Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Menikah dengan Profesi Anda

17 April 2016   11:18 Diperbarui: 17 April 2016   11:22 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="remaja tampubolon"]Bagi sebagian besar orang, bekerja adalah untuk mendapatkan uang semata. Sering kali, embel-embel bonus menjadi stimulasi tersendiri bagi orang seperti ini untuk lebih giat bekerja lagi. Alasannya tentu saja untuk mendapatkan uang lebih.

Tentu, tidak setiap orang bersikap seperti itu. Setiap kepala punya cerita yang berbeda. Tak heran bahwa cara seseorang memandang pekerjaannya bisa berbeda satu dengan yang lainnya. 

Contoh:

  • Ada yang memandang pekerjaannya sebagai JOB atau sebatas “pekerjaan” saja. Ia melakukannya sekadar untuk mencari uang saja. Menyangkut stamina dalam bekerja, tipe seperti ini adalah tipe yang paling cepat naik turun energi motivasinya. Saat ada uang, semangat. Saat tak ada uang, loyo yang terasa.
  • Beda halnya dengan seseorang yang memandang pekerjaannya sebagai sebuah KARIER. Berkaitan dengan pekerjaannya, ia adalah seseorang yang sangat jeli dalam melihat peluang. Apa yang dilakukannya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk jenjang karier yang dilaluinya.

Ia sangat detail dalam merancang masa depannya. Ia tahu persis mengapa ia harus menjadi seorang sales person yang andal. Ia sadar bahwa saat prestasi diukir dengan gemilang di dunia sales, maka karier pun akan terlihat lebih terbuka dan menawarkan banyak kesempatan. Orang seperti ini memiliki DRIVE yang kuat. Energinya sangat besar untuk terus mendorongnya sampai impiannya terlaksana. Sayangnya, saat orang dengan tipe ini melihat tidak ada peluang karier yang jelas di hadapannya, ia seketika akan dengan mudah menjelma menjadi orang yang begitu tidak bergairah. Hidup segan mati tak mau.

Apakah ada tingkatan yang jauh lebih hebat dari itu? Tentu saja ada. 

Ini adalah sebuah level tertinggi dalam melihat pekerjaan. Pada tingkatan ini, sudah tidak ada lagi pembatas antara pekerjaan dan yang bukan pekerjaan. Hal tersebut terjadi karena orang pada level ini benar-benar bekerja dengan sebuah sukacita yang begitu dalam.

Bekerja merupakan senandung lagu yang setiap hari ia lantunkan. Ia memandang pekerjaannya sebagai sebuah PANGGILAN (CALLING). Ia mencintai pekerjaannya apa adanya. Bukan hanya sekadar uang, bukan hanya sekadar karier. Ia telah menikah dengan pekerjaannya, dengan profesinya. Saat menikah dengan profesi, yang ada hanya masalah “rasa” yang dibalut dengan komitmen yang tinggi. Ke mana pun ia pergi dan melangkah, ia akan melangkah dengan HATI dan CINTA-nya yang besar.

Menikah dengan profesi adalah sebuah proses pemaknaan. Ini merupakan proses yang lebih jauh dalam mengenal pekerjaan Anda.

Banyak sekali orang yang bekerja hanya sekadar mencari uang saja. Mengejar target, dapat penghargaan dan bonus, kemudian naik gaji. Namun, dalam proses mengejar target tersebut, tidak ada proses menikmati apa yang dilakukan. Setiap pergantian hari, terasa sangat berat untuk dijalani. Apalagi jika hari Senin tiba, badan terasa lelah sekali, mata layu, dan seluruh persendian tubuh serasa tidak menyatu dengan jiwa.Hal tersebut terjadi karena mereka masih menganggap pekerjaan sebagai sebuah profesi untuk mencari uang saja.

Gallup (Sharing Research and Solutions Company) pernah meneliti, ternyata mereka yang bekerja hanya untuk mencari uang, vitalitasnya cenderung rendah, cepat letih, cepat lelah, dan cepat menyerah.

Saya berasumsi, orang yang hanya mengejar gaji dalam pekerjaannya, tidak akan peduli dengan hal-hal lainnya. Semuanya diukur dengan uang. Tak heran kalau individu seperti ini mudah stres.

Mulai sekarang, menikahlah dengan profesi Anda. 

 

 

#motivator

#17april2016

 

Schedule & Booking:

Deddy Wijaya

081311423197 - 08708083397

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun