Mohon tunggu...
Ren Ai
Ren Ai Mohon Tunggu... Mahasiswa - penuntut ilmu

mencoba lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Ibu Sepanjang Jalan

30 Januari 2024   20:59 Diperbarui: 30 Januari 2024   21:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bersama tiga orang anaknya, Rahmah membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sejak si bungsu ---Ifrad--- berumur dua bulan, sang suami telah meninggalkannya. Sa'i, sang suami hilang dimakan ombak ketika sedang mencari ikan . akhirnya Rahmah harus menjadi tulang punggung keluarganya. Pekerjaan apapun dikerjakan Rahmah. Jasa mencuci baju, membersihkan kebun, sampai mengembala sapi milik tetangga ditekuninya. Tidak ada rasa malu untuk pekerjaan halal, itu prinsipnya.

Tama, anak sulung Rahmah merupakan anak yang pintar di sekolahnya. Rahmah tidak pernah membayar SPP sekolah, karena Tama selalu mendapat beasiswa prestasi. Untuk keperluan belajar, rahmah berusaha untuk mencukupinya, asalkan anaknya bisa menuntut ilmu dengan baik. Rahmah sampai meminjam uang tetangga untuk membeli buku pelajaran.

Qirana, anak kedua Rahmah, dua tahun di bawah Tama. Tidak terlalu pintar seperti kakaknya, Qirana lebih suka memasak, membantu ibunya setiap kali membuat makanan- makanan ringan. Sedangkan Ifrad yang masih kecil, selalu dibawa kemanapun oleh Rahmah. Ifrad selalu dalam gendongan kain rahmah. Meski terkadang Ifrad bergaduh, tapi Rahmah selalu sabar. Ia selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat baik dan tidak lupa menanamkan aqidah yang benar sejak umur dini.

Setiap malam, ibu tiga anak ini, selalu mengajarkan anak-anaknya membaca Al-Qur'an. Huruf demi huruf, ayat demi ayat, sampai hafalan surat pendek.

Pahitnya hidup telah dirasakan Rahmah. Hampir diusir dari rumahnya sendiri karena tidak bisa membayar hutang. Dan juga harus menjual cincin pernikahannya, peninggalan terakhir sang suami.

Beberapa tahun kemudian, kehidupan Rahmah mulai membaik. Tama telah selesai dari kuliah kedokterannya. Qirana sedang di semester akhir kuliah tata boga. Dan Ifrad baru lulus SMA dan akan melanjutkan kuliah di Madinah karena ingin menjadi seorang Ustadz.

***

Pada suatu hari, seorang laki-laki tua datang ke rumahnya. Rahmah yang ketika itu juga sudah berumur membuka pintu. "Maaf, mau cari siapa Pak?" tanya Rahmah. Laki-laki tua itu hanya diam memandang Rahmah. "Rahmah..."ucap laki-laki tua itu. Dua pasang mata bertemu dan hening seketika. "Mas Sa'i?" Rahmah tidak percaya bahwa yang berdiri di depannya adalah suaminya yang dikabarkan hilang bertahun-tahun. Sa'i lalu memeluk Rahmah. "Maafkan aku Rahmah yang telah meninggalkanmu bertahun-tahun dengan segala kepahitan kehidupan ini" cukup hanya dua insan ini yang merasakan kerinduan tersebut.

Sa'i menceritakan tentang keadaannya. Perahunya hancur akibat ombak dan dia terdampar di sebuah pulau tidak berpenghuni. Hampir dia berputus asa. Tapi demi keluarganya, dia berusaha untuk bertahan hidup dengan segala yang ada. Bertahun-tahun tinggal di pulau tersebut, sampai suatu ketika ada seorang penjelajah yang berjelajah ke pulau itu dan menemukan Sa'i. Rahmah mendengarkan cerita suaminya dengan prihatin sekaligus bahagia bisa bertemu dengan suaminya lagi.

"Rahmah, gimana keadaan anak-anak kita? Tentunya mereka sudah besar-besar. Bagaimana dengan akhlak mereka? Apakah engkau mengajari akhlak mulia kepada mereka sebagaimana rencana kita dahulu?" itu pertanyaan pertama Sa'i kepada Rahmah, tentang akhlak anak-anaknya.

"Alhamdulillah, ketiga anak kita telah besar-besar Mas. Tama sekarang telah menjadi dokter dan telah bisa membantu kuliah adik-adiknya. Qirana punya toko roti dan setiap hari Jum'at membagikan roti-rotinya secara gratis. Dan Ifrad kita sedang menempuh kuliah di Madinah. Mereka bertiga mempunyai akhlak yang baik Mas" jawab Rahmah.

"Benarkah hal tersebut Rahmah? Alhamdulillah, terimakasih karena telah berjuang untuk anak-anak kita" Sa'i mencium tangan Rahmah.

Kepulangan Sa'i diketahui anak-anaknya. Tama dan Qirana langsung menemui ayahnya. Sedangkan Ifrad bisa bertemu ayahnya setelah satu tahun karena harus menyelesaikan kuliahnya di Madinah.

Tiga tahun setelah itu, mereka berlima melaksanakan ibadah haji, karena ketiga anaknya telah sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun