Mohon tunggu...
Relinda Puspita
Relinda Puspita Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger dan vlogger domisili Bengkulu yang hobi pelesiran.

Saya senang jalan-jalan dan sedang belajar menjadi penulis. https://livingindadream.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keluarga, Kunci Kesehatan Mental Remaja Indonesia

7 Juli 2016   17:43 Diperbarui: 7 Juli 2016   17:45 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

img-6896-jpg-577e302b159373320e8d4e87.jpg
img-6896-jpg-577e302b159373320e8d4e87.jpg
Acara dibuka oleh sambutan Ibu Mariana dari BKKBN Provinsi Bengkulu. Beliau mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa Bengkulu berada di peringkat 6 untuk jumlah pernikahan dini di Indonesia. Narasumbernya, Dr. Hadiwinarto dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, dan Pak Abidinsyah Siregar dari BKKBN pusat. Sebagai moderator, Wida dari Kompasiana. Tema acara yang terkesan serius sore itu, berjalan menarik, informatif, dan membuka pikiran tentang bagaimana membesarkan anak di era teknologi dan informasi saat ini. Peserta yang rata-rata adalah kompasianer pun fokus menyimak jalannya diskusi, lebih-lebih karena ada lomba live-tweet berhadiah Rp200.000. Siapa yang tak tergoda.

img-6903-jpg-577e3078da937363094e964f.jpg
img-6903-jpg-577e3078da937363094e964f.jpg
Kedua pembicara berulang-ulang menekankan bahwa betapa krusialnya peran orang tua dan pendidikan agama dalam membesarkan anak di era modern ini. Tidak hanya kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis anak juga harus tercukupi. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak diikuti oleh peningkatan jumlah kebutuhan pokok manusia, bisa mempengaruhi kejiwaan seseorang. Ditambah desakan ekonomi keluarga, menyebabkan orang tua tidak memiliki waktu untuk anak-anaknya. "Inilah salah satu alasan mengapa jarak dan jumlah anak harus dibatasi." ungkap Pak Abidinsyah. 

Jika anak tidak terbiasa memiliki kegiatan positif dan jauh dari pengawasan orang tua, maka tidak heran bila mereka mencari kesibukan sendiri. Apabila tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan kontrol diri, sehingga tidak mengetahui mana yang pantas dan tidak bagi mereka, maka bukan tidak mungkin seorang anak terjerumus ke dalam perangkap lingkungan negatif yang berisiko membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

Sekali lagi. Di era digital ini. Keluarga adalah kunci kesehatan mental para remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun