Mohon tunggu...
Relly Jehato
Relly Jehato Mohon Tunggu... Penulis - .

Personal Blog: https://www.gagasanku.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesona Presiden SBY Kian Redup

22 Februari 2012   05:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca kemenangan dalam bursa pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat untuk periode 2010-2015, dua tahun lalu, Anas Urbaningrum mengatakan bahwa tantangan nyata Partai Demokrat adalah institusionalisasi pemikiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, membangun soliditas organisasi, dan meningkatkan kualitas kader Demokrat.

Bagi Anas implementasi ketiga syarat itu sangat menentukan untuk dapat menjaga dan meraih kepercayaan rakyat. Demokrat juga mampu meraih kemenangan pada pemilihan umum pada tahun 2014, sebagaimana terjadi pada pemilu tahun 2009.

Poin “institusionalisasi pemikiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono” patut kita cermati. Ini bisa kita tafsirkan sebagai bentuk pengkultusan tokoh SBY, bukan saja untuk figurnya, tetapi juga pemikiran-pemikiran. Seolah-olah magnet SBY tidak akan pudar. Agaknya, figur SBY masih dianggap sebagai ‘produk laris” untuk menarik suara dan simpati rakyat.

Hanya saja, kalau kita cermati dinamika politik akhir-akhir ini, rasa-rasanya pesona SBY kian redup. Tanda jelas untuk hal ini ada dua. Pertama, SBY sudah tidak bisa mengendalikan manuver liar petinggi-petinggi partai biru ini. Silang pendapat bisa dengan mudah kita deteksi melalui berbagai media. Ini menunjukan bahwa loyalitas kader Demokrat untuk SBY mulai lemah.

Kedua, dalam survei LSI yang melibatkan 1.200 responden dari 33 provinsi di Indonesia, dukungan untuk Partai Demokrat hanya 13,7 persen. Dikalahkan oleh Golkar 18,9 persen dan PDIP 14,2 persen. Survei ini dilakukan pada periode 21 Januari 2011 hingga 2 Februari 2012.

Ini untuk pertama kalinya sejak tahun 2009 Partai Demokrat jeblok berada di bawah Partai Golkar dan PDIP (Kompas.com, 5/2/2012, baca di sini). Salah satu alasan penurunan dukungan itu adalah kasus korupsi Wisma Atlet dan Hambalag yang diduga kuat melibatkan sejumlah elite Demokrat.

Penurunan dukungan tersebut menjadi antitesis penilaian dan anggapan bahwa figur SBY mampu mempertahankan dan meraih dukungan dari rakyat untuk Partai Demokrat. Dengan begitu, proyek dan konsep yang digadang-gadangkan Anas pada awal kepemimpinannya sebagai Ketum Partai Demokrat tidak meletak dalam kenyataan. Prediksi Anas benar-benar keliru. Yang ironis, Anas menjadi salah satu tokoh penyebab yang membuat prediksinya meleset.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun