Mohon tunggu...
Bilqisth Fitria
Bilqisth Fitria Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mindset Hijau Muda Raja Perubahan

14 Mei 2013   21:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:34 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumpukan kayu yang terlihat lapuk berbaris di dalam lahan sekitar setengah hektar, mereka dikelompokan dalam lahan tersebut. Terlihat nomor- nomor kayu yang tertulis di gelondongan kayu itu bahkan hanya menyisakan butiran kapur yang tidak jelas lagi. Di sisi lain kayu itu terlihat berlumut, tumbuh rerumputan yang panjang di sekelilingnya, Akan tetapi jika ditengok ke arah yang lain terlihat kayu segar, dengan nomor- nomor yang terlihat jelas. Kejadian janggal itu terus berulang setiap penulis melewati daerah itu sewaktu mudik.

Mesin- mesin disel alat berat menghancurkan bebatuan dan akar yang telah menghujam kuat ke dalam tanah. Terlihat sudah setengah jalan, bukit itu digali untuk membuat jalan aspal. beberapa tahun kemudian, bukit- bukit yang dulu dikeruk, sudah menjadi jalan aspal yang mewah.

Hal itu hanya sebagian dari aktivitas mereduksi pohon yang sudah tumbuh puluhan tahun. Apakah karena alasan perekonomian yang pengeluarannya selalu bertambah sedangkan kesejahteraan hidup di bumi untuk anak cucu diabaikan begitu saja? Bukankah hutan adalah paru- paru dunia?

Pada tanggal 9 Desember Indonesia resmi meratifikasi protokol kroto di Qatar sampai tahun 2020 mendatang. Negara Adidaya seperti Amerika serikat belum pernah menyentuh protokol kyoto untuk berniat ikut dalam misi PBB ini, karena khawatir akan mengganggu perekonomiannya. Justru sebaliknya ini adalah sebuah kehormatan bagi indonesia sebagai negara berkembang untuk berpartisipasi aktif dalam mengurangi emisi dunia, terutama lewat pembukaan lahan hijau terbuka dan reboisasi.

Keadaan yang sedang kita hadapi saat ini adalah polusi udara dan sumberdaya air yang menurun, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Solusi yang tepat untuk menanggulanginya adalah memperbaiki ekosistem pada umumnya. Inilah alasan kenapa gerakan menanam pohon perlu kita dukung.

Gb. Kerusakan Hutan di kalimantan

Sumber: http://www.mongabay.co.id/2013/04/17/walhi-kebijakan-legislatif-didominasi-pengusaha-bisnis-ekstraktif-akan-dorong-eksploitasi-alam/

Direktur Eksekutif Walhi Jawa timur mengatakan bahwa perusakan lingkungan telah terjadi secara masif dan sistemik. Kerusakan-kerusakan itu menyeluruh di tujuh wilayah krisis ekologi yang meliputi, daerah tapal kuda di ujung Jawa Timur, Madura, Surabaya Raya, Pantura, Malang raya dan Matraman.

Kedaan tersebut merupakan sisi hitam dari potret pengelolaan hutan. Akan tetapi dibalik itu semua telah berdiri berbagai organisasi, komunitas bahkan club pencinta alam yang mendukung penghijauan. Indonesia memiliki jiwa- jiwa muda yang akan membawa perubahan di masa depan. Tugas kita sebagai generasi penerus bangsa adalah berfikir bagaimana cara menggerakan minat masyarakat untuk ikut berpartisipasi aktif mendukung protokol kyoto terutama di bidang penghijauan.

Salah satu cara yang sudah dilakukan oleh bebrapa organisasi tersebut adalah membuka donasi bagi siapa saja yang ingin berkontribusi dalam penghijauan bumi. Mereka bekerja keras mencari donasi dengan membuat even, website atau bahkan mengirim email secara personal kepada seseorang yang sudah subscribe email dalam websitenya.

Gb. Pohon Gayam di Dekat Keraton Yogyakarta

Sumber: http://kendhilkencana.blogspot.com/2012/02/tanaman-penyegar-udara-3.html

Gb. Diffenbachia amoena

Sumber: Koleksi penulis

Beberapa jenis tanaman yang mampu mendukung gerakan ini beberapa diantaranya adalah pohon besar seperti gayam (Inocarpus edulis) dan tanaman hias seperti Beras Wutah (Diffenbachia amoena). Rekomendasi ini didasarkan pada kemudahan untuk akses mencari tanaman tersebut. Gayam  adalah tumbuhan yang mampu menyimpan air dengan volume yang besar, akarnya yang kokoh mampu menahan erosi tanah dan buahnya dapat dioleh menjadi makanan ringan. Sedangkan tanaman hias diffenbachia dapat menyerap racun dari udara.

Sebaiknya kita berfikir bahwa orang yang menebang hutan seenaknya untuk membuat jalanan, membuka lahan kelapa sawit, mengimpor kayu atau bahkan bisnis property mewah belum menyadari urgensi menjaga lingkungan, sehingga kita akan semakin termotivasi untuk mengajak generasi muda yang lain membuka mindset hijau untuk perubahan yang lebih baik.

13685423801926984261
13685423801926984261

Gb. Aku dan Pohon

Sumber: Koleksi Penulis

Mulailah dari diri sendiri untuk menanam pohon. Hari pohon sedunia memang diperingati tanggal 21 november, tapi rasa cinta kepada lingkungan yang telah dipercayakan Tuhan, kita rasakan setiap hari dengan setiap helaan nafas yang kita hirup diberikan tuhan lewat proses metabolisme pohon. Pohon telah memberi kita udara kehidupan di dunia, sudah sepantasnya kita juga memberi udara kehidupan bagi mereka dengan merawat kelangsungan hidup mereka. Mindset yang mengutamakan kepentingan banyak orang lewat penghijauan ini akan membuat perubahan dalam segala bidang. Sikap Peka terhadap lingkungan yang kita pupuk sejak dini mampu membuat diri kita lebih peka lagi kepada hal lain yang lebih kompleks lagi. Mari Raih masa depan bersama indahnya lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun