Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Permainan Presepsi (Karisma Diri)

5 Mei 2016   16:46 Diperbarui: 5 Mei 2016   17:48 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

remaja tampubolon

Seorang sosiolog Prancis, Pierre BourMannas, mengatakan bahwa karisma itu berada di alam persepsi orang yang melihatnya. Seseorang yang dianggap karismatik oleh orang lain, belum tentu merasakan bahwa ia adalah orang yang karismatik. Di alam persepsinya, bisa jadi ia merasa orang yang biasa-biasa saja. Tapi, ternyata, di mata orang lain, ia adalah sosok manusia yang punya karisma.

Namun demikian, ada hal yang bisa kita perhatikan untuk terbentuknya sebuah persepsi tertentu yang ingin kita ciptakan. Hal ini sering sekali disebut sebagai sebuah pencitraan. Bagi saya, pencitraan tidak bisa selalu dianggap negatif. Bahkan di dunia bisnis saat ini, pencitraan menjadi sebuah bagian dari sebuah siklus yang dinamakan bisnis.

Ketika pertama kali bertemu dengan seseorang yang baru saja Anda temui, persepsi di 15 detik pertama datangnya dari mana? Tentunya dari penampilan luar, bukan? Itulah sebabnya, pintu gerbang pertama untuk membentuk persepsi adalah penampilan.

Ada banyak orang mengatakan, “Don’t judge books from it’s cover.” Jangan menilai orang dari penampilan luarnya. Namun, itu tidak berlaku sepenuhnya. Mau tidak mau, suka tidak suka, kesan pertama begitu menggoda untuk menyimpulkan kepribadian apa yang kita miliki di awal pertemuan. Karisma itu bisa dikreasikan melalui pakaian yang kita kenakan. Pakaian adalah sebuah representasi dan proyeksi dari keadaan pikiran dan hati seseorang. 

Stephen J. Sampson, seorang psikolog sekaligus pionir di bidang sosial intellegence skill, menyebutkan lima aspek agar kita bisa menjadi orang yang berpengaruh:

1. Aspek Fisik.

Suka atau tidak, aspek fisik merupakan gerbang pertama persepsi. Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Aspek ini adalah aspek yang bisa kita hadirkan untuk menstimulasi aspek visual. Mengenai aspek fisik, jangan khawatir dahulu, ini tidak ada hubungannya dengan bentuk hidung dan bentuk wajah. Namun, sangat berhubungan dengan hal-hal yang sebetulnya masih bisa kita siasati. Hasil penelitian Mehrabian dan Blum (1997) menunjukkan bahwa ternyata, kuncinya ada pada hal-hal yang masih bisa diupayakan berubah (changeable features). Seperti apa sajakah; a). Cara berpakaian b). Jaga kebersihan (kuku, rambut) c). Postur tubuh d). Akivitas tubuh yang proporsional atau bugar.

2. Aspek Intelektual.

Orang yang karismatik adalah orang yang mampu menyederhanakan hal yang rumit. Bukan hanya sekadar IQ, lebih jauh dari itu. Ia mampu menyinergikan tiga kekuatan cara berpikir, yaitu yang pertama berpikir logis (logical thinking). Selain itu, ia juga adalah orang yang berpikir kreatif, creative thinking, menemukan ide-ide baru untuk mencari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi karena orang yang karismatik adalah problem solver. Dan yang terakhir, adalah practical thinking. Ide yang ada mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.

3. Aspek Emosional.

Riset menemukan bahwa kemampuan menjaga stabilitas emosi dipersepsikan sebagai ciri seorang pemimpin yang efektif. Jangan meledakkan emosi ketika sedih atau senang. Tetap tenang, apa pun situasinya. Seseorang yang karismatik sangat tahu bagaimana mengelola emosinya.

4. Aspek Sosial.

Orang yang karismatik adalah orang yang sangat piawai membangun hubungan dengan orang lain. Ia mampu membangun hubungan dan bergaul dengan orang lain. Ia mampu menjadi orang yang menyenangkan ketika diajak berinteraksi. Kehadirannya selalu memberikan kehangatan.

5. Aspek Moral.

Ini penting sekali. Ia memiliki integritas terhadap apa yang dilakukannya. Ia sangat tahu mana perilaku yang bermoral, mana yang tidak bermoral.

Jika saja kelima aspek ini diintegrasikan sedemikian rupa, sudah selayaknya seseorang dikatakan sebagai orang yang karismatik. Namun, tentunya, tidak semudah menjentikkan jemari saat kita melatih ini. Diperlukan sebuah proses belajar tiada henti..

#Remaja Tampubolon

#Trainer, Motivator, Business Coach

# 5 Mei 2016

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun