Tercatat 6 orang pendaki; 4 orang dari Jakarta, 1 orang dari Tangerang dan 1 orang dari Medan. Untuk membawa barang-barang, kami dibantu oleh 3 bapak porter yakni Pak Surya, Pak Adi dan Pak Kidarsah.
Diinfokan juga bahwa disana sudah ada sekitar 100 orang yang berkemah, dan kami bakal menjadi orang asing di negeri sendiri. Kebanyakan dari pendaki Rinjani adalah warga asing. Setelah melapor, kami menuju Senaru untuk  memulai pendakian.
Sampai di Pos 1, tenda sudah berdiri. Para bapak sedang menyiapkan makan malam, menu sayur sop dan nasi begitu nikmat disantap dibawah atap langit dan lantai tanah beralas matras.
Hari Kedua (15-10-2017)
Pagi pertama di Rinjani, semangat! Agenda hari ini kami akan melangkah dari Pos 1 sampai ke Pelawangan. Sarapan  omelet pisang, pisang goreng, buah nanas dan minuman hangat.
Foto-foto dalam perjalanan dari Pos 1 sampai Pelawangan.
Saya tidak punya foto untuk mengabadikan situasi Pelawangan di sore itu. Suara-suara para pendaki tadinya masih terdengar, tapi saat petir menggelagar, semua jadi sunyi, sepertinya masuk ke tenda masing-masing. Semakin sore dan gelap, hujan malah semakin deras. Tenda yang saya tempati bersama Aida dan Dewi mulai basah karena air meresap dari bawah. Pak Surya membuat parit untuk aliran air di sekitar tenda.Â
Saya mulai pasrah, makan cemilan yang ada di tenda dan mulai berencana untuk tidur. Tapi tiba-tiba makanan datang, Pak Surya bolak balik membawakan bubur kacang hijau. Tidak lama kemudian, saaat saya sudah berbaring, diantar lagi  mangkuk berisi sayur sop panas dan nasi. wah, saya sampai terharu, saat hujan seperti ini pun mereka masih melayani kami. Setelah makan, perut kenyang, kami mengatur posisi untuk bisa tidur . Agenda selanjutnya kami harus bangun dinihari untuk bersiap mendaki menuju puncak Gunung Rinjani.Â
Hari Ketiga (16-10-2017)
Sekitar jam 2 dini hari, kami dibangunkan. Saya memasang telinga mencari suara hujan, aaah lega tak lagi terdengar, berarti hujannya sudah berhenti. Segera bangun, Â bersiap-siap lalu berkumpul bersama teman-teman. Pak Surya menjadi guide di perjalanan ini. Pagi buta yang masih gelap dan dingin di jam yang enak untuk terlelap di dalam sleeping bag. Tetap semangat!
Dibantu cahaya senter kami berjalan menembus gelap dan kabut dingin. Saya harus pasrah setiap kali  disalip oleh para pendaki bule yang berkaki panjang dan melangkah ringan hiksss. Rencana  pertama saya adalah bisa  menikmati matahari terbit di puncak. Tapi apa daya, rencana tinggal rencana saat pagi gelap mulai habis dan berganti terang. Puncak masih nun jauh disana #tepokjidat. Setiap pijakan maju berarti ikut mundur karena pasir berbatu yang diinjak malah jadi merosot. "Matahari tidak bisa menunda agenda  untuk  terbit demi siapapun" ~h e l e n_s.maria ~