Mohon tunggu...
Relawan WongCilik
Relawan WongCilik Mohon Tunggu... -

pembantu wong cilik, pendukung pemimpin wong cilik untuk Indonesia Baru

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rampok 3 Juta Hektar Lahan, Prabowo Tak Pantas Bicara Ekonomi Kerakyatan

5 April 2014   23:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Sumber: tempo.co"][/caption]

Dalam kampanyenya, Prabowo menjual 6 Program Aksi Transformasi Bangsa Gerindra 2014 -2019. Poin kedua dalam  enam program tersebut adalah melaksanakan ekonomi kerakyatan, salah satu caranya dengan mencetak 2 hektare lahan baru untuk meningkatkan produksi pangan.

“Basa – basi” Prabowo ini membuat kita geli karena apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan tindakannya selama ini. Prabowo hidup seperti seorang raja di rumah maha mewah di kawasan Hambalang Bogor.

Rumah itu dikawal ketat dengan pengamanan ala militer sehingga memisahkan rakyat di sekitar dengan kehidupan pribadinya yang super mewah. Prabowo juga memiliki hobi bak bangsawan Inggris, menunggung kuda berharga miliaran rupiah. Rumah itu juga dilengkapi dengan landasan helicopter. Sangat kontras dengan kehidupan warga di sekitarnya.

Lalu bagaimana mungkin kita dapat menerima dan mempercayai bulat – bulat janji Prabowo yang tidak masuk akal tersebut? Sementara dirinya sendiri telah merampok 3 juta hektar lahan Sabang (Aceh) sampai Merauke (Papua) dan belum dikembalikannya sampai saat ini.

Janji mencetak 2 hektare lahan baru untuk pertanian itu mustahil dapat diwujudkan, kecuali kalau Prabowo bersedia membagi jutaan hektare tanah yang dirampoknya di masa Orde Baru tersebut. membagi lahan yang dikuasainya dalam bentuk perkebunan sawit, teh, jagung, jarak, akasia, padi, aren, dan ratusan ribu hektare hutan pinus kepada jutaan petani lapar.

Hal yang lebih mustahil lagi jika Prabowo rela membagikan lahannya tersebut karena tidak mungkin dirinya bersedia berkorban sedemikian besar sementara ratusan karyawan di perusahaan kertas miliknya, PT Kertas Nusantara di Kalimantar Timur, tidak digaji selama 5 – 9 bulan.  Mustahil Prabowo dapat mensejahterakan 250 juta penduduk Indonesia sementara dirinya menelantarkan nasib ratusan karyawannya yang hidup melarat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun