Berjalan dan terus berjalan
Tentang berpisah jalan saat trekking atau mendaki, prinsip saya, ini hal  biasa bila ada yang jalan  duluan  di depan atau mau  santai atau  lebih lambat di belakang, sah-sah saja, yang penting TIDAK SENDIRI dan harus  tetap bersama teman satu group.Â
Menurut saya, berjalan di gunung sama seperti sedang menyelam di laut, TIDAK BOLEH SENDIRI.  Tapi, saat menunggu dan menyambut Orie yang agak pucat saat  tiba di danau, baiklah  nanti arah pulang kami akan jalan bareng Orie hehehe.
Dalam perjalanan menuju danau, beberapa kali bertemu  keluarga yang membawa anak kecil, hebat.Â
Aulia  datang bersama ayahnya, kakak perempuan dan ibunya sedang mendaki Kerinci, keren sekali.Â
Nadine datang dengan keluarganya, tampak lelah tapi ibunya bilang tetap tidak minta gendong.Â
Lelaki kecil dengan semangat besar
Melihat semangat mereka, energy saya ibaratnya seperti HP yang lowbatt lalu tiba-tiba jadi fullbatt.
Patok demi patok pemandu jarak kami lewati, senangnya saat sudah hampir tiba, tinggal melewati jalur menurun lalu kami akan sampai di Danau Gunung Tujuh.Â
Puas foto-foto dan istirahat, saatnya untuk kembali. Perjalanan pulang selalu terasa lebih cepat. Berharap bisa sampai sebelum hari berganti gelap. Untungnya kami bisa sampai dan masih terang walaupun sudah sekitar jam enam sore.
Sambil menunggu mobil jemputan, satu cup popmi dengan kuah panas dimakan bertiga denan Dwi dan Orie. Nikmat sebagai pengganjal perut sebelum makan malam di basecamp.
Sudah gelap saat tiba di basecamp. Bergantian antri kamar mandi untuk bersih-bersih. Makan lagi, dan saya makan nasi lagi hahaha hidup memang jadi ga normal kalau sedang ngetrip. Normalnya saya jarang makan nasi atau hanya makan secuil. Alasannya supaya tenaga tetap terjaga, tidak masuk angin.Â
Selesai menyiapkan  keperluan besok, mari menutup mata, mensyukuri setiap hal sepanjang hari ini. Selamat bobo nyenyak Zzzzzzzzz.Â
Lihat Travel Story Selengkapnya