Dalam Gara-Gara Warisan pun terlihat pendekatan tiap anak dalam mengelola guest house berbeda-beda. Jika Adam fokus pada peningkatan kualitas hospitality, Laras terlihat lebih fokus pada pengembangan bisnis, sementara si Dicky, yaa gitu deh... Tadinya saya harap ending-nya guest house ini bakalan dikelola sama-sama, karena ketiganya punya kepentingan pribadi, tapi ternyata...ya, tonton sendiri ya. Â
Saya cuma mau highlight beberapa hal aja sih dari film ini, karena isunya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari bahkan mungkin saja terjadi pada keluarga kita sendiri.
1. Belajar Ilmu WarisÂ
Dalam Islam, ada ilmu faraid yang membahas pembagian warisan secara adil sesuai kaidah fikih. Meski njelimet, pembagian warisan berdasarkan hukum ini dijamin adil dan semua kebagian haknya sampai ke keluarga terdekat. Sebaiknya, dalam satu keluarga ada 1-2 orang yang paham ilmu ini agar tidak terjadi konflik keluarga di kemudian hari cuma gara-gara warisan.Â
2. Bersikap adil sebagai orang tuaÂ
Dalam film, ada alasan di balik kenapa Pak Dahlan selalu memanjakan Dicky. Sebagai orang tua, rasa kecenderungan itu memang selalu ada, dan terjadi alamiah karena faktor-faktor tertentu. Tapi perlakuan hendaklah tetap adil, karena anak yang merasakan akan mengingatnya sampai besar. Sering-seringlah bertanya perasaan anak-anak dan ucapkan sayang pada mereka sebanyak mungkin.Â
3. Sebelum waris, pelajari hibahÂ
Lagi-lagi ilmu. Supaya tidak mengundang perpecahan setelah orang tua tidak ada, ada baiknya membuat akta hibah saja untuk aset-aset seperti properti, jadi bisa dibahas sejelas-jelasnya selagi masih sehat dan hidup. Terutama jika punya banyak anak, hibah menjadi hal yang lebih terang terutama jika sudah terlihat prospek perkembangan asetnya.Â
4. Utamakan persaudaraanÂ
Buat orang tua dengan banyak anak (termasuk saya), rajin-rajinlah untuk merekatkan hubungan persaudaraan antara anak-anak kita. Blood is thicker than water, tapi hubungan jangan kaku kental kaya darah. Buatlah suasana cair an hangat saat berkumpul sekeluarga. Anak jangan dibenturkan terus-terusan sehingga memupuk kebencian atau iri satu sama lain. Saat kita nggak ada, mereka hanya punya satu sama lainnya dan tentu saja kita berharap mereka akur dan saling melindungi sepeninggal kita di dunia.Â
5. Puk-puk anak sulungÂ