Saya hampir menangis, ingin segera sampai di Shelter 3 tapi kok rasanya masih tinggi jauh disana. Teman-teman menyemangati "ayo sedikit lagi, sebentar lagi sampai, itu sudah kelihatan" rrrgghhh rasanya sudah kehabisan energy. Hayooo siapa suruh mendaki gunung. Kapok?? Tidak dong. Masih mau balik lagi ke Kerinci? Kuys laaaaah hahahahah tapi nantiiiiiiii.
Â
Tiba di Shelter 3, disambut  Deny yang menyodorkan minuman panas. Senangnya melihat yang sudah di dalam tenda. Tapi saya bingung  harus masuk tenda yang mana karena semua sudah serba tidak teratur. Padahal kedinginan sampai menggigil.
Â
Saya bergabung di tenda Anisa, hanya berdua jadi lega tapi dingin. Segera mencari dan memindahkan barang-barang pribadi. Bergegas melepas sepatu basah dan kotor huhuhu sepatu baruku hahahahaha. Ganti baju sambil gemetaran, gawatnya  yang terbawa celana selutut, celana panjang ditinggal di basecamp #tepokjidat. Meneguk minuman yang bisa menghangatkan tubuh lalu masuk sleeping bag sambil menggigil  dan  berpikir "jangan-jangan  saya hipotermia, dduuhh jangan doooong".
Â
Ngantuk, tapi masih ngobrol dengan Anisa. Tiba-tiba terdengar suara kembang api. Tidak menyangka di atas gunung tinggi masih ada suara kembang api yang terdengar dekat. Wooooowww jam 00:00 yeaaahhh cipika cipiki dengan Anisa "Selamat Tahun Baru 2018".
1 JANUARI 2018, MATAHARI PERTAMA
Masih sangat gelap saat terbangun karena mendengar suara teman-teman yang memang sengaja membangunkan untuk bersiap mendaki Puncak Indrapura Gn. Kerinci. Sebenarnya "mager" banget, tapi harus bangun. Saya tidak akan membiarkan ngantuk dan dingin mengalahkan tekad saya untuk menginjakkan kaki di Puncak Indrajaya.
Matahari terbit di puncak bukan prioritas. Terbitnya bisa dinikmati dari ketinggian berapapun. Indahnya sinar dan rasa syukur tetap sama, boleh melihat matahari terbit pagi hari pertama 2018.