PERMATA BORNEO
Saat mengetik kisah ini, masih  terkenang saat saya bertemu dengan Orangutan selama berada di Taman Nasional Tanjung Puting. Tingkah laku alamiah mereka yang lucu, bergelantungan di pohon, mama Orangutan menggendong dan menjaga bayinya,  mengupas pisang, sampai ada yang koprol saat turun dari pohon hahaha, dan saat kami ketakutan bertemu mereka di hutan.
Bagi saya, Tanjung Puting dan Orangutan yang hidup disana adalah seperti permata berharga yang harus dijaga, dilindungi, supaya tetap ada dan lestari. Saya membaca dari beberapa sumber, Orangutan tidak hidup di semua hutan yang ada. Di Indonesia hanya ada di Sumatera dan Kalimantan. Di dunia pun populasi mereka tidak banyak, karena itu Orangutan termasuk satwa langka yang dilindungi, dan terancam punah.
Ancaman besar selain  pengaruh alam adalah manusia yang mempersempit habitat mereka di hutan  dan memburu Orangutan untuk diperjualbelikan demi keuntungan.
Saya sangat mengapresiasi setiap orang yang perduli dengan kelestarian alam, dalam hal ini khususnya adalah nasib Orangutan yang ada di Indonesia. Semoga setiap orang yang datang untuk  melihat mereka membawa  kepedulian  untuk menjaga dan melindungi, bukan untuk mengganggu atau merusak habitat dan kehidupan mereka. Biarlah hutan tetap menjadi hutan sebagai rumah mereka.
TN Tanjung Puting sudah lama masuk  daftar destinasi yang ingin saya kunjungi. Sudah sering juga diajak  oleh  teman yang rutin membuat trip kesana (Ondo Sirait – Stalagmite Adventure 081383086486) tapi waktunya selalu bentrok dengan jadwal lain.Â
Menjadi segera ingin kesana saat ngobrol dengan seorang teman, lalu mulai menjadwal namun batal juga hahaha, padahal informasi tentang tempat, bagaimana kesana, satwa yang ada selain Orangutan, sampai  apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan atau dibawa sudah saya pelajari.
Saat memikirkan  tempat untuk melewati pergantian tahun 2016 – 2017, dari beberapa pilihan destinasi laut, darat, gunung, hutan atau kota,  akhirnya ketok palu, memilih Tanjung Puting. Agar keputusan tidak berubah oleh pilihan lain atau tawaran lain,  uang muka segera ditransfer  ke penyelenggara trip (beborneotour.com) dan tiket pesawat pun dibeli. Trip kali ini saya berterimakasih kepada Indhi, teman perjalanan yang dengan sabar menunggu keputusan destinasi dan  mengurus sampai keberangkatan.Â
31 – 12 - 2016
Hari terakhir tahun 2016, menjadi hari pertama kali  saya menginjakkan kaki di bumi Borneo bagian Tengah (Kalimantan Tengah). Sampai di Bandara Iskandar, Pangkalan Bun, disambut hangat oleh team BeBorneo.  Ternyata beberapa penumpang pesawat yang sama adalah peserta Be Borneo juga yang kemudian  menjadi teman  perjalanan.
Sekitar 20 menit dengan taksi yang disiapkan oleh BeBorneo, dari bandara Iskandar  ke dermaga Kumai, tempat dimana kapal-kapal klotok bersandar dan makan siang sudah menunggu dan  memang sudah sejak tadi juga  saya lapar dan menunggu acara makan siang hahaha.
Bapak Pemandu menunjukkan satwa-satwa hutan yang tidak biasa ditemui sehari, ada Tarantula besar berbulu hitam, belalang yang bentuknya seperti ranting, katak berwarna kuning pucat. Kami juga bisa melihat jamur menyala berwarna hijau Fosfor. Ini adalah kali kedua saya bisa melihat jamur menyala, sebelumnya saya pernah melihat saat trekking malam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Kembali lagi ke klotok untuk bersih-bersih, ada yang beristirahat dan ada yang masih belum rela untuk segera tidur di hari terakhir tahun 2016 ini. Kami mengisi waktu dengan ngobrol dilanjutkan bermain kartu Uno tetapi tidak boleh dengan suara keras karena  tidak boleh mengganggu sekitar alam hutan yang harusnya tetap sunyi, dan tidak mengganggu peserta lain di kelompok kami atau kelompok lain di dekat kami.
Delapan belas orang peserta trip ini sepertinya  adalah para pencinta dan penikmat  alam, jadi tampak semua sangat menikmati perjalanan ini dari awal sampai selesai, dan dua diantaranya  adalah dua gadis kecil kakak beradik yang suka berpetualang alam. Keuntungan bagi saya, karena salah satu alasan saya menuju tempat ini adalah untuk menikmati sepi.
Harus selalu diingat bahwa datang ke  hutan bukanlah untuk untuk mengganggu, bukan untuk memecahkan kesunyian, dan bukan untuk mengenalkan kebisingan kepada satwa yang tinggal di hutan ini. Datang ke hutan justru untuk merasakan bagaimana suasana hutan yang sebenarnya; hutan yang tetap hutan, bukan hutan yang dijadikan tempat wisata kebanyakan yang mengijinkan keramaian, karena perilaku kita mempunyai dampak bagi satwa yang tinggal didalamnya.
Setelah saling mengucapkan salam Tahun Baru 2017, saatnya beristirahat, tidur di dalam klotok, kelambu melindungi kami dari nyamuk dan serangga, sejuknya angin malam, suara binatang malam meninabobokan dan saya terlelap.
01 – 01 - 2017
Selamat pagi pertama 2017. Sarapan hari pertama tahun ini dihidangkan di atas klotok, nikmatnya. Setelah selesai sarapan, klotok mulai bergerak meninggalkan dermaga Tanjung Harapan. Hari ini akan seharian menikmati petualangan di bagian lain TN Tanjung Puting.
Saat klotok menyusuri sungai, saya berjemur matahari pagi sambil melihat ke kiri dan ke kanan sungai yang dipenuhi rawa, mangrove, tumbuhan air dan pohon-pohon. Warna hijau daun-daun memenuhi mata, bagi saya kesempatan ini seperti sedang melakukan terapi mata.
PONDOK TANGGUI
Setelah beberapa lama, Mas Dewa memberi informasi bahwa sebentar lagi akan sampai di Pondok Tanggui yang merupakan salah satu hutan perlindungan satwa Orangutan yang ada di TN Tanjung Puting. Dari dermaga kami trekking santai sampai ke area pemberian makan Orangutan. Ada beberapa ekor Orangutan yang turun dari pohon dan mengambil pisang yang sudah disiapkan lalu naik memanjat pohon lagi.
Lucu saat melihat cara Orangutan  makan pisang, cara mereka mengupas pisang tidak seperti kita membukanya dari bagian atas, tetapi dari bagian samping pisang. Ternyata pisang dimasukan sebanyak-banyaknya ke dalam mulut, dikunyah,  lumatan pisang dikeluarkan dari mulut, lalu dimakan kembali. Itulah hasil pengamatan siang ini hahaha.
Setelah selesai dengan kegiatan di Pondok Tanggui, kami kembali ke klotok, lapar melanda dan makan siang pun sudah menunggu. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Camp Leakey.
CAMP LEAKEY
Perjalanan menyusur sungai dari Pondok Tanggui  menuju Camp Leakey ditandai dengan warna air sungai yang berbeda warna. Sungai Leakey berwarna lebih gelap, tetapi  bukan kotor, contoh air diambil dengan gelas plastik, terbukti sebenarnya airnya berwarna bening kekuningan seperti air teh. Menjadi berwarna gelap karena didalam air terdapat akar gambut.
Dan malam ini tidur nyenyak di dalam kelambu kapal klotok, di atas Sungai Sekonyer, di Taman Nasional tanjung Puting, diterangi bintang di langit dan kerlap kerlip cahaya kunang-kunang.
02 – 01 - 2017
Acara trip kali ini sudah hamper selesai. Ditutup dengan sarapan pagi bersama. Setelah selesai sarapan, klotok akan melaju mengantarkan  kami ke dermaga Kumai. Beberapa teman peserta harus mengejar perjalanan ke bandara pagi ini karena pulang dengan penerbangan pertama. Saya dan beberapa teman masih akan menetap di Pangkalan  Bun dan pulang esok harinya.
Â
Salam,
LifeIsAGreatJourney
helen_s.maria
Catatan : Nama/Kontak yang disebutkan sudah mendapat ijin dari yang bersangkutan.Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI