Karakteristik
Edelweis merupakan salah satu tanaman khas dataran tinggi Indonesia. Edelweiss di Indonesia dikenal dengan nama Anaphalis javanica yang berbeda dengan edelweiss kerabatnya di Eropa, Leontopodium alpinum. Kedua jenis edelweiss ini masih berasal dari keluarga Asteraceae. Edelweiss eropa, yang tumbuh di dataran tinggi pegunungan Alpen memiliki bunga yang lebih besar dan tidak berumpun.
Edelweis di Indonesia tumbuh pada umumnya ditemukan pada zona Sub Alpin (2.400-3.000 mdpl), kadang juga ditemukan walau dalam jumlah lebih sedikit pada zona Montana (1.500-2.400 mdpl) dan sangat jarang ditemui tumbuh alami pada kawasan Sub Montana (800-1.500 mdpl). Zona Sub Alpen sendiri dikenal sebagai zona yang ekstrim bagi tanaman. Dingin, berkabut, kecenderungan tanaman ‘kerdil’, top soil yang tipis dan pertumbuhan tanaman yang sangat lambat.
Secara ekologi edelweis merupakan tumbuhan pelopor/pionir pada tanah vulkanik muda di pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus. Hal ini  dikarenakan edelweis mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Sebagai tanaman pionir Tumbuhan edelweiss memiliki peran sangat penting sebagai pelindung untuk menahan hempasan air hujan sehinga mengurangi erosi di lereng pegunungan. Lapisan top soil puncak gunung akan tetap terjaga bila tanaman edelweiss dibiarkan tetap ada. Distribusi spesies tumbuhan cenderung mengelompok, sebab tumbuhan bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang yang menghasilkan anakan vegetatif masih dekat dengan induknya.
Bunga edelweis biasanya mekar antara bulan April dan Agustus. Kehadiran bunga-bunga edelweis ini merupakan magnet tersendiri bagi berbagai jenis serangga. Bearagam serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah akan terlihat mengunjungi bunga edelweis yang sedang mekar.
Ancaman
Sehari-hari edelweis dikenal sebagai bunga abadi, karena kemampuannya bertahan lama walaupun sudah dipetik bila ditempatkan suhu yang tepat. Edelweis dikenal sebagai simbol keabadian dan kesetiaan. Edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki.Bagi sebagian pendaki, tak lengkap rasanya mendaki bila tak membawa pulang bunga edelweis.
Edelweiss juga dipandang sebagai lambang perjuangan dan ketulusan karena untuk memperolehnya harus dengan mendaki gunung. Makanya tak heran bunga edelweiss ini dihadiahkan kepada orang yang dicintai.
Sejauh ini ancaman terberat akan kelestarian edelweiss adalah anggapan orang-orang seperti diatas. Pandangan seperti itu membawa edelweiss menjadi sesuatu yang diburu secara tak bertanggung jawab. Walaupun katanya bisa dibudi-dayakan, sampai hari ini belum ada informasi orang yang secara terang-terangan berhasil melakukannya untuk tujuan komersil.
Selain hal diatas, ancaman lain yang kemungkinan muncul terhadap kelangsungan hidup edelweis di habitatnya adalah bencana alam berupa kebakaran, erosi dan sedimentasi, gunung berapi, dan gempa bumi vulkanik.
Perlindungan
Memperhatikan karakteristik dari tanaman edelweiss maka tanaman tersebut pantas untuk dilindungi. Karena merupakan tumbuhan endemik, edelweiss di Indonesia dilindungi oleh hukum dengan landasan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999:
Pasal 5
(1) Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila
telah memenuhi kriteria:
a. mempunyai populasi yang kecil;
b. adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam;
c. daerah penyebaran yang terbatas (endemik).
(2) Terhadap jenis tumbuhan dan satwa yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan upaya pengawetan.
Kalangan pencinta alam maupun penggiat alam bebas sebenarnya punya semacam etika dalam kegiatannya yaitu ‘take nothing but picture, leave nothing but footprint and kill nothing but time’. Etika ini sendiri lahir dari niat para penggiat alam bebas untuk meminimalkan dampak negative dari aktivitas out door mereka terhadap alam. Akan tetapi tak ada yang bisa menjamin jika semua orang yang mendaki gunung mempedomani etika tersebut.
Pada akhirnya sejauh apapun dilarang dan sekuat apapun sanksi yang diterapkan, bila para penggiat alam bebas dan masyarakat umum tidak memiliki kesadaran akan arti penting edelweiss di habitatnya maka kelestarian edelweiss akan terancam. Mari bersama menjaga kelestarian bunga abadi dengan cara :
- Tidak memetik bunga edelweiss dari habitatnya (kecuali untuk kepentingan ilmiah);
- Tidak membeli bunga edelweiss yang asal usulnya tidak pasti dari hasil penangkaran;
- Berusaha menyebarkan informasi tentang arti penting edelweiss di habitatnya;
- Mengupayakan budi daya edelweiss untuk tujuan komersil (bagi yang mampu).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H