Mohon tunggu...
Remy Riverino
Remy Riverino Mohon Tunggu... pegawai negeri -

....................Ingin selesai dengan diri sendiri...........................

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Tempe dan Virus Bahasa Vicky

10 September 2013   23:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:04 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di usiaku ini, twenty nine my age, tiba-tiba risalah hatiku ini terusik mengalami dis-harmonisasi ketika merasa hal terkecil seperti tempe goreng mulai sulit dijumpai. Biasanya saat afternoon adalah timing pas untuk mencicipi tempe fresto bersama segelas hot cappuccino apalagi disaat mulai masuk musim presipitasi karena nama ujung bulannya udah ber-beran. Tempe mahal - kok bisa-bisanya ya?

Sedangkan hal terbesar yang bikin hati dis-harmonisasi yakni katanya negara ini dikutuk dengan kekayaan alam yang awesome. Sampai-sampai kalau sumber daya alamnya di-manage sendiri katanya negara ini dapat mengantongi Rp 20 ribu triliun/tahun. Busyet bro kita bisa kaya raya tuh. Kalau ditumpuk uangnya mungkin seperti piramida di mesir ya. Tapi kemana ya uang sebanyak itu selama ini kemana saja nyasarnya?.

Jika memang negara punya uang sebanyak itu, relokasi ibukota yang katanya butuh dana Rp 200 triliun menjadi jumlah yang kecil dan gampang. PSSI yang katanya minim uang pembinaan dapat membangun tim sepakbola yang kuat. Rakyat miskin tidak dilarang lagi untuk sekolah dan sakit. Jaringan internet kita menjadi super cepat nga bakalan lola lemot dech dijamin antilelet hehe.

Dengan kekuatan uang, negara kita akan menjadi negara adidaya karena dapat membiayai proyek misi luar angkasa, bisa buat kapal induk, bisa buat pesawat tempur canggih, bisa buat gedung tertinggi di dunia, dapat buat kota terindah di dunia bahkan kita punya pabrik tempe terbesar di dunia. Pokoknya kita menjadi negara serba ter-ter-ter. Asalkan syaratnya seh uangnya jangan dikorupsi dan jangan biarkan sumber daya alam ini dikuasai oleh bangsa asing.

Namun semua itu masih dalam domain angan-angan, masih diranah cita-cita, mengapa sulit untuk diimplementasikan dan sulit kapan hal itu direalisasikan? Apakah ada konspirasi kemakmuran sehingga membuat labil ekonomi negeri ini ditambah lagi dengan birokrasi yang gombal dan ketoleranan yang semakin pudar, membuat negeri ini tertatih-tatih untuk bangkit.

Semua komponen bangsa harus bersatu dan harus rindu kembali untuk meng- apresiasi cita-cita luhur para pahlawan pejuang pendiri bangsa ini guna membangun kembali bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yang terhormat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Aku pikir, para elite bangsa ini enggak boleh ego terhadap satu kepentingan, kepentingan bangsa adalah segala-galanya dan harus diletakkan diatas kepentingan lainnya, Jangan sampai ada kontroversi sehingga kudeta oleh rakyat dapat dihindari.

Kalau aku ingin melakukan kudeta apa yang menjadi keinginanku selama ini yakni basically aku ini suka makan tempe goreng dan aku sendiri sepertinya sudah ketularan virus kata-kata Vicky yang lagi melegenda itu. :) (*)

SALAM KOMPASIANA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun