Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kecerdasan Anak dari Ibu?

13 Maret 2021   07:42 Diperbarui: 13 Maret 2021   07:51 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kadang terasa tersentil dengan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa anak yang cerdas lahir dari ibu yang cerdas pula. Memang tidak dapat dipungkiri beberapa penelitian menerangkan bahwa kecerdasan seorang ibu dapat menurun kepada anaknya. Namun merurut saya harus dicermati lagi. Apa definisi kecerdasan dalam penelitian ini, apa indikator cerdas dalam penelitian ini. Apakah sama dengan definisi dan indikator cerdas menurut kalian pribadi.

Misal, kalau kecerdasan ayah menurun pada anak apa salah ? Bahkan kecerdasan kakek, nenek, buyut, canggah udeg-udeg dan seterusnya ? Apa kalian menyanggah hal ini ?

Pernahkah kalian mendengar ucapan "arek iki ndableg ning pinter persis bapake" (anak itu nakal, tapi pintar seperti bapaknya). Mungkin juga kalimat ini, "anak iki lek nesu koyo cilikane mbah kakunge" (anak ini kalau marah seperti masa kecil kakeknya). Nah apakah hal semacam ini dinisbikan dan tidak dapat digunakan sebagai indikator juga ?

RNA, DNA ayah, ibu, kakek, nenek, buyut, canggah dan moyang lain masuk pada diri seorang anak. Jadi bagaimana mungkin jika kecerdasan anak hanya diwariskan atau didominasi dari seorang ibu.

Bahkan belakangan ini dibuat kelimpungan dengan masyarakat yang mengaitkan kecerdasan seorang anak dengan gelar pendidikan seorang ibu. Waw amazing, belum bisa menjangkau otak ini  terhadap persepsi orang tersebut. Apa korelasi gelar pendidikan (title) dengan kecerdasan anak.


Sedikit berkisah, ada seorang perempuan yang dibuat galau bahkan frustasi untuk memutuskan melanjutkan studi lanjut atau tidak. Karena tekanan dari sahabat yang memperlihatkan "surga", bahkan cara mencapai surga itu. Para akademisi perempuan dengan berbagai pencapaian dunia yang menyilaukan. Baik dalam kesetaraan gender, prestasi, jabatan hingga keberhasilan (menurutnya) menurunkan anak-anak yang cerdas.

Manamungkin tidak tertarik ? Saya juga akan silau melihatnya. Tidak dipungkiri, manusia tetaplah manusia. Mereka selalu ingin tumbuh, butuh pengakuan, eksistensi dan apapun itu. 


Kembali lagi pada esensi kecerdasan anak, sebenarnya apa makna kecerdasan sesungguhnya ? Bagaimana kita dapat mengetahui tingkat kecerdasan seseorang anak ? Apakah cukup dengan tes IQ maka dapat mengetahui kecerdasan seorang anak ? Atau dengan tes EQ, tes SQ ?

Hemat saya, kecerdasan seseorang tidak dapat diukur dengan presisi. Mengapa saya mengatakan demikian, karena potensi kecerdasan sudah dimiliki oleh manusia sejak lahir dan berkembang secara dinamis. Sehingga tidak ada alat ukur yang pas untuk mengukur kecerdasan seseorang anak. Otak Albert Einstain pun demikian, peneliti hanya dapat mengukur segi kognitif saja, tidak dengan yang lain.

Dalam kutiman surah Al-mukminun 12-14 dikatakan bahwa "Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari sari pati, kemudian kami jadikan sari pati itu air mani, kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka maha suci Allah, pencipta yang paling baik".

Ayat ini menerangkan pertumbuhan manusia. Pun juga bisa mentadaburi kalimat tersebut dengan pemahaman bahwa kecerdasan anak akan selalu berkembang dinamis, dan Tuhan pencipta yang sangat baik.  

Konsep kecerdasan, bahwa anak adalah titipan Tuhan ini dapat dianalogikan sebuah ladang gembur yang harus dirawat. Ladang itu akan ditanami jagung, kopi, palawija atau yang lain terserah dan boleh. Namun untuk hasil, apa kalian pikir adalah murni usaha kalian dan tidak ada campur tangan Tuhan ?

Tuhan yang telah memberi benih kecerdasan pada tiap anak. Orang tua yang menanamkan nilai-nilainya,  menguntit apa kemauan Tuhan menganugerahkan seorang anak.

Kecerdasan terasah seiiring dengan berkembangnya otak anak, usia anak, pengalaman anak. Sehingga saya tetap menyakini belum atau bahkan tidak ada alat yang pas untuk mengetahui rahasia kecerdasan seorang anak. Ibarat burung dan kelinci. Burung tidak dapat melompat sebaik kelinci. Kelinci tidak dapat terbang sebaik burung. Ini adalah kodrat, burung terbang dan kelinci melompat.

Lalu apa makna kecerdasan dalam tulisan ini ?

Sebagian orang menganggap kecerdasan sama halnya dengan kepintaran. Padahal ini merupakan dua hal berbeda. Kecerdasan merupakan keberhasilan mengolah kemampuan diri (IQ, EQ, SQ) secara seimbang. Sedangkan kepintaran adalah buah pikir.

Dengan demikian apa kesimpulan yang kalian dapatkan ? Tetapkah kalian beranggapan kecerdasan anak hanya diturunkan dari ibu ? Apa ayah, kakek, nenek, buyut, canggah, udeg-udeg bahkan Tuhan tidak ikut andil ? But, all is of you, menelan mentah apapun yang berkembang. Harus diingat bahwa pengetahuan bertumbuh dengan dinamis. Kebenaran hari ini bisa terbantahkan dengan kebenaran yang akan datang. Semangat menjadi orang tua bijak untuk buah hati. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun