauk pelengkap.
Tidak jauh dari Kampung Jodipan, kami mampir di warung Orem-orem Pak Syahri di Jl. Gatot Subroto, Jodipan, Blimbing, Kota Malang. Bapak, Ibu dan mas yang menjual orem-orem melayani kami dengan sangat ramah. Pelanggan lainnya yang sedang makan pun ramah mengajak kami ngobrol.
Masih mengikuti acara kuliner seru Farah dan Jimmy, kami langsung menuju ke Jl. Lombok No.1, Kasin, Klojen, Kota Malang yang menjual Soto Lombok legendaris sejak tahun 1955. Pukul 11:20 hampir jam makan siang, tapi pengunjung belum terlalu ramai. Karena perut masih kenyang setelah makan orem-orem, jadi saya makan semangkuk dibagi 2 dengan Farah. Kasihan Dewi karena vegetarian jadi mencium aroma soto sambil minum saja, peace ya Dew.
Wisata kuliner legendaris lainnya yang ada di kota Malang; Toko Oen yang sudah ada sejak tahun 1930. Tempatnya luas dengan kursi-kursi ala jama dulu. Suasana tenang, sepertinya tamu-tamu sedang menikmati menu masing-masing.
Dikenal juga dengan nama Gereja Kayutangan karena dulu nama jalan ini adalah Kayoetangan. Berdiri sejak tahun 1905, bangunan dengan gaya arsitektur Neogothik membuat kita seolah sedang berada di Eropa. Letaknya berseberangan dengan Toko Oen.
Kami minta ijin untuk masuk ke dalam gereja kepada bapak di pos keamanan. Saat masuk, ruangan gereja terasa sejuk dan membuat nyaman damai berada di tempat ini. Berdoa sebentar lalu menumpang toilet (karena sepertinya ada pemburu kuliner yang kekenyangan hahahaha).
Cui mie adalah mie ayam khas Kota Malang. Mie rebus dengan bumbu daging ayam cincang dan daun selada segar. Tetapi yang kami pilih saat menjelang sore ini ternyata cui mie ala kekinian hehehe. Belum kena ke target sasaran kami yang lebih suka makanan antic dan legendaris nih. Tetap semua makanan yang dipesan dimakan habis.
Gereja Katolik St. Perawan Maria dari Gunung Karmel adalah Katedral Malang atau juga dikenal dengan Gereja Ijen. Berada di sekitar jalan Ijen yang adaalah kawasan elite Kota Malang. Rumah-rumah besar dan megah bergaya colonial, walaupun sudah direnovasi tetapi masih menampilkan kesan kuno dan bersejarah.
Perut kenyang, tenaga dan energy sengaja di simpan untuk perjalanan malam dan kegiatan besok. Kami mencari tempat santai supaya Pak Ninu juga bisa istirahat agak lama. Kami sepakat untuk refleksi dan pijat di Nakamura The Healing Touch Malang yang kebetulan tidak terlalu jauh. Lokasinya di Jalan Raya Dieng Kavling 3, Bareng, Klojen, Kota Malang.
Masing-masing kami mengambil paket dengan durasi 2 jam hahaha. Sangat membantu mengganti lelah menjadi segar kembali. Siap untuk kegiatan selanjutnya.
Sebelum menuju rumah Noki, kami makan malam di Bakso Kota Cak Man. Karena sebenarnya belum terlalu lapar, jadi tidak perlu makan nasi. Kami memilih sendiri apa yang disuka; bakso halus, bakso urat, bakwan, pangsit, tahu, dll, akhirnya makan banyak juga hehehe.
Ronde Titoni
Sebelum berangkat menuju Bromo, kuliner tetap dilanjutkan. Mencicipi Ronde Titoni yang legendaris karena sudah ada sejak tahun 1948. Baru saja turun dari mobil, saya sudah senang karena melihat ada jajan pasar; kue lupis, cenil warna-warni dan sawut singkong. Tukang jajan ketemu jajan pasar, yaahh bahagia hahaha.
Pak Ninu pasrah menyupiri kami yang kekenyangan dan sudah mulai mengantuk. Musik dimainkan untuk menemani perjalanan. Pak Yus yang membantu kami mengurus penginapan dan jeep sudah mulai menelpon dan memantau keberadaan kami.
Perjalanan kali ini bagi saya tidak terasa lama, mengambil posisi sendirian di kursi paling belakang, saya memanfaatkan waktu untuk tidur. Pak Yus menunggu kami di Sukapura, kemudian memandu kami sampai di penginapan, waktu itu sekitar pukul 01:00 WIB berarti sudah tanggal 10 Mei 2018.
Sampai di penginapan, langsung siap-siap untuk istirahat sebentar, karena jam 03:00 WIB kami sudah harus Bangun dan bergerak lagi untuk mengejar sunrise dari Gunung Pananjakan.
Bromo kali pertama untuk Farah dan Jimmy, kedua untuk Dewi. Jimmy bertanya "Enam kali ke Bromo? Ga' bosan?"
Saya tidak pernah bosan kembali ke Bromo." Bila ada kesempatan lagi, saya pasti tetap semangat kembali lagi ke Bromo.
Pagi masih gelap seperti malam, dingin berkabut, memaksa tubuh untuk bergetar. Baju 3 lapis yang saya pakai tetap membuat tubuh menggigil. Saya senang menikmati dingin seperti ini. Dingin yang berbeda dari ruangan kantor, mobil atau kamar tidur ber AC.
Ada beberapa spot untuk menunggu dan menikmati kehadiran matahari terbit di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kami telah melewati Bukit Cinta dan Bukit Kingkong, semua penuh oleh jeep.
Di area parkir Pananjakan 1, untungnya masih ada tempat parkir. Keluar dari jeep, bbbrrrrrrrr adem tenan, rasanya ingin loncat-loncat supaya badan tidak kaku. Kami ditawari naik ojek ke atas, biaya Rp 25,000/orang. Satu motor bisa angkut 2 penumpang, jadi saya dan Dewi menumpang di 1 ojek. Perjalanan sejauh kira-kira 1 km ditempuh dengan kemacetan jalur parkir di kiri dan kanan jalan, ditambah jeep yang masih memaksa melintas.
Menanti Mentari
Spot "penantian" sudah dipadati pengunjung. Hanya ada sedikit cela di tiang pagar, hanya cukup memijakkan 1 kaki, berpegangan dengan 1 tangan di pagar. Saya berdiri disitu demi bisa mendapat tempat yang lebih tinggi. Perjuangan tidak sia-sia, karena saya bisa menyaksikan kehadiran fajar pagi dengan lebih jelas.
Bukit Cinta sudah berubah dibandingkan kedatangan saya sebelumnya (tahun 2014). Tulisan dalam Bahasa Inggris “Love Hill” terpampang jelas, hehehe pasti bule-bule yang banyak datang ke TNBTS langsung paham dengan maksud tempatnya.
Saat awan dan kabut sudah mulai bergerak, kami turun menuju padang pasir. Kali ini tampak lebih banyak pemandangan motor-motor yang kesulitan melintasi padang pasir. Mungkin karena alasan lebih ekonomis dan lebih menantang, membuat jumlah motor jauh lebih banyak dibanding terakhir saya kesini. Menurut saya tetap lebih nyaman menggunakan jeep. Tapi untuk yang suka tantangan, mungkin memang lebih seru.
Rasanya ingin jalan-jalan santai mengelilingi padang pasir yang luas ini hahaha. Walaupun angin menerbangkan debu pasir, panas matahari membakar kulit dan melelehkan keringat, tetapi saya suka tempat ini. Berada disini, saya ingin bisa mendengarkan bisikan pasir seperti tempat ini dinamakan. Berfantasi dan mencoba menterjemahkan apa yang dibisikkannya. Suara gerak pasir yang tertiup angin.
Berbeda dengan suasana pagi, sampai di bukit Teletubbies hari sudah semakin siang, panas dan angin kering. Tidak lama kami berada disini, hanya mengambil sedikit foto untuk kenangan. Bila datang lagi, mungkin baik bila mencoba waktu saat setelah musim hujan, saat rumput-rumput tumbuh penuh berwarna hijau.
Perjalanan masih harus dilanjutkan. Pak Yus, Farah dan Jimmy mengantar saya dan dewi sampai ke Ranu Pani untuk bergabung dengan group pendaki @tigadewaadventureindonesia.
Kami berempat makan siang di warung soto yang murah meriah, kenyang. Setelah makan Farah dan Jimmy kembali ke penginapan bersama Pak Yus. Saya dan Dewi menunggu teman-teman dari tigadewa sambil menikmati pemandangan jejeran gerobak bakso bakwan Malang yang bikin ngiler, tapi sudah terlanjur kenyang.
Ceritanya sampai disini dulu. Terima kasih teman-teman menggila seperjalanan; Dewi @lingchendewi, @farah_carolina, Jimmy @3ehave. Terima kasih juga Noki dan Ratih yang sudah rela direpotkan, jangan kapok ya hehehe. Sampai bertemu lagi di Semeru.
Life Is A Great Journey
Helen_s.maria
Informasi / paket / panduan wisata Kota Malang - Batu dan sekitarnya bisa menghubungi Noki
+6281372443366 atau Instagram @uklam.uklam.
Informasi jeep dan penginapan di Bromo bisa menghubungi Pak Yus +6281358769991 / +6285695569991
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H