Pagi-pagi setelah sarapan, Reki menjemputku dengan sepeda motor. Bahan bakarnya telah terisi penuh, mengantisipasi masalah motornya yang dianggap boros BBM.
Berdua saja, kami menuju Desa Rindu Hati, yang beberapa tahun belakang menjadi destinasi wisata favorit warga karena menawarkan sesuatu yang belum ada di Bengkulu. Meskipun lokasinya di luar kota, waktu tempuhnya tidak sampai satu jam berkendara dari rumah saya di Kota Bengkulu.
Desa Wisata Rindu Hati
Desa Hati terletak di Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah. Masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai petani dan berkebun.
Meskipun berada di wilayah Provinsi Bengkulu, pendahulu desa ini berasal dari suku Minang, Sumatra Barat. Hal ini jelas terlihat dari bangunan sekretariat kelompok tani yang menyerupai rumah adat suku Minang Kabau yang atapnya runcing-runcing seperti tanduk kerbau.
Petunjuk arah menuju Desa Rindu Hati terpampang nyata ketika kita melewati jalan lintas Bengkulu - Kepahiang, dan juga sebaliknya. Hal ini sangat memudahkan para pengendara, khususnya yang berasal dari luar kota.
Begitu belok dari jalan utama ke arah desa, kita masih harus melajukan kendaraan melewati perkebunan. Pohon durian dan kebun kopi berjejer di kiri - kanan jalan yang bisa dilalui dua mobil itu
Dari perkebunan, pemandangan pun berganti dengan barisan rumah warga khas pedesaan. Beberapa di antaranya masih berupa rumah panggung. Bangunan sederhana berlantai satu dengan atap rendah terbuat dari seng yang telah menghitam. Dinding-dinding rumahnya terbuat dari papan, atau bangunan semi-permanen, gabungan bata dan papan.
Tampak beberapa warga sedang duduk-duduk di teras rumah, anak-anak sedang berjalan beriringan, dan beberapa hewan ternak sedang menikmati makanannya.
Tidak tampak keindahan desa ini, seperti yang digambarkan media sosial. Namun, lain cerita ketika sampai di ujung jalan. Aliran sungai mulai terdengar, dan pemandangan hamparan sawah jelas terlihat.
Potensi Wisata Desa Rindu Hati