Mohon tunggu...
Reliska WinkaIssafila
Reliska WinkaIssafila Mohon Tunggu... Penulis - Penyuka aksara

Surround yourself with really good thoughts😊

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengorbanan Cinta dalam Kehalalan Doa

12 Agustus 2021   21:46 Diperbarui: 12 Agustus 2021   21:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, saya mengatakan kepada teman saya, "Aku kepengen deh cepet idul adha" Refleks, teman saya pun menanggapi, "Loh, kenapa emang?" Tanpa pikir panjang, saya menjawab, "Seneng lihat orang-orang yang udah bisa berqurban, aku juga mau" Kalimat itu muncul natural saja. 

Pasalnya, seperti di tahun-tahun sebelumnya, setiap momen menyambut Idul Adha, saya selalu berharap dapat memiliki penghasilan dan bisa membuka lapangan pekerjaan, saya pun ingin berqurban dengan uang sendiri. 

Mungkin saat itu saya sedang lelah, hingga yang terpikirkan di benak saya hanyalah kerealistisan akan hidup, yang saya pikir semuanya terjawab dengan uang.

Setelah mengatakannya, saya terdiam. Saya takut dengan kalimat saya sendiri. Saya pikir, "Eh, apa tadi yang kukatakan? Bukankah bulan ini adalah bulan unjuk gigi dengan memberikan pengorbanan-pengorbanan terbaik untuk Allah? Baru segini aja ngeluh? lagian gak semua pengorbanan harus tentang mengeluarkan uang" Ya, ingin sekali rasanya saya menarik kembali kata-kata yang baru saja saya ucapkan itu. 

Miris saja, di saat orang lain ingin berkorban untuk Allah dengan amal shalih terbaik, mengapa saya yang sudah berhadapan dengan ladang amal shalih di depan mata tidak memanfaatkannya dengan baik untuk memberi-Nya pengorbanan terbaik? Padahal saya memiliki banyak waktu luang. Ya Allah, Astaghfirullah.

Bicara tentang pengorbanan terbaik, hal itu memang menjadi topik utama di bulan dzulhijah. Diawali dengan kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, syariat untuk menyembelih hewan qurban sebagai pengorbanan terbaik untuk Allah pun hadir dan diperintahkan kepada kita sebagai hamba-Nya. 

Tetapi, apakah berqurban saja sudah cukup? Oh, sayangnya tidak~. Ternyata, perihal berqurban ini bukan hanya tentang menyembelih hewan qurban. Ya, semua belum cukup sampai di situ, sebab ada makna dan esensi lain yang lebih dalam, yang harus kita maknai dan sadari dengan baik. Apakah itu?

Adalah tadhiyah, atau pengorbanan jiwa kita kepada Allah. Inilah sebenarnya yang menjadi esensi dan makna terdalam yang sedang Allah ajarkan kepada kita semua di bulan Dzulhijjah ini. 

Bukan hanya perihal mengorbankan harta untuk berqurban atau bersedekah, namun kita pun diminta untuk berkorban kepada-Nya dengan jiwa kita. Dan inilah yang membuat saya benar-benar merasa resah!

Dalam lisan, saya sering mengatakan bahwa ibadahnya saya, sekolahnya saya, menulisnya saya, bahkan memasak dan menyapunya saya adalah karena dan untuk Allah. 

Saya merasa mengorbankan diri saya untuk Allah. Saya juga berlagak percaya diri bahwa waktu, energi, dan materi yang saya miliki saya serahkan kepada Allah. 

Padahal, barangkali saya keliru. Ah ya, barangkali saya hanya sedang berkorban untuk diri saya sendiri dan menjadikan Allah sebagai tamengnya :"(

Saya khawatir jika ternyata saya sekolah hanya untuk mencerdaskan diri saya, bukan untuk mengajak orang lain cerdas memaknai kebesaran-Nya. Saya khawatir jika ternyata menulis saya hanya untuk meninggikan diri saya, bukan untuk meninggikan Allah dan Rasul-Nya. 

Saya khawatir seluruh energi, waktu, dan matari yang saya berikan kepada orang lain hanya untuk membuat saya mendapatkan tempat di hati mereka, bukan agar saya mendapat pengakuan baik dari-Nya. Saya khawatir, semua pengorbanan saya adalah pengorbanan palsu yang tidak saya sadari kepalsuannya.

Momen Dzulhijjah menjadi momen refleksi bagi saya akan semua pengorbanan itu. Rupanya, saya butuh banyak-banyak melakukan restart terhadap apa-apa yang saya lakukan. Sebab, tak ada pengorbanan palsu yang layak dipersembahkan untuk-Nya, bukan?

Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga mulai merasakan kepalsuan itu ada pada dirimu? Hmm, yuk evaluasi diri kita bareng-bareng! Semoga Allah memampukan kita memaknai ulang semuanya, agar pengorbanan-pengorbanan kita selanjutnya adalah pengorbanan-pengorbanan yang tidak lagi diwarnai oleh kepalsuan dari jiwa yang berpaling dari-Nya.

"Apakah seluruh upayaku ini akan berharga dan bermuara pada hasil terbaik yang telah disediakan-Nya? Apakah seluruh lelahku ini akan terbayar? Apakah aku sudah benar-benar cukup berjuang?" Tidak hanya itu, barangkali kita pun tergoda untuk bertanya, "Ya Allah, bolehkah aku mengintip hasil akhirnya?"

Baik, jika kita mau sedikit saja melebarkan sabar dan meluaskan tawakkal, bukankah sebenarnya tidak ada gunanya jika kita mengetahui hasil akhir perjuangan kita sekarang? Kalau hasilnya baik, apakah benar akan baik untuk kita? Kalau hasilnya buruk, apakah kita akan siap untuk menerima dan mengetahuinya sekarang saat jarak dan langkah perjuangan kita belum sampai pada akhirnya?

Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?

Tetaplah berjuang, sampai akhir. Genapkan setiap upaya terbaik dengan doa-doa terbaik, lalu lepaskan hasil akhirnya sebab itu adalah soal ketetapan-Nya. Sebab, pengorbanan cintamu kepada sang khalik dalam kehalalan do'a, akan menjadi hasil terbaik dari setiap perjuanganmu.

Semoga kita bisa mendapat rezeki yang halal, sehingga bisa memaksimalkan pengorbanan cinta kepada sang khalik. Namun bisa juga berkorban melalui kehalalan doa. Sebab, semua orang bebas berdoa, apapun, kapanpun, dan dimanapun. Ada salah satu doa yang senantiasa dapat kita ucapkan :

Alloohumma innii as-aluka an tarzuqonii rizqon halaalan waasi'an thoyyiban min ghoiri ta'abin wa laa masyaqqotin wa laa dhoirin innaka 'alaa kulli syai-in qodiir.

Artinya:

"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar melimpahkan rezeki kepadaku berupa rezeki yang halal, luas dan tanpa susah payah, tanpa memberatkan, tanpa membahayakan dan tanpa rasa lelah dalam memperolehnya. Sesunggunya Engkau berkuasa atas segala sesuatu."

Aamiiin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun