Dalam konteks penjelasan tersebut, saya kira, hastag itu punya andil positif dalam demokrasi. Kalaupun teks hastag itu super singkat, tapi sesungguhnya teks ringkas itu adalah intisari dari sebuah aspirasi  dan kehendak/keinginan masyarakat.  Hastag itu tidak hadir dari langit, tapi muncul dari bumi, dari realitas pdan fakta yang dihadapi dan digeluti oleh masyarakat. Menyadari soal ini, Pemerintah dan elite politik pun harusnya lebih responsif dalam menanggapi, menjadikannya sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan. Dengan demikian, jangan meremehkan hastag.
 Hastag adalah bentuk diskursus publik zaman now, era yang mulai serba internet dan media sosial. Ia bagian integral dari demokrasi. Asalkan kontennya tidak kasar, vulgar, melecehkan, merendahkan personal, atau menyinggung masalah SARA yang rentan terhadap gesekan-gesekan. Melalui hastag, kita tetap harus menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusiawi orang/pihak/kelompok lain. Mari kita budayakan penggunaan hastag/tagar yang beradab.