Mohon tunggu...
Relly Jehato
Relly Jehato Mohon Tunggu... Penulis - Senang Menulis

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ada Apa dengan Presiden SBY dan Sri Mulyani?

8 November 2011   07:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:55 1470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_147493" align="aligncenter" width="640" caption="Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyalami Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati, Selasa (8/11/2011), sesaat sebelum pertemuan yang berlangsung di Kantor Presiden./Admin (KOMPAS/C Wahyu Haryo PS)"][/caption]

Setelah sekian lama berpisah, hari ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersua muka kembali dengan mantan anak buahnya, Sri Mulyani Indrawati, yang sekarang menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia. Kalau tak salah, ini merupakan pertemuan pertama mereka semenjak Sri lengser dari kursi Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II.

Seperti diketahui, Sri mengundurkan diri dari posisinya sebagai Menteri Keuangan dan memilih karier di World Bank menggantikan Juan Jose Daboub, mantan Menteri Keuangan El Salvador. Banyak kalangan menilai, pengunduran diri ini tidak lepas dari kisruh bailout Century. Apalagi Sri dituding sebagai orang yang bertanggung jawab oleh sebagian elite politik yang menilai bahwa kebijakan bailout itu salah dan sarat dengan nuansa koruptif.

Yang mengherankan, begitu Sri lengser, partai politik penentang kebijakan bailout seperti Gerindra, PDIP, Hanura, PKS dan Golkar tidak bersuara keras lagi. Semuanya melempen. Kadang masalah Century itu kembali disuarakan, tapi itu hanya riak-riak kecil wacana yang tak bertaji. Maka logis pun kalau dibilang, Sri Mulyani barangkali hanya menjadi tumbal pertarungan para predator politik busuk di republik ini.

Lepas dari persepsi dan penilaian atas peran Sri dalam kasus Century, yang menarik untuk kita pertanyakan sekarang adalah apa yang diperbincangkan oleh Sri dan SBY? Media online Kompas.com merilis, "belum diketahui substansi pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut" (baca di sini). Ini menimbulkan seliweran spekulasi.

Ada banyak hal yang bisa kita spekulasikan di sini. Namun, saya hanya melihatnya dalam tiga perspektif. Pertama, pertemuan itu hanya silaturahmi biasa. Tidak lebih dari itu. Katakanlah ini kencan biasa antara SBY dan Sri setelah cukup lama berpisah sebagai tim di pemerintahan atau sebagai teman. Dengan kata lain, ini ajang kangen-kangenan.

Kedua, pertemuan ini berhubungan dengan posisi Sri sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Artinya, pertemuan tersebut terkait dengan kebijakan dan hubungan antara World Bank dan pemerintahan Indonesia. Dugaan ini cukup masuk akal mengingat Sri membawa serta Asisten Khusus Direktur Pelaksana Bank Dunia Robert Shaum, Direktur Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Stefan Koeberle, Kepala Ekonom Bank Dunia Shubham Chaudhuri, Manajer Pembangunan Berkelanjutan Bank Dunia Franz Drees-Gross, dan Koordinator Program Bank Dunia Mark Hagerstrom.

Ketiga, sua muka ini terkait erat dengan pencalonan Sri sebagai Presiden atau Cawapres pada Pilpres 2014 mendatang. Detik.com menulis "Soal pencapresan Sri Mulyani (untuk pemilu 2014) selain berkibar lewat survei, juga pernah disebut anggota Dewan Pembina Partai Demokrat (PD) Ahmad Mubarok. PD membuka kesempatan bagi Sri Mulyani untuk maju di Pilpres. Mubarok sempat menyebut kepergian Sri Mulyani ke Bank Dunia guna memperdalam ilmu. Sri Mulyani pun menjadi salah satu aset PD" (baca di sini).

Lantas, mana dari tiga spekulasi di atas yang paling mungkin? Entahlah, mungkin ketiganya salah, atau mungkin ada salah satu yang benar, ada dua yang benar atau malah ketiga-tiganya benar. Kita tunggu saja dan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun