Mungkin bahasa ini akan terkesan cukup aneh mengingat topik untuk merencanakan memiliki anak tidak terlalu banyak dibahas di Indonesia.
Mengapa?
Sederhana saja karena hal yang dipahami oleh pasangan adalah  bekerja, menikah, memiliki anak, menyekolahkan, pensiun. dari setiap fase kehidupan ini sebenarnya diperlukan sebuah perencanaan baik material maupun nonmaterial.
Contohnya, Ketika anda merencanakan pensiun maka yang dibayangkan adalah anda memiliki sekian tabungan, sekian investasi atau penghasilan pasif lainnya. Mengapa? hal ini diperuntukkan agar saat pensiun anda tetap mampu menjamin diri Anda sendiri.
Sama halnya dengan memiliki anak, butuh rencana yang matang.
Kapan nikah? Kapan hamil? kapan punya adik lagi? Kok kurus anaknya?
Masyarakat kita cenderung untuk bertanya yang sifatnya menyudutkan. seakan-akan memiliki anak adalah keharusan dan kalau bisa tidak hanya satu anak.
Mengurungkan memiliki anak setelah menikah merupakan hal yang tidak lazim di masyarakat kita sendiri.
Akan beredar banyak sekali anggapan mulai dari kemandulan hingga hubungan seks yang tidak sehat.
Mengurungkan memiliki anak justru mendapat tantangan terbanyak dari masyarakat kita sendiri.
Jika anda termasuk pasangan yang tidak terlalu memikirkan kalimat dari masyarakat dan berpikir untuk merencanakan segala sesuatunya dengan matang maka ini tulisan yang tepat bagi anda.