Posisi Gerindra & Prabowo Sangat Lemah Menang Pemilu 2014
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="sumber: theglobejournal.com"][/caption]
Sejak deklarasi Pencapresan Jokowi dari PDIP pada Jumat (14/03), Gerindra dan Prabowo tidak henti – hentinya melayangkan serangan yang “membabi buta”. Gerindra dan Prabowo menuding PDIP dan Megawati sebagai pengkhianat karena melanggar Perjanjian Batu Tulis yang mereka buat. Jokowi juga tidak luput dari serangan karena dianggap tidak “berterima kasih” karena telah dibantu penuh dalam Pilkada DKI Jakarta.
Sebenarnya apa yang dilakukan Gerinda dan Prabowo itu tak lebih dari rasa takutnya menghadapai PDIP dan Jokowi dalam Pemilu mendatang. Jokowi selalu mendapatkan posisi teratas dalam sejumlah jajak pendapat terkait popularitas dan elektabilitas. Tujuan penyerangan tersebut adalah untuk melemahkan posisi PDIP dan Jokowi yang lebih mendapatkan perhatian publik ketimbang Gerindra dan Prabowo. Dengan menyingkirkan Jokowi, Gerindra berharap akan menaikkan elektabilitas Prabowo yang selama ini selalu berada di bawah Jokowi.
Hasil survei Indo Barometer yang baru – baru ini diluncurkan menyebutkan bahwa “boarding pass Prabowo menuju RI satu sangat berat dan belum aman. Untuk dapat melaju dalam pertarungan Pilpres, Prabowo membutuhkan koalisi yang tidak sedikit. Jika tidak, maka resiko Prabowo gagal seperti 2009 akan terulang lagi. Sementara itu, langkah Jokowi diprediksi lembaga ini akan berjalan mulus.
Inilah mengapa Gerindra dan Probowo habis – habisan menyerang PDIP dan Jokowi yang dianggap sebagai lawan politik terberatnya. Hal ini menunjukkan Gerindra tidak percaya diri mengusung Prabowo sebagai Capres mengingat catatan kelam kejahatan Prabowo di masa silam. Gerindra dan Prabowo kalah sebelum pertempuran dimulai.
Lucu melihat Gerindra dan Prabowo menuding PDIP dan Jokowi sebagai pengkhianat dan pendusta, padahal yang demikian itu adalah dirinya sendiri. Penculik dan penjahat HAM yang masih menjalani hukuman saat ini – dilarang masuk wilayah Amerika, Australia, dll – justru mau menguasai RI yang dulu dikhianatinya.
Gerindra dan Prabowo tidak memiliki konsep apapun untuk membangun Indonesia, yang mereka tahu hanya menyerang dan menjatuhkan pihak lain. Bahkan, Prabowo menunggangi UU dengan menjanjikan program Rp 1 M untuk satu desa. Gerindra mengklaim UU itu sebagai jerih payahnya, padahal UU tersebut digagas dan diperjuangkan oleh kader PDIP Budiman Sudjatmiko.
Tak tahu malu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H