Saat terbangun, semua sudah tidur, angin cukup kencang menggoyang pepohonan di sekitar kami. Hujan tetap turun walaupun tidak deras. Saya melanjutkan tidur, beberapa kali terbangun dan melanjutkan tidur lagi. Untungnya mereka memilih tempat yang aman dan katanya sudah mengecek keadaan pohon sekitar.
Sampai pagi dan siang  hujan dan angin terus mengisi waktu kami. Pagi ini hanya membuat pisang goreng, santai saja. Tidak ada hal yang bisa dilakukan di alam sekitar kami, jadi kami melanjutkan tidur sampai siang.Â
Padahal rencananya pagi ini kami mau mendaki muncak. Sedih juga karena melihat kondisi alam saat ini, riskan bila kami tetap muncak. Siang ini Dewi masak misoa kuah telur kesukaan saya dan Dewi. Â Azly dan Ung pertama kali nyicipin misoa yang menurut mereka aneh, pasti karena teksturnya yang lembut.
Para pendaki biasanya juga melakukan Azan di tempat ini. Melewati hutan ilalang yang besar mirip pohon tebu. Di antara ilalang ini ada beberapa tempat yang biasa dijadikan tempat berkemah. Terbayang deh rasanya bila kami semalam berkemah disini, dibasahi hujan dan diguncang angin hehehe.
Saya menurut petunjuk sang penuntun. Tetap puas karena kami sudah  berusaha dan berjuang sampai  di pelataran ini. Ketinggian pelataran hanya berbeda sedikit dari puncak karena menuju puncak harus melewati jalur menurun lalu menanjak lagi. Kami menulis "Almost Top Mt. Gamalama 1715 mdpl" dan mengibatkan bendera Merah Putih yang kami pinjam dari DC Nasi Jaha.
Setelah mengambil beberapa foto, kami bergerak turun. Jam 14:30 kami tiba lagi di Pos 3. Azly sedang merebus telur dan sudah membereskan tenda. Saya tidak makan berat, hanya nyemil  pisang goreng, nugget dan telur rebus.  Dari sebelumnya saya sudah bilang ke Ung dan Azly untuk tidak mengikut pola makan saya.