Ini agak lain memang, tapi buat kamu-kamu yang posisinya kaya Adam, disuruh mengalah terus buat adik, dituntut jadi 'orang' sampai akhirnya nggak jadi apa-apa, dan hanya bisa jadi manusia-manusia medioker, saya mau kirim puk-puk sebanyak-banyaknya. Sabar, yah.Â
Ada chance untuk bersyukur bahwa kamu melewati proses kedewasaan dengan matang. Anak sulung memang hesitate, itu karena dia sering takut salah. Jadi apa pun kamu, hiduplah dengan baik, jangan biarkan sakit hati menggerogoti hidup dan kebahagiaanmu.Â
Balik lagi ke film ya, sejujurnya secara grafik film ini nggak punya klimaks atau plot twist yang mengejutkan sih. Ada beberapa scene yang mungkin diharapkan bikin deg-degan penonton, tapi bagi saya datar-datar aja. Saya malah mengharap cerita antara tiga bersaudara ini dibikin lebih kuat lagi, baik crash-nya maupun akurnya.Â
Dan tentu saja tidak melupakan empat lawak karyawan guest house yang sangat membantu film ini jadi tidak begitu datar. Andai saja adegan mereka dalam melayani tamu lebih diperbanyak lagi, ya sekaligus si tiga bersaudara itu tadi juga sih, bakalan kerasa banget kerja keras mereka dalam berlomba-lomba siapa yang pantas jadi ahli waris terbaik.Â
Mengingat ini debut Muhadkly Acho sebagai sutradara film, saya sih sangat apresiasi ya karena nggak mudah mengejawantahkan isu sosial masyarakat yang sangat serius ke dalam film yang ada unsur komedinya. Bravo lah, Acho.. terus berkarya, ya! Â