Hati-hati dengan penyesatan, akan lebih mudah melihat noda hitam pada pakaian yang putih. Sebaliknya, akan lebih mudah melihat titik putih pada pakaian yang hitam. Dalam pola inilah relativitas kebenaran bermain, dengan menyorot noda hitam dan titik putih tersebut dengan terus menerus hingga merasuki otak manusia.Â
Kita akan memuji bintang porno karena satu hal yang kita anggap kebaikan yang telah dilakukannya, dan kita akan mengecam seorang negarawan atau bahkan pahlawan karena satu kekeliruan. Jangan lupa kawan, seandainya punya noda hitam, pakaian itu pada dasarnya berwarna putih. Dan titik putih itu berada dipakaian yang pada dasarnya hitam.
Setelah merasa opininya tentang noda hitam mendapat dukungan, maka mulailah nilai kebenaran yang diserang. Mengkritik dan mencela orang-orang yang takut dosa, sungguh logika yang sangat terbalik. Orang lain yang takut dosa, kenapa dia yang pusing? Coba tanyakan, kalau perlu dari sejarah kakek moyangnya apa kontribusinya terhadap negara ini selain berkicau tidak jelas dan mencari keuntungan?
Golongan yang resah ini sebenarnya punya ambisi, ambisi besar untuk berkuasa dengan segala cara. Sekarang masih mengakali dan berlindung disela-sela aturan hukum, namun esok boleh jadi mereka yang akan merubah aturan tersebut.
Jadi siapakah sebenarnya yang "merasa paling benar", apakah pihak yang patuh terhadap aturan agama dan negara ataukah pihak yang menganggap kebenaran itu relatif?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H