Kembali dari Bangka Tengah menuju Pangkal Pinang, saatnya makan siang yang sedikit tertunda. Makanannya enak, menu andalannya adalah Lempa ikan. Semua olahan seafood segar, rasanya enak semua. Ekor tengiri bakar sampai dipesan mengulang karena segarnya terasa. Harganya juga masih terhitung masuk akal dibandingkan tempat2 lain di Jakarta atau Tangerang.
Dari Pangkal Pinang menuju Sungai Liat, menyeberangi sungai Pangkal Balam yang dihubungkan dengan  Jembatan Emas yang megah sepanjang 785 meter dan lebar 23 meter.  Menghubungkan  kota Pangkal Pinang dengan Kabupaten Bangka. Jalanan lebar dan sepi sehingga bisa berfoto keren disini. Jembatan ini bisa  dibuka bila ada kapal besar yang akan melintas.  Lalu lintasnya sepi, serasa di luar negeri.
Vihara megah yang menghadap laut luas memberikan pemandangan yang menenangkan penglihatan, pemikiran dan hati yang mengunjungi tempat ini. Memasuki bangunan baru dengan langit-langit yang tinggi bergantungan lampion-lampion merah. Di halaman  ada patung Happy Budha yang menghadap ke laut.
Lokasinya tidak jauh dari Vihara Puri Tri Agung. Pantainya berpasir putih dan bersih. Patung tikus emas menjadi icon tempat ini, katanya semakin sore apalagi akhir pekan, tempat ini ramai pengunjung. Ada beberapa bentuk patung tikus emas besar di halamannya yang luas (fotonya hilang :()
Pantai untuk berenangnya saat air sedang surut terlihat lumayan menurun dalam, jadi harus berhati-hati bila berenang pada saat mulai atau sedang pasang. Masuk ke pantai ini gratis.
Satu tempat kuliner yang juga direkomendasikan teman adalah Warung Kopi Tung Tau. Katanya selain kopi menu andalan disini adalah Roti panggang telur. Sudah kami buktikan, rasanya enak dengan harga terjangkau. Karena perut belum lagi lapar jadi kami tidak memesan banyak makanan di tempat ini. Alasan lainnya karena masih harus melanjutkan perjalanan.