Kata siapa selembar kertas tidak berarti?
Hanya karena ia tipis dan ringan, dianggap tidak akan menimbulkan masalah. Namun justru karena sangat bermudah-mudah dalam menggunakan kertas, sedikit demi sedikit limbahnya menumpuk.Â
Bayangkan jika miliaran manusia di bumi masing-masing membuang satu lembar kertas saja, maka jumlah sampah kertas menjadi seimbang dengan jumlah manusia bumi. Bagaimana jika yang dibuang adalah puluhan bahkan lembaran kertas? Lihat di ATM, ada berapa ratus struk yang hanya dilihat kemudian diremas-remas dan dilempar ke tong sampah setiap harinya?Â
Fix. Sampah tidak hanya limbah organik, tidak hanya botol plastik, tidak hanya sisa makanan, tidak hanya kemasan-kemasan bekas. Berdasarkan data dari The World Counts, sampah kertas telah mengambil 26% bagian di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di dunia. Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data pada Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) kertas/karton berkontribusi sebanyak 11.7% dari total keseluruhan sampah.
Dan saat tulisan ini dibuat, 359 juta ton lebih kertas diproduksi di seluruh dunia di mana angkanya terus berjalan. 'Produktivitas' ini berkontribusi besar pada deforestasi yang merupakan masalah utama lingkungan saat ini, bahkan energi dan air yang dibutuhkan untuk memproduksi kertas dua kali lipat besarannya daripada memproduksi kantong plastik. Belum lagi kalau bicara soal limbah dan polusinya.Â
Fakta yang lebih kompleks lagi bahwa penyumbang limbah kertas berasal dari industri, rumah tangga, perkantoran, komersil, dan pendidikan, dengan kata lain hampir semua sektor kehidupan menghasilkan sampah kertas. Jenis sampahnya pun beraneka ragam antara lain karton, kertas hvs, kertas kraft, kertas berlapis plastik, dan kertas tisu.Â
Meski konsep paperless sudah banyak digaungkan, nyatanya belum mencapai perubahan signifikan terhadap kontribusi sampah ini. Sehingga para pegiat lingkungan tidak hanya bersuara untuk mengurangi pemakaian kertas dan menggalakkan 3R (reduce, reuse, recycle), tapi juga berkontribusi konkrit dalam menyelesaikan masalah limbah kertas ini.Â
Sayangnya, kurangnya akses informasi recycling membuatnya sulit diikuti masyarakat sehingga sampah-sampah ini masih terus berserakan.Â
Rubah Kertas, Aksi Nyata Peduli Sampah Kertasmu
Salah satu pegiat muda lingkungan hadir dari Indonesia. Inisiatif Rubah Kertas lahir di tangan Afifah Luthfiyah Hanum, seorang mahasiswi Teknik Lingkungan Universitas Indonesia melalui kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2018.Â
Mengubah sampah kertas menjadi kertas yang bisa dipakai kembali memang bukan hal yang baru, tapi Afifah mewujudkan sebuah socio-preneur yang fokus pada penanganan sampah kertas menjadi karya kreatif yang tidak hanya reusable, tapi juga estetik sehingga menambah value untuk menjadi sebuah bisnis.Â
Afifah juga melihat bahwa di Indonesia pembuatan tempat pembuangan akhir (TPA) belum begitu masif sementara sampah yang dihasilkan semakin meningkat, terutama sampah kertas. Berangkat dari keprihatinan atas dampak sampah kertas terhadap lingkungan ini, Afifah memutuskan untuk mendirikan Rubah Kertas.Â
Sejak tahun 2022, Rubah Kertas belajar untuk terus konsisten dalam mengubah kertas bekas menjadi kertas daur ulang. Meski jalannya tidak mudah, Rubah Kertas berusaha tegak berdiri dalam konsistensi. Harapannya, kehadiran Rubah Kertas dapat meminimalisasi limbah kertas dan membantu menjaga lingkungan bumi.Â
Meskipun kertas dapat terurai dengan tanah, tapi proses penguraian kertas membutuhkan waktu 3-6 bulan tergantung pada kondisi tanahnya.
Proses penguraian kertas juga membutuhkan banyak tahapan yang mesti diawali dengan pemilahan. Tanpa adanya pemilahan, sampah kertas dapat berkontribusi mempercepat perubahan iklim. Kertas yang bersifat organik dapat bercampur dengan sampah anorganik yang akan membuat pembusukan berlangsung tanpa oksigen atau anaerobik.Â
Pembusukan secara anaerobik ini menghasilkan gas metana. Gas metana dapat mempercepat perubahan iklim karena memiliki kekuatan menangkap panas di atmosfer bumi 25 kali lebih kuat dari karbon dioksida. Penguraian yang tidak sempurna inilah yang menjadi biang kerok negatif bagi lingkungan dan berdampak pada kehidupan manusia.
Dikutip dari laman Instagramnya, Rubah Kertas juga menerima donasi kertas bekas dari berbagai sumber seperti lembaran buku, kertas hvs, paper bag, karton, dan art paper. Syaratnya mudah saja, kertasnya dalam keadaan bersih yakni tidak kering maupun lembap dan boleh berbentuk cacahan maupun lembaran.Â
Nantinya, kertas-kertas bekas ini akan diproses menjadi produk-produk cute Rubah Kertas berupa kertas daur ulang, kartu nama, kaligrafi, jurnal dan lainnya yang bisa dicek di Katalog Rubah Kertas. Bahkan untuk produk kaligrafi, tim Rubah Kertas sendiri yang menulis manual dengan handlettering. Sungguh karya handmade yang luar biasa dari anak bangsa lewat kebermanfaatan dan kreativitasnya.Â
Maka tidak salah jika Afifah dinobatkan menjadi penerima SATU Indonesia Awards tingkat provinsi pada tahun 2021 atas sumbangsihnya pada lingkungan hidup dan kancah enterpreneurship. SATU Indonesia Awards adalah Apresiasi Astra bagi Anak Bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.
Tidak hanya berfokus pada bisnis daur ulang kertas, Afifah juga rajin mengisi seminar-seminar mengenai pengelolaan sampah kertas secara online. Quotes yang tepat untuk kiprah Afifah pada kewirausahaan dan lingkungan sejalan dengan hadist nabi, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain" (HR al-Tabrani dalam Mu'jam al-Awsath). Semoga banyak Afifah-Afifah lain yang bermunculan di kemudian hari. Â Â
Rubah KertasÂ
Jl. Balai Pustaka IV np. 24,
Rawamangun, Pulo Gadung, 13220, Jakarta Timur
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI