Pulau Bangka di Provinsi Bangka Belitung memiliki banyak tempat wisata dengan  pemandangan alam yang indah. Memanjakan lidah dan perut dengan makanannya yang enak dengan harga terjangkau. Banyak pantai, wisata alam dan kuliner yang bisa dinikmati. Jalan raya selalu lancar, bebas macet, menambah senang perjalanan.
Jumat, 2018.05.04
Mengambil jadwal penerbangan pertama  (Lion Air) dari Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, mendarat di Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang. Durasi terbang hanya sekitar 1 jam dengan harga tiket sekitar 600 ribu pergi pulang.
Bandaranya  bagus, terang, bersih dan  banyak penjual makanan. Selama berada di Bangka, mulai dari penjemputan sampai diantar kembali ke bandara, putar-putar kota dan pulau, kami diantar oleh Ko Apin dan mobil Inova nya. Beliau adalah putra daerah, jadi  tahu  informasi setiap tempat yang kami datangi. Untuk yang memerlukan jasa beliau, bisa dikontak di 081367007653.
Mie Lokut (halal/non halal)
Mie Lokut direkomendasikan oleh teman untuk menjadi pilihan sarapan. Menunya ada  yang mengandung daging babi dan ikan. Saya memesan kwetiaw polos dan seporsi bakso  karena saya tidak bisa makan daging babi. Air perasan jeruk kunci  hangat, segar dengan sedikit gula menjadi minuman wajib sering dipesan selama makan di Pulau Bangka.
Katanya, tempat ini  milik swasta dan pemiliknya  memang punya hobby tanaman dan alam. Barisan pohon pinus dan pucuk merah yang ditanam rapi sebagai penyejuk. Di sini juga terdapat peternakan sapi. Susu segar, yogurt dan cemilan bisa dibeli di gerbang kompleks  dengan harga murah meriah.
Lokasinya bersebelahan dengan BBG. Pantainya terlihat bersih  dan luas karena  saat itu sedang surut. Panas terik membuat enggan berlama2, jadi  hanya turun  sebentar  dari mobil  untuk mengambil gambar.
Perjalanan sekitar 1 jam dari Pangkal Pinang. Mangrove  seluas 213 hektar ini keren, terawat karena  dikelola oleh kelompok swadaya sekitar. Kegiatan asik yang bisa dinikmati disini adalah kita bisa naik speed boat yang meliuk-liuk mengikuti alur mangrove sepanjang sekitar 200 meter. Jangan khawatir karena Pak Sabang jago  dan ahli mengemudikan speed boat. Harga per orang hanya Rp 10,000. Ada banyak pesan tertulis  dari alam untuk yang datang dan  membacanya di sini.
Pohon Pelawan pertama yang saya lihat persis ditanam di dekat gapura selamat datang. Hutan luas ini tampakmya sekarang kurang terurus, terlihat  dari beberapa fasilitas yang ada sudah rusak. Daerah ini terkenal sebagai penghasil madu yang katanya berkualitas bagus.
Masuk lebih ke dalam ada jembatan yang dulunya berwarna merah cerah, tapi sekarang sudah warnanya sudah pudar. Beberapa bagian jembatan sudah mulai rusak.
Note : Siapkan lotion anti nyamuk karena nyamuk disini sangat ramah sekaligus lapar hehehe.
Lokasinya searah dengan jalan  Hutan Pelawan, hanya tinggal meneruskan saja melewati jalan lurus. Jalannya agak rusak, bergelombang karena masih tanah merah dan belum beraspal. Hati-hati bila kesini saat hujan, khawatir terjebak di beberapa lubang yang dalam.
Lokasi  galian tambang ini memang menjadi indah untuk spot foto dengan  hamparan padang pasir.
Kembali dari Bangka Tengah menuju Pangkal Pinang, saatnya makan siang yang sedikit tertunda. Makanannya enak, menu andalannya adalah Lempa ikan. Semua olahan seafood segar, rasanya enak semua. Ekor tengiri bakar sampai dipesan mengulang karena segarnya terasa. Harganya juga masih terhitung masuk akal dibandingkan tempat2 lain di Jakarta atau Tangerang.
Dari Pangkal Pinang menuju Sungai Liat, menyeberangi sungai Pangkal Balam yang dihubungkan dengan  Jembatan Emas yang megah sepanjang 785 meter dan lebar 23 meter.  Menghubungkan  kota Pangkal Pinang dengan Kabupaten Bangka. Jalanan lebar dan sepi sehingga bisa berfoto keren disini. Jembatan ini bisa  dibuka bila ada kapal besar yang akan melintas.  Lalu lintasnya sepi, serasa di luar negeri.
Vihara megah yang menghadap laut luas memberikan pemandangan yang menenangkan penglihatan, pemikiran dan hati yang mengunjungi tempat ini. Memasuki bangunan baru dengan langit-langit yang tinggi bergantungan lampion-lampion merah. Di halaman  ada patung Happy Budha yang menghadap ke laut.
Lokasinya tidak jauh dari Vihara Puri Tri Agung. Pantainya berpasir putih dan bersih. Patung tikus emas menjadi icon tempat ini, katanya semakin sore apalagi akhir pekan, tempat ini ramai pengunjung. Ada beberapa bentuk patung tikus emas besar di halamannya yang luas (fotonya hilang :()
Pantai untuk berenangnya saat air sedang surut terlihat lumayan menurun dalam, jadi harus berhati-hati bila berenang pada saat mulai atau sedang pasang. Masuk ke pantai ini gratis.
Satu tempat kuliner yang juga direkomendasikan teman adalah Warung Kopi Tung Tau. Katanya selain kopi menu andalan disini adalah Roti panggang telur. Sudah kami buktikan, rasanya enak dengan harga terjangkau. Karena perut belum lagi lapar jadi kami tidak memesan banyak makanan di tempat ini. Alasan lainnya karena masih harus melanjutkan perjalanan.
Pantai Parai, Sungai Liat
Pantai berpasir putih berhias tumpukan batu granit ini berada di dalam Parai Beach Resort. Untuk masuk ke pantai ini dikenakan biaya Rp 25,000 per orang dan mendapat minuman kotak. Tempat menginap disini berbentuk villa bungalow. Banyak tanaman di sekitar villa membuat tetap  rindang dan teduh walaupun berada di pantai.
Karena sampai di Belinyu saat sudah malam, lapar  dikenyangkan dengan menyantap otak-otak tanpa nasi. Makanan olahan ikan tengiri, santan dan  sagu  yang dibungkus daun pisang lalu dipanggang di atas bara arang ini harganya  Rp 2,000 / biji. Selama di Bangka, wajib makan otak-otak sampai kenyang. DItemani  sambal terasi jeruk kunci, dan  sambal taoco, silahkan dipilih mana yang disuka.  Kedai otak-otak Acu berada di seberang Gereja Katolik.
Rekomendasi teman dan hasil mencari informasi di  internet,  Hotel Golden Dragon menjadi pilihan tempat bermalam. Kamar Super Deluxe bersih, nyaman dengan kamar mandi yang luas. Dari jendela kamar bisa memandang lingkungan pemukiman sekitar yang tenang. Dua kali pagi menikmati menu sarapan di hotel ini, rasanya enak.
Kegiatan hari ini, mulai dari hampir tengah hari kami menjelajah beberapa pulau yang ada di Belinyu.Â
Sarapan pagi Mie Bangka
Ko Apin merekomendasikan tempat sarapan mie yang rasanya enak. Tempatnya tidak jauh dari pasar. Tekstur mie nya memang enak, pangsit ikan (bukan kulit pangsit yang terbuat dari tepung) juga enak. Minumnya tetap jeruk kunci hangat yang selalu pas sebagai minuman untuk makanan apapun.
Jarak sekitar 25 Km dari pusat kota tidak terasa untuk sampai di pantai ini, karena jalanan bebas macet. Terlihat  dua batu granit berukuran besar sebagai gerbang selamat datang untuk masuk ke pantai Romodong.
Pantai cantik dengan hamparan pasir putih bersih dan air laut berwarna biru muda. Tumpukan kelompok batu granit menjadi hiasan yang menambah indah pemandangan di pantai ini. Beberapa pohon rindang bisa dijadikan tempat berteduh di pantai ini bila datang pada siang hari.
Setiap  akhir pekan pantai ini ramai dikunjungi. Banyak warung penjual makanan dan minuman di pinggir pantai.  Banyak kapal nelayan yang bisa reguler mengantar wisatawan untuk menikmati suasana laut. Dari sini kami menyewa kapal untuk mengantar kami ke Pulau Lampu dan Pulau Putri sampai kembali. Harga sewa kapal Rp 500,000.
Sekitar 15 menit menyeberang dari pantai Penyusuk ke Pulau Lampu. Dinamakan demikian karena disini ada  mercusuar dan lampu pemandu untuk kapal yang berada di sekitar perairan pulau ini. Kebetulan bapak kapten kapal kami adalah salah satu petugas jaga malam mercusuar di pulau ini.
Di  sekitar wisma jaga mercusuar, ada beberapa pohon mangga yang sedang berbuah banyak. Buahnya kecil, kuning kemerahan mirip warna mangga gedong. Harum, berair banyak, berserat dan rasanya manis asam segar.
Karena sedang musimnya, kami jadi  pesta mangga. Pak Kapten lincah memanjat pohon, mengguncang dahan-dahan pohon, dan terjadilah hujan mangga. Kami tinggal memilih dan memungut yang tidak pecah, langsung makan tanpa perlu dikupas, karena kulitnya tipis.
Pulau  wisata selanjutnya adalah Pulau Putri yang berseberangan dengan Pulau Lampu. Pasirnya putih halus seperti lada bubuk. Batu granit berukuran besar saling menumpang tindih. Senang berjalan-jalan santai di pantai yang sepi. Ada warung yang menjual minuman dan makanan kecil, lumayan untuk melepas dahaga kering siang hari. Menurut ibu warung, dari sini juga bisa snorkeling, ada beberapa spot karang yang bagus pemandangannya. Sayangnya kami tidak punya cukup waktu untuk menikmatinya.
Belum ke Bangka kalau belum mencicipi es kacang merah. Kami menuju ke tempat yang direkomendasi oleh Ko Apin. Es kopi kacang merahnya juara, enak, tidak terlalu manis, aroma kopi menambah rasa nikmat. Alamat : Jl. Veteran XII No. 89 B.
Salah satu kedai otak-otak terkenal di kota di kota ini. Alamatnya di Jl. Mayor Syafri Rahman No. 110. Persis berseberangan dengan Gereja Katolik. Disini menjual mpek-mpek ikan, kuli dan mpek-mpek udang kesukaan saya.
Letak gua Maria berada di halaman belakang gereja. Hutan lindung menjadi peneduh suasanan. Â Tempat ziarah umat Katolik ini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang datang ke kota Belinyu.
Merinding juga mendengar Ko Apin menceritakan  sejarah benteng ini. Beberapa bagian masih ada yang asli dan  yang lainnya sudah mengalami renovasi. Katanya ada tujuh sumur di tempat ini, beberapa masih terlihat sisa keberadaannya tetapi sudah tertimbun tanah.  Tempat ini termasuk cagar budaya yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten  Bangka.
Vihara indah dengan halaman yang luas  ini bersebelahan dengan Benteng Kuto Panji. Di depan komplek  terbentuk danau akibat dari  galian tambang.
Satu-satunya gereja Katolik di kota kecil Belinyu. Letaknya berseberangan dengan otak-otak Afung. Bangunan gereja yang sederhana. Di halaman belakang gereja yang rindang dengan hutan lindung, terdapat gua Maria Pelindung Segala Bangsa.
Pulau Bangka, salah satu surga makanan olahan hasil laut. Tile Seafood tempat makan ala tenda, lokasinya  di Jl. H. Samanhudi.  Tempatnya sederhana, harganya  murah meriah,  rasa masakan yang sedap nikmat. Kami puas makan ekor ikan tengiri bakar dan menu seafood lainnya. Minumannya tentu saja air perasan jeruk kunci  panas dengan sedikit gula.
Jalan pagi dari Hotel Golden Dragon ke Pasar
Luangkan waktu untuk melihat dan jalan-jalan di sekitar hotel sambil olahraga. Udara masih bersih, tidak banyak polusi karena tidak banyak mobil yang lewat. Â Ternyata letaknya tidak jauh dari pasar. Sebagai kota kecil, tidak banyak tempat ramai di Belinyu. Pasar di pagi ini menjadi satu-satunya tempat yang terlihat dan terasa keramaiannya.
Jangan lewatkan untuk membeli aneka kue khas buatan orang Bangka yang terkenal  enak rasanya  walaupun cenderung manis. Keran kuning dengan toping unti kelapa gula merah adalah salah satu kue khas Bangka.
Alamatnya di Jl. Samanhudi No. 10. Walaupun namanya toko kerupuk, tetapi yang dijual di took ini bukan hanya kerupuk. Banyak jenis oleh-oleh yang bisa dibeli di toko ini. Bermacam jenis dan bentuk kerupuk ikan, lada, sambal terasi, kue tradisional, kopi dll. Â Bila tidak mau repot membawa banyak barang, bisa langsung dikirim ke rumah dengan ekspedisi.
Yang mengagumkan dari pantai ini adalah karena berada di halaman rumah yang luas milik Pak Rivai. Saat minta ijin untuk melihat-lihat, kami disambut hangat oleh tuan rumah yang ramah. Rumah bertingkat di kelilingi rindang  tanaman dan semilir angin laut.
Batu dinding adalah batu granit berukuran besar yang karena besarnya menjadi mirip dinding. Ada batu katak karena posisinya mirip katak. Ada batu pari karena mirip dengan bentuk ikan pari. Senangnya tinggal disini seperti Pak Rivai.
Saat akhir pekan, banyak warga sekitar yang datang untuk rekreasi di tempat ini. Tidak dipungut biaya, hanya diharuskan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan.Â
Singgah untuk makan siang di Sungai Liat  dalam perjalanan dari Belinyu menuju Pangkal Pinang. Restaurant ini menyediakan menu olahan hasil laut dan banyak menu makanan lainnya. Harganya masih "bersahabat" dengan dompet. Rasa masakannya enak dengan penyajian yang cepat.
Terbang petang hari sesuai jadwal dan tiba kembali dengan selamat di bandara Soekarno Hatta. Untungnya semua oleh-oleh kami dikirim langsung dengan ekspedisi jadi kami bisa langsung pulang tanpa menunggu keluarnya bagasi.
Life Is A Great Journey
Helen_s.maria
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H