Mohon tunggu...
Empty00_
Empty00_ Mohon Tunggu... Freelancer - nulis

Asslamu'alaikum, perkenalkan, saya Rena Rosiani. saat ini saya masih berstatus mahasiswa tingkat akhir dengan program studi Teknik Informatika di salah satu universitas di bandung. hobi saya adalah membaca, saya juga sedang menjalankan program kampus merdeka. minat saya saat ini adalah pada bidang UI/UX designer, digital marketing, copy writing dan juga menulis. saya harap dengan bergabungnya saya disini bisa menambah wawasan juga skill saya dalam bidang menulis dan juga copy writing.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Akankah Ada Bahagia untuk Esok

12 Juni 2024   15:47 Diperbarui: 12 Juni 2024   15:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini hujan kembali, sperti biasanya. Senada dengan rintik hujan, gelapnya awan, syahdunya kota kala itu senada dengan nuansa hati. Terbendungi rasa sepi, lelah, putus asa, dan ingin menyerah saja. Rasanya cukup lelah menanti kabar bahagia yang entah kapan akan datang. Waktu terus bergulir tapi resah tak kunjung usai, kini hati sudah berada dipuncaknya, lelah sungguh lelah. Katanya waktu adalah obat, tetapi setelah waktu berlalu sedih ini belum hilang, kemana perginya senyum itu? Kemana perginya tawa itu?

Setiap orang pasti merasakan fase terdatar dihidupnya, tidak merasa bahagia tapi juga tidak merasakan sakit yang luar biasa, sesekali sesak tapi tetap bernafas, hari-hari penuh tanya "kemana aku harus melangkah?", "apa yang seharusnya aku kerjakan?", "kenapa aku selalu stuck disitu-situ aja?", "bagaimana masa depanku?", "sebenarnya apa tujuanku?', dan "mengapa aku bisa begini?".

Fase itulah yang mengajarkan kita banyak hal. Tidak berharap lebih, tidak punya ekspetasi, mulai menerima jalan hidup yang harus dilalui, mengakui kehebatan orang lain, menyadari ketidakmampuan diri akan berbagai bidang. Sesekali sesak tak apa, asal kita tetap bernafas.

Fase itu tidaklah aneh, fase itu memang harus kita lalui, mungkin fase itu adalah jeda waktu yang diberi tuhan untuk kita berpikir lebih dalam tentang diri kita, mengenal lebih jauh bagaimana kita, apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka, apa yang membuat kita tidak nyaman, apa yang membuat kita resah, apa yang membuat kita menyukai sesuatu, dan apa yang membuat kita membenci sesuatu. Nikmatilah fase itu, sebab fase itulah yang bisa mengarahkan langkah mana yang harus kita lakukan, jalan mana yang harus kita pilih, siapa saja yang harus kita percayai. Semuanya akan terukur di fase kita sedang diujung tanduk. Aneh ya, tapi begitulah kehidupan terlebih kita manusia bertuhan yang segala sesuatunya akan mengikuti rencana-Nya.

Teringat, orang bijak berkata "terus hadapilah jalan sulit itu, terkadang solusinya ada ketika berada di ujung jalan buntu". Seseorang yang bijak juga pernah berkata "terkadang kita harus melalui jalan yang sulit, agar tau solusi dari kesulitan itu bagaimana". Difase-fase sulit, kata-kata orang bijak sering lah menjadi motivasi, itu baik, tak apa, walaupun ketika kita berada di posisi yang sejahtera, kata-kata tersebut mungkin akan jadikan kita candaan. Manusia suka gitu, suka lupa kalau dirinya pernah dititik yang ujung.

Fase putus asa akan selalu ada dan akan terus kita hadapi, oleh karena itu ketika kita berada di titik itu, usahakan untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan, kepada Ia yang sanggup menyelesaikan itu. Mati, bukanlah solusi yang baik, justru mati dalam keadaan putus asa hanya akan menambah perasaan negatif dihati kita. Nikmati saja, semuanya, fokus pada apa yang sedang kamu kerjakan pasrahkan semuanya kepada Ia yang maha membolak-balikan takdir.

Tetaplah hidup, untuk bisa meromantisasi segala takdir yang Tuhan tentukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun