[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Sumber: tempo.co"][/caption] Capres Gerindra, Prabowo Subianto selalu mengumbar janji lewat program - program yang sering terdengar tidak masuk akal. Setelah mengiming - imingi program satu desa satu miliar untuk satu desa yang mendukungnya - program yang sebenarnya sudah termaktub di UU Desa - sekarang Prabowo sesumbar ingin mendirikan industri pesawat terbang jika dirinya terpilih sebagai Presiden. Prabowo mengatakan, untuk membuat satu pabrik peswat terbang tidak butuh biaya besar, hanya Rp 4 triliun. “Saya bertemu dengan pak Habibie, kalau saya jadi presiden, pabrik pesawat itu prioritas saya. Untuk bangsa Indonesia, itu sangat feasible,” tuturnya. Bagi Prabowo, uang Rp 4 T mungkin tidak ada artinya. Mungkin uang sebesar itu baru setara dengan harga puluhan kuda - kuda dan biaya perawatannya saja. Toh satu ekor kuda milik orang yang bergaya hidup seperti bangsawan Inggris ini, berharga Rp 3 M. Meskipun kaya raya, Prabowo tampaknya lebih peduli dan sayang kepada kuda - kudanya ketimbang pada ratusan karyawan di bekerja di perusahaan kertas milik Prabowo di Kalimantan Timur. Ratusan karyawan PT Kertas Nusantara tersebut tidak digaji selama 5 - 9 bulan.
Hingga saat ini, nasib ratusan karyawan Prabowo tidak jelas, sama halnya dengan nasib 13 aktivis yang diculik Prabowo pada tragedi 98. Status ratusan karyawan tersebut digantung, karena tidak digaji banyak dari mereka yang bekerja di tempat lain. Harusnya Prabowo bersikap tegas, jika harus diberhentikan karena perusahaan yang hampir kolaps, maka hak seluruh karyawan tersebut harus dipenuhi, baik seluruh gaji mereka ataupun uang pesangon.
Karena ketidakjelasan status tersebut, banyak karyawan yang bingung, satu sisi mereka takut untuk mencari kerja di tempat namun di sisi lain mereka harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari terutama makan. Ratusan karyawan Prabowo tersebut terpaksa menjual seluruh harta benda untuk member makan istri dan anak – anak mereka.
Sebaiknya Prabowo memenuhi hak seluruh karyawannya terlebih dahulu sebelum berbicara tentang kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Jadi terlalu “muluk – muluk” alias mengada – ngada ketika Prabowo ingin membangun industri pesawat terbang. Berbuatlah hal baik untuk orang terdekat jika sudah, maka baru berbicara untuk hal yang lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H