Mohon tunggu...
AHMAD ANDREY MAULANA
AHMAD ANDREY MAULANA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Always be Positive

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kala Itu

21 Februari 2024   21:53 Diperbarui: 28 Februari 2024   14:15 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "ini lemari penuh sejarah dek, dan sudah di wariskan turun temurun". Aku pun menjawab secara singkat pertanyaan ahlan.

            "kenapa masih mau dibetulin mas? Memangnya masih ada barang berharga didalamnya?" ahlan pun kembali bertanya seakan-akan dia penasaran dengan isi lemari itu.

Sebelum aku menjawab pertanyaannya ahlanpun mulai memperbaiki kunci pintu dengan membuatkannya yang baru, sekitar 30 menit kemudian berkat kunci buatan pintu lemari kuno yang lama kembali terbuka.

            "eh mas kok lemari kosong cuman berisi peti kecil ini?" ahlan pun kembali bertanya tentang keadaan isi lemari itu kepadaku.

            "iya lan memang hanya ada peti kecil itu didalamnya" akupun langsung menjawabnya dengan spontan.

            "memangnya isinya apaan mas? Sepertinya berharga banget?" ahlan pun kembali bertanya dengan rasa penasarannya.

            "ada barang yang begitu berharga didalamnya" tanpa berlama-lama aku membuka membuka peti kecil itu dan mengeluarkan pena yang sudah lama aku taruh didalamnya.

            "lah Cuma pulpen mas? Wkwkw" ahlahnpun serasa mengejekku karena yang dikeluarkan hanya sebatas pena baginya.

            "jangan ketawa! Bukan sembarang pena, banyak sejarah telah aku ukir dengan pena ini pada saat masih mengembala dimasalalu." Aku pun memberikan penjelasan kepada ahlan tentang pena itu.

            "eh iya mas, aku boleh tanya enggak emangnya pulpen/pena itu seberguna apa sih kok mas sampe sebegitu senangnya melihat kembali barang itu" ahlan pun bertanya lebih dalam tentang pena yang telah aku genggam itu.

Aku termenung, entah perasaan ini senang atau takut ketika aku kembali memegang pena ini karena banyak sudah sejarah dimasalalu lalu dengan keberadaan pena yang aku pegang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun